Penginapan Murah di Allgäu, Bayern

Aroma dingin salju yang menutupi sebagian besar daratan Allgäu masih belum beranjak dari ingatan saya. Allgäu, daerah di kaki pegunungan Alpen ini membuat saya ingin kembali lagi kesana. Tenang, sejuk dan indah. Itulah kesimpulan saya untuk tempat ini.

Kala itu kami menginap di Anja Alpenest Allgäu, sebuah penginapan berbentuk apartemen model studio. Tempat ini dilengkapi dengan dapur, kamar mandi, tempat tidur yang lumayan luas, meja makan, lemari baju, kursi santai, TV kabel dan balkon.

Ada sebuah kisah lucu sebelum kami mengunjungi Allgäu. Anja, si pemilik penginapan adalah seorang wanita paruh baya yang sangat ramah. Jauh hari sebelum kedatangan kami, dia sangat rajin menghubungi kami via whatsapp maupun panggilan telepon. Sekedar bertanya kabar dan memastikan kedatangan kami. Berkali-kali pula dia menegaskan bahwa kami tidak perlu repot-repot membawa bahan makanan karena dia sudah memenuhi kulkasnya dengan aneka bahan makanan.

Karena terbiasa dengan pemilik penginapan yang kurang ramah, saya merasa heran dan menaruh curiga pada Anja. Pikiran saya terlampau jauh menduga-duga. Sempat saya katakan pada Mr. Ottoman, jangan-jangan Anja adalah seorang kriminal yang merencanakan pembunuhan atau penculikan pada kita. Bisa saja dia begitu ramahnya supaya kami tidak membatalkan pesanan. Karena keramahan Anja memang diatas standart ramah.

Saya kadang memang berpikir terlalu ngawur. Mungkin kebanyakan nonton film kriminal. Si Mr. Ottoman sampai membaca habis komentar-komentar para tamu yang sudah menginap disana dan semuanya sangat puas dan mengatakan Anja sangat baik.

Kecurigaan saya tak juga hilang dan bahkan bertambah saat sehari sebelum kunjungan kami, Anja menelpon. Dia mengatakan, kami boleh datang hari itu juga dan diberikan menginap gratis 1 malam. Karena hari itu kami ada jadwal pengajian bulanan, kamipun tidak bisa langsung berangkat kesana dan tetap seperti rencana awal.

Begitu tiba di Allgäu, dengan mengucap bismillah kami memasuki apartemen Anja. “Wow”, kalimat itu spontan kami ucapkan. Bukan soal kamarnya mewah ataupun tidak, tetapi kebersihannya. Apartemen Anja sangat bersih dan rapi. Makanan sangat banyak disediakan mulai dari bahan makanan mentah seperti telur, margarin, spaghetti, keju, susu, kopi, teh, semuanya lengkap. Ditambah lagi jajanan seperti aneka coklat dan chips.

Anja Alpenest

Saat travelling di Eropa, saya memang lebih suka memilih penginapan yang seperti ini supaya bisa masak. Saya kurang cocok dengan makanan Eropa, jadi bagi saya lebih nyaman masak sendiri. Anja Alpenest ini sangat cocok untuk kami. Selain bahan makanan, alat-alat dapurnya juga sangat lengkap. Kompor, toaster, mesin pembuat kopi, mixer, blender, alat makan yang banyak dan masih banyak lagi.

Tak hanya soal makanan, bagian kamar mandinya juga bersih terawat. Perlengkapan mandinya lengkap melebihi hotel, walaupun tidak terlalu luas dan tidak ada bathtubnya.

Pikiran-pikiran aneh saya pun sedikit hilang setelah melihat suasana penginapan yang nyaman dan bersih. Ditambah lagi pemandangan dari balkon yang langsung dihadapkan pada salah satu sisi Pegunungan Alpen yang sedikit dilapisi salju. Tenang sekali kedua mata ini melihat pemandangan indah itu. Tapi saya masih mempertanyakan dimana Anja dan seperti apa dia. Tapi Mr. Ottoman bilang, kami tidak akan bertemu Anja karena tempat tinggalnya sedikit jauh dari tempat kami menginap.

Malam pertama kami tidur lebih awal dan jam 4 subuh saya sudah terbangun. Berhubung waktu subuh masih lama yaitu di jam setengah tujuh pagi, saya menyiapkan sarapan terlebih dahulu. Memasak teh turki yang membutuhkan waktu lumayan lama. Sesekali terdengar kaki-kaki kuda saling bersahut-sahutan melewati penginapan kami. Karena penasaran, saya intip dari celah-celah jendela dapur. Ternyata orang-orang banyak yang berlalu lalang dengan menggunakan kuda disini.

Sampai di hari terakhir kami di Allgäu, alhamdulillah tidak terjadi apa-apa dan pikiran aneh saya itu ternyata salah. Pagi itu Anja mengira kami akan check out pagi-pagi. Anja tidak memberikan batasan waktu kapan tamunya harus keluar. Dia sudah mengirimkan pesan. Sayangnya kami kelelahan dan tidur lebih lama. Anja yang sudah sampai di penginapan pun menghubungi kami.

Karena pesan yang tak berbalas itu, Anja akhirnya memutuskan untuk pergi belanja dulu. Saya pun bersiap-siap merapikan barang-barang kami sebelum Anja datang walaupun dia bilang santai saja.

Sekitar jam 11 Anja datang dengan barang-barangnya. Kamipun berkenalan. Wanita berambut ikal, pirang dan pendek itu sangat ramah. Sambil beberes kami pun ngobrol. Anja sibuk mengganti sprei dan sarung bantal, sementara saya sibuk berdandan.

Anja bilang penginapannya itu tidak pernah sepi. Wajar saja karena dia begitu baik dan ramah. Sayangnya dia akan menjual apartemennya ini karena dia juga punya dua apartemen lain yang juga disewakan dan dia juga sibuk mengurusi cucu-cucunya yang masih balita. Mr. Ottoman sempat tawar menawar harga jual apartemen itu. Sayangnya tidak cocok. Tapi Anja tetap ramah dan mengundang kami ke rumahnya jika kami mengunjungi Allgäu lagi. Dia juga meminta supaya kami tetap keep in touch dan mengabarinya kalau kami sudah punya anak.

Harga total menginap 3 hari 2 malam sebesar 140 euro jelas sangat murah untuk semua yang kami dapatkan. Bukan sekedar mendapatkan penginapan nyaman dan bersih, tetapi mendapatkan kolega baru yang memiliki banyak nilai-nilai positiv.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog