Cologne Central Mosque, The Next Mesquita De Cordoba di Abad Modern

Pernah baca tentang sejarah mesjid yang kini berubah menjadi gereja di Spanyol? Mesquita de Cordoba adalah nama aslinya. Kini dikenal dengan Cordoba Cathedral. Sedih mendengarnya, tapi itulah sejarah yang tak bisa kita ubah lagi.

Bukan, bukan itu yang mau saya tulis disini. Tetapi tentang the next Mesquita de Cordoba di abad modern ini. Dialah Cologne Central Mosque yang bernama asli DITIB Zentral Moschee yang ada di Kota Köln, negara bagian Nordrhein-Westfalen, Jerman.

Bukan main perjuangan rakyat Turki baik yang tinggal di Jerman, maupun yang di Turki sana memperjuangkan berdirinya mesjid ini. Didemo warga lokal, perizinan yang tak kunjung turun dan soal arsitektur yang tak boleh menyalahi aturan Jerman yang dikenal sebagai negara yang sangat rapi dan teratur.

Turki, bangsa keturunan bani utsmaniyah ini meskipun kini masih menjadi negara berpaham sekuler, darah seorang sultan yang telah menaklukkan Konstantinopel itu tetap mengaliri tubuh-tubuh mereka. Itu sebabnya mereka tak pantang menyerah memperjuangkan mesjid ini setelah Mesquita de Cordoba yang dulu dibangun bani umayyah tak bisa diwarisi umat muslim.

Kami singgah di Cologne Central Mosque saat jalan menuju Belanda beberapa hari lalu. Meskipun arsitek mesjid ini, Paul Böhm bukanlah seorang muslim, saya takjub melihat bangunan megah ini saat mobil kami mulai mendekatinya. Modern tapi tak melupakan arsitektur khas leluhur bangsa Turki.

Pertama-tama kami memasuki area parkir yang ada di lantai paling dasar. Cukup luas dan biaya parkirnya cukup murah, 1 euro saja perjamnya. Berbeda jauh dengan Stuttgart yang apa-apa serba mahal. Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa parkir mobil di areal mesjid harus bayar. Karena mesjid ini bukan sekedar mesjid. Selain tempat ibadah umat muslim, Cologne Central Mosque juga menjadi salah satu tujuan wisata andalan Köln. Banyak turis non muslim datang kesini setiap harinya. Pun tempat parkir ini sehari-harinya juga dipakai oleh orang sekitar yang tidak bertujuan memasuki mesjid.

Cologne Central Mosque yang mulai dibangun sejak tahun 2009 dan saat itu direncanakan dibuka pada musim panas 2012 ini dijadikan sebagai sekolah al-qur’an dan agama. Juga ada perpustakaan, aula, ruang rapat, kantin, toko-toko souvenir dan dapur.

Saya dan Mr. Ottoman langsung memisahkan diri saat hendak berwudhu’. Untuk wanita ada dibagian atas. Tempat wudhu’nya sangat bersih, harum dan modern. Ada tempat duduknya, lemari tempat menyimpan barang-barang dan dipenuhi cermin. WC dan tempat wudhu’ juga dipisah ruangannya. Ini pertama kalinya saya melihat mesjid di Jerman dengan pemisahan WC dan tempat wudhu’.

Tempat wudhu’ wanita

Begitu memasuki ruangan solat, saya semakin takjub. Ada tempat menyimpan sepatu khusus didalamnya, juga tempat menyimpan jilbab dan kardigan. Semuanya sangat modern. Lampu akan menyala merah kalau kotak penyimpanan terisi dan menjadi hijau kalau sudah kosong.

Pantas saja ada yang ketakutan soal islamisasi di Jerman saat perencanaan pembangunan mesjid yang akhirnya baru diresmikan pada 9 Juni 2017 ini. Cukup lama tertundanya dari jadwal awal. Untungnya pemerintah Turki yang sangat fokus mengurusi mesjid-mesjid di Jerman tak gentar dengan segala serangan yang menghambat pembangunan Cologne Central Mosque. Hingga akhirnya mesjid ini selesai dan mampu menampung hingga 4000 jamaah.

Sebelum melihat arah kiblat, saya sudah buka kacamata. Dengan pe-de-nya saya langsung solat. Saya sadar ada seorang wanita berdiri disamping saya. Setelah mengucapkan salam, wanita berambut pirang itu langsung mengatakan kalau saya salah kiblat. Langsung pake kacamata dan bener dong salah kiblat 😀 Wanita itu sempat bilang, “Solat kamu nggak batal kok”, tapi ya tetap saya ulang aja biar afdol. Perlu diketahui bagi yang belum tau, Turki menganut mazhab hanafi, jadi ada hal-hal yang berbeda dengan mazhab syafi’i.

Selesai solat, langsung lihat-lihat arsitekturnya. Sayangnya nggak bisa ketempat laki-laki untuk melihat lebih dekat. Biasanya untuk turis, wanita bisa masuk ketempat laki-laki. Tapi hanya diwaktu-waktu khusus. Mesjid-mesjid besar di Jerman umumnya memang membuka jam khusus kunjungan untuk turis.

Tau nggak kenapa arsitektur mesjid ini bisa semenakjubkan itu? Ternyata bukan hanya karena tangan si Mr. Paul Böhm. Ada tangan dingin dari 300 seniman Turki yang didatangkan langsung dari Turki untuk menyelesaikan arsitektur bagian dalamnya. 99 nama asmaul husna tertulis tepat dibagian paling atas ditengah-tengan ruang solat, dinding-dindingnya dipenuhi nama-nama 25 nabi dan rasul, serta kaligrafi-kaligrafi dalam Bahasa Arab lainnya yang semuanya itu digoreskan dengan tinta emas. Butuh waktu berbulan-bulan bagi para seniman itu untuk penyelesaikan tugas mulia mereka yang hasilnya pasti akan tercatat dalam sejarah masa depan.

Keluar dari ruang solat, Mr. Ottoman kelaparan dan beli lahmacun di kantinnya. Ukuran, bentuk dan rasa yang sama dengan lahmacun di Stuttgart, harganya cuma 2 euro saja. Köln memang benar-benar kota murah. Segelas teh Turki harganya 1 euro.

Setelah itu kami turun kebawah ke toko souvenir. Beli pajangan rumah dan buah kering. Lagi-lagi disini harganya murah-murah.

Saya sempat ketemu rombongan turis Indonesia yang minta difotoin. Katanya tadi mereka ditegur nggak boleh foto pake kamera. Padahal dari sejak datang saya sudah foto-foto pake kamera. Yang boleh itu cuma pake kamera hp. Bener aja, sebelum pulang kami mau foto didepannya. security perempuan menegur kami dan memang sudah peraturannya begitu.

Btw, tadi sewaktu solat kami dijaga banyak petugas keamanan yang mengelilingi tempat solat. Mungkin ini imbas dari teror yang terjadi di New Zealand beberapa waktu lalu. Mesjid-mesjid besar di Jerman dijaga ketat.

Mr. Ottoman keliatan bangga banget sama mesjid buatan bangsanya. Siapa yang nggak bangga coba, saya aja bangga. Apalagi seandainya Indonesia bisa membangun satu msjid saja di Jerman.

Setelah menghabiskan dana sekitar 17-20 ribu euro, tujuh tahun proses pembangunan dengan arsitektur yang wah, sangat pantas Cologne Central Mosque ini dinobatkan sebagai the next Mesquita de Cordoba di abad modern.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog