Hiking Musim Dingin Part II (Jalan-jalan ke Danau Beku)

Lanjutan cerita sebelumnya, hiking musim dingin. Setelah puas jalan-jalan di bukit perkebunan anggur, kami melanjutkan perjalanan lagi. Seperti yang sudah saya ceritakan di artikel sebelumnya, untuk sampai ke perkebunan anggur kami harus mendaki bukit curam. Pastinya setelah selesai pun kami harus melewati jalanan menurun.

Kami tidak melewati jalan yang sama seperti perginya tadi. Kali ini kami melewati kebun-kebun orang. Jalanan licin penuh salju membuat kami harus ekstra hati-hati melangkahkan kaki. Lagi fokus ke langkah kaki, tiba-tiba gonggongan anjing bertubuh besar mengejutkan kami dan cukup membuat kami ketakutan.

Mungkin karena belum musim tanam, kebun-kebun yang disekat-sekat pagar tinggi ini jarang didatangi pemiliknya. Melainkan hanya dihuni anjing penjaga. Untungnya pagarnya tinggi dan si anjing nggak bisa keluar. Tapi gonggongannya itu mengundang anjing-anjing lainnya untuk menunjukkan rasa solidaritas mereka sebagai sesama anjing. Dan mereka pun secara berjamaah menggonggongi kami seolah-olah kami ini pelaku kriminalitas 😀

Riska, teman saya nggak takut sama sekali sama si anjing. Ya karena anjingnya di dalam. Dia lebih takut sama jalanan bersalju dan menurun yang harus kami lewati. Klo saya tetap konsisten takut sama anjing. No debat!

Akhirnya setelah berhasil melewati jalanan turunan itu, kami juga berhasil menghindari anjing-anjing yang mencurigai kami tadi. Tapi jalanannya masih tetap curam ke bawah dan harus lebih ekstra hati-hati.

Para pemburu salju 😀

Sebenernya disini kami nggak tau harus kemana lagi sampai akhirnya kami sadar bahwa ini adalah jalur ke Max Eyth See, sebuah danau yang berdampingan dengan Sungai Neckar. Untuk sampai kesana kami harus melalui sebuah jembatan yang membentang di atas Neckar. Dari atas perkebunan anggur tadi kami melihat air yang sudah beku, tapi sewaktu berdiri di atas jembatan kami tidak melihat air Sungai Neckar beku. Kami pun mulai mengira-ngira kalau kami sudah mulai berhalusinasi.

Ah…nggak penting lah ya mau beku atau nggak. Yang pasti kami lanjut jalan masuk ke areal Max Eyth See. Nggak banyak orang disini. Entah karena lockdown, terlalu dingin atau karena masih jam kerja.

Disini semuanya putih tertutup salju. Nggak kelihatan lagi rumput-rumput hijau yang biasa menghiasi Max Eyth See di musim panas. Berjalan lurus mendekati pinggiran danau dan ternyata kami nggak halu. Air danaunya beku kek es batu. Maasyaallah!

Max Eyth See yang lagi beku

Dari segala sisi danau, hampir semuanya beku. Sayangnya ada spot tempat penyewaan bot yang biasanya terbuka, saat itu tertulis dilarang mendekati area tersebut. Max Eyth See benar-benar tidak seperti biasanya, sepi dan horor sih klo jalan sendirian. Kebayang film-film horor dengan latar danau. Lupa judulnya, tapi dulu waktu masih kecil pernah nonton film horor Indonesia yang hantunya keluar dari dalam danau. Sampe sekarang nggak bisa lupa dan Max Eyth See mengingatkan memori itu lagi. Padahal danaunya beku, gimana hantunya mau keluar dari dalam danau ya 😀

Sesekali terlihat penjaga mengecek danau. Juga ada satu dua orang jalan santai disini. Jam 4 sore matahari sudah terbenam. Iya, musim dingin namanya. Terang sangat cepat berlalu dan kamipun harus buru-buru pulang setelah puas berswafoto dan menikmati sunset di Max Eyth See.

Sunset jam 4 sore di Max Eyth See

Jalan-jalan di danau beku Max Eyth See, sisi lain yang baru kali ini saya lihat. Padahal biasanya di musim panas sangat sering jalan-jalan ke sini. Tapi nggak pernah kepikiran jalan-jalan musim dingin ke sini. Corona membawa langkah saya ke Max Eyth See di musim dingin karena nggak bisa liburan kemana-mana. Thanks corona, saya jadi tau kalau Stuttgart dan sekitarnya juga nggak kalah indah di musim dingin dengan daerah-daerah lainnya di Jerman yang musim dinginnya bak fairy tail.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog