Gelandangan dan Pengemis Ala Jerman

Pernah nggak sih kalian berpikir klo di negara semaju Jerman yang memegang perekonomian terkuat di Eropa juga banyak gelandangan? Dulu sebelum saya ke Jerman yang ada dibenak saya adalah Jerman merupakan negara maju yang segalanya serba canggih. Pasti rakyatnya juga makmur. Apalagi banyak yang mendengung-dengungkan klo pengangguran di Jerman itu dibayar. Klo pengangguran dibayar, gimana bisa ada gelandangan?

Setiap negara bagian dan kota di Jerman punya aturannya masing-masing. Jadi memang tidak bisa disamaratakan. Apalagi kalau membandingkan hidup di kota kecil dan kota besar, sama sekali nggak bisa disamakan.

Kebetulan saya tinggal di Kota Stuttgart, ibukota negara bagian Baden-Württemberg. Baden-Württemberg yang ada di wilayah ex Jerman Barat merupakan salah satu daerah terkaya di Jerman. Stuttgat sebagai ibukotanya memiliki kehidupan yang mahal. Biaya hidup di Stuttgart dua kali lebih mahal dibandingkan Berlin. Harga-harga makanan, sewa tempat tinggal dan lain-lainnya cukup mahal disini. Tapi disini sangat mudah mencari pekerjaan dan tingkat penganggurannya rendah. Gajinya juga lebih tinggi dibandingkan daerah-daerah ex Jerman Timur.

Guru saya saat sekolah bahasa pernah bilang kalau daerah-daerah ex Jerman Barat sampai saat ini setiap bulannya memberikan uang ke daerah-daerah Jerman Timur khususnya Berlin dan di Berlin sendiri terkenal banyak pengangguran.

Balik ke tema gelandangan. Di Stuttgart fenomena gelandangan bukanlah hal yang tidak lazim. Di stasiun kereta, dipinggir jalan dan tempat-tempat keramaian lainnya banyak dijumpai gelandangan dan pengemis. Bahkan tidak jarang terlihat mereka membongkar tempat sampah untuk mencari botol-botol yang bisa ditukarkan di supermarket untuk mendapatkan uang.

Memang umumnya mereka ini adalah pendatang dari negara-negara Eropa Timur yang disini lazim disebut Zigeuner. Tapi jangan salah, orang Jerman sendiri juga ada yang jadi gelangangan dan pengemis.

Jerman merupakan negara yang sangat rapi dan teratur. Semua ada aturannya. Bahkan nyenggol pagar tetangga aja bisa masuk penjara. Surat menyurat masih sangat biasa digunakan disini. Pasti timbul pertanyaan, di era modern ini apa gunanya surat menyurat sementara manusia jaman now rata-rata menggunakan email sebagai pengganti surat?

Kantor pos dan surat menyurat masih berfungsi dengan baik di Jerman. Hampir setiap hari kotak pos kami terisi surat yang diantarkan pak pos. Si pengirimnya macam-macam. Ada surat hasil check up dokter, diskon belanja, pajak, surat denda karena parkir sembarangan dan masih banyak lagi.

Belakangan ini pengemis dan gelandangan identik dengan para pengungsi dari negara-negara terdampak konflik seperti suriah. Tapi tetap para Zegeuner masih menduduki tingkat paling atas jumlah gelandangan dan pengemis di Jerman. Sejak dulu hingga kini mereka hobi mengemis. Orang yang sudah lama tinggal di Jerman pasti hafal perawakan Zegeuner.

Zegeuner sepertinya memang tidak suka hidup lurus, bersih dan terhormat. Umumnya mereka berkelompok, hobi bawa buntelan, pakaiannya lusuh dan membawa anak-anak mereka untuk mengemis. Bahkan anak-anak mereka sudah mahir mengemis dan membuntuti orang. Pernah kejadian saat saya dan Mr. Ottoman piknik di taman. Seorang anak kecil Zegeuner tak ragu mendekat dan meminta makanan kami. Setelah saya kasih roti, datang lagi anak yang lainnya dan selanjutnya minta uang, tapi nggak saya kasih.

Anak Zigeuner ngotot minta sampah sisa BBQ

Nggak jarang para Zegeuner menjadikan stasiun kereta api jadi ladang mencari nafkah mereka. Tapi sering juga diusir polisi. Belakangan saya udah jarang liat mereka di stasiun Bad Cannstatt, stasiun kereta dekat rumah saya.

Selain Zegeuner, warga lokal Jerman juga ada yang jadi gelandangan. Didepan Stasiun Bad Cannstatt ada sebuah pohon yang jadi markas para gelandangan lokal orang Jerman asli yang juga berbaur dengan Zegeuner. Kerjaan mereka minum-minum dan cerita-cerita nggak jelas sepanjang hari. Kadang ada yang mesra-mesraan juga. Disitu ada polisi yang siaga karena kadang mereka juga bikin ribut kalau udah mabuk berat. Dan mereka hidup dari ngumpulin botol bekas yang bisa dijual.

Ada banyak alasan kenapa mereka memilih jadi gelandangan padahal di Jerman pengangguran dan orang miskin itu dihidupi oleh negara. Pilihan mereka menjadi gelandangan di negara semaju Jerman terlihat sangat tak masuk akal. Tapi ini soal rasa dan kenyamanan.

Kalau mereka punya rumah ataupun sewa, ada banyak sekali urusan yang harus mereka urus. Disini harga sewa rumah itu mahal, belum lagi biaya listrik, air, gas dan tagihan lainnya. Setiap hari ada aja tagihan ini itu yang bikin pusing. Pendapatan masyarakat Stuttgart minimum 2.800 euro, tapi hampir setengahnya dipotong pajak pendapatan, asuransi kesehatan, uang pensiun, bantuan orang miskin dan pengangguran dan masih ada lagi potongan lainnya. Sisanya untuk bayar sewa rumah, listrik, air, gas, makan, transport dan lain-lain. Belum lagi klo dia pernah menikah dan bercerai, setiap bulan wajib kasih nafkah ke mantan istrinya. Apalagi kalau punya anak. Pusing kan mikirinnya. Yang ada itu gaji nggak bersisa. Capek-capek kerja tapi duitnya nggak ada, mending jadi gelandangan aja. Bebas dari tuntutan biaya ini itu. Mungkin itu yang ada dipikiran para gelandangan Jerman.

Salah satu pemukiman warga di Kota Stuttgart

Mau jadi pengangguran biar digaji negara juga nggak gampang. Ada banyak syarat-syaratnya. Misalnya saja harus dilihat kehidupannya sepuluh tahun kebelakang. Bagaimana pekerjaannya, kesehatannya dan kemampuannya. Jadi negara nggak asal kasi uang untuk pengangguran.

Terus kenapa mereka milih jadi gelandangan, sementara orang miskin diurus negara?

Jerman menyediakan tempat untuk gelandangan. Seenggaknya ada kamar-kamar buat mereka. Sayangnya tempat itu nggak senyaman dan seaman yang dipikirkan orang-orang. Didalamnya banyak terjadi kriminal antar sesama penghuni. Kadang terjadi juga kekerasan seksual. Kehidupan disana diatur oleh negara. Banyak dari mereka tidak merasa nyaman dan aman disana. Jadi, menjadi gelandangan dan hidup di jalanan dirasa cukup aman dan membahagiakan. Mereka bebas melakukan apapun yang mereka mau tanpa memusingkan urusan-urusan birokrasi Jerman yang cukup ribet.

That’s life! Banyak orang Asia merantau ke Jerman dan sukses, sementara warganya sendiri tak bisa menyanggupi birokrasi yang dibuat petingginya. So, kaya atau miskin bukan soal dimana kita tinggal, tapi bagaimana kita mengupayakannya.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog