Ada Apa didalam Menara Miring Pisa?

Hari ketiga di Italia,

Jarak Menara Pisa dari resort kami tidak terlalu jauh, hanya sekitar 20 menit. Karena ketenaran Menara Pisa, sebelumnya saya berpikir kalau menara yang dulu dibenci oleh diktator Italia, Benito Mussolini ini merupakan menara yang menjulang tinggi.

Jalanan di Kota Pisa ternyata tidak seteratur Jerman, meskipun juga tidak separah Indonesia. Begitu mobil kami memasuki kawasan Menara Pisa, jalanan mulai macet. Tukang parkir liar memberikan aba-aba parkir dipinggir jalan. Sementara itu, seorang lelaki keturunan Afrika yang saya yakin bukan anggota kepolisian berdiri disimpang tiga kawasan Piazza del Miracoli tempat Menara Pisa berdiri miring.

Karena tidak yakin kalau parkir dipinggir jalan itu aman, kami memilih parkir resmi. Lima menit jalan kaki ke Piazza del Miracoli. Saya terkejut melihat Menara Pisa yang semakin mendekati pandangan mata saya. Kekagetan saya juga semakin menjadi melihat areal depan Piazza del Miracoli, tepat sebelum pintu masuknya berjajar para pedagang kaki lima penjual souvenir. Persis seperti pasar-pasar di Indonesia dan penjualnya rata-rata imigran.

Saya cuma nggak nyangka aja di kawasan Menara Pisa yang memiliki pamor sangat tinggi di dunia ini ada pasar seperti itu. Bukan apa-apa, soalnya di Jerman penjual souvenirnya pasti didalam toko resmi.

Pasar souvenir didekat pintu masuk Piazza del Miracoli

Nggak ada kata sepi di kawasan Piazza del Miracoli ini. Meskipun saat itu sudah dipenghujung musim panas yang udah habis masa liburannya, tetap aja tempat ini rame banget…nget…nget…Mungkin saya udah ketularan Mr. Ottoman yang kurang suka sama yang rame-rame gini, tiba-tiba aja berasa bingung mau ngapain begitu ngeliat orang banyak banget.

Pintu masuk Piazza del Miracoli dijaga dua orang polisi. Dari sini Menara Pisa sudah tampak lebih jelas berdiri. Jadi di Piazza del Miracoli ini terdapat empat bangunan bersejarah yaitu Camposanto Monumentale yang merupakan areal pemakaman zaman gotik, Baptisterium yang merupakan tempat pembastisan terbesar di dunia, Gereja Katedral Santa Maria dan Menara Pisa. Diantara keempat bangunan ini, Menara Pisa adalah yang paling menjual dan terkenal.

Baptisteri, Gereja Katedral Santa Maria dan Menara Pisa

Saya dan Mr. Ottoman saat itu sepakat bahwa melihat orang-orang pasang gaya sejuta umat di Menara Pisa lebih mengasyikkan dibandingkan melihat Menara Pisanya. Rata-rata pasang gaya ala menendang, bersandar, dan tangan yang menopang Menara Pisa. Turis-turis Eropa rata-rata cukup satu dua foto, mungkin maksimal lima kali foto dengan latar Menara Pisa. Tapi tidak dengan turis-turis Cina dan Korea. Beberapa foto nggak cukup buat mereka dan nggak peka kalau banyak orang yang antri ditempat itu untuk ambil foto dengan latar Menara Pisa juga. Sedangkan turis Jepang mereka lebih santai. Mereka juga nggak sibuk foto dan lebih menikmati suasana.

Kami juga ketemu banyak orang Indonesia disini. Sangking banyaknya manusia, ya hanya sekedar saling senyum. Ada juga yang nggak sih karena nggak sadar mungkin ya ketemu orang Indonesia.

Setelah foto-foto dengan latar Menara Pisa, kami mencicipi es krim gelato khas Italia di toko es krim dekat Menara Pisa. Harganya standart, tapi lebih mahal dari Jerman. Wajar lah ya karena ditempat wisata.

Lalu kami berjalan ketempat pembelian tiket yang letaknya sejajar dengan Camposanto Monumentale. Ada dua pilihan tiket, tiket satuan dan kombinasi empat bangunan bersejarah dikawasan Piazza del Miracoli. Berhubung kami cuma mau masuk ke Menara Pisa, kami beli tiket satuan seharga 18 euro per orang. Sedangkan tiket kombinasi seharga 40 euro. Dua-duanya mahal menurut saya. Tapi ya tetap dibeli. Kan sayang aja udah nyampe sini tapi nggak naik keatas menara yang sangat melegenda itu.

Menara Pisa ini keamanannya cukup ketat. Diluarnya ada tentara yang jaga. Pengunjung nggak boleh bawa apa-apa saat masuk kedalam kecuali hp dan kamera. Semua barang dititip diruangan sebelah loket tiket dan gratis. Di tiket masuk udah ditulis kapan jadwal kita masuk ke menara. Jadi nggak boleh telat, klo waktunya kelewatan tiketnya hangus dan nggak diganti.

Sekitar 30 menit kami antri dibawah teriknya matahari untuk naik ke puncak Menara Pisa. Nggak ada aturan berapa lama waktunya didalam menara. Sebelum masuk, seluruh badan diperiksa penjaga. Jangan khawatir, yang perempuan juga diperiksa perempuan.

Begitu masuk kedalam Menara Pisa, jeng…jeng…jeng…! Kosong…kosong…kosong…! Sampe keatas ya cuma menara kosong aja. Di lantai satu ada tulisan tentang sejarah Menara Pisa sama tempat duduk dari semen yang nempel kedinding. Dari lantai 1 ini bisa melihat sampe ke puncak menara.

Nggak lama di lantai 1 karena nggak ada juga yang mau dilihat, kami mulai menaiki tangga satu demi satu. Namanya juga menara miring, pastilah dalamnya juga miring. Tangganya pun miring-miring dan bagian tengahnya ada cekungan. Selain itu, tangga di menara ini juga kecil.

294 anak tangga untuk sampai ke puncak. Kebayang kan kombinasi ngos-ngosongan, menjaga keseimbangan tubuh ditempat yang miring dan berjaga-jaga kalau-kalau ada orang dari arah berlawanan. Dan ditangga lantai terakhir itu kecil banget. Nggak bisa dilalui dua orang. Harus satu-satu.

Akhirnya nyampe juga diatas Menara Pisa yang saat Perang Dunia II ini sempat dijadikan pangkalan militer. Udah banyak turis disana pastinya dan ada satu orang penjaga. Saya duduk ditengah-tengah Menara Pisa. Cuma pengen berdiam diri sebentar dan ngomong ke diri sendiri, “Ini lho Menara Pisa yang ada di buku sejarah sejak SD itu.”

Dipuncak Menara Pisa ada tujuh lonceng raksasa. Tapi saat ini lonceng itu tidak boleh dibunyikan lagi karena dikhawatirkan akan menambah kemiringan Menara Pisa.

Setelah itu kami cuma duduk-duduk dipinggiran puncak menara, melihat Kota Pisa dari atas Menara Pisa. Bangunan-bangunan di Pisa sangat jauh berbeda dengan bangunan di Jerman. Justru lebih mirip dengan bangunan-bangunan di Turki. Kami juga sempat berkeliling di puncak menara. Tapi kepala saya malah jadi pusing karena kemiringannya dan jalannya juga harus ekstra hati-hati. Ditambah lagi angin yang cukup kencang. Tapi menurut saya pemandangan dari atas sini cukup indah. Cukup lama kami berada diatas puncak menara sebelum akhirnya turun juga.

Nggak sempurna dong udah di Italia tapi nggak nyoba pizzanya langsung. Kamipun mencoba pizza dari restoran disekitaran Menara Pisa. Harganya 8 euro dengan topping lima jenis keju. Pizzanya tipis dan rasanya benar-benar lezat. Sesuai dengan selera saya.

Pizza in Pisa

Selesai makan pizza, kami cari oleh-oleh di toko sebelah tempat pembelian tiket. Satu souvenir berbentuk Menara Pisa ukuran kecil (tapi nggak terlalu kecil) dihargai 5,50 euro. Kami cuma beli itu aja disini. Setelah itu jalan-jalan lagi disekitarnya dan ke toilet. Untuk toilet harus bayar lagi 1,50 euro sekali masuk. Toiletnya sangat bersih, luas dan wangi.

Keluar kawasan Piazza del Miracoli, ternyata harga souvenir di pedagang kaki lima lebih murah. Untuk souvenir seperti yang kami beli harganya 5 euro. Beda 50 cent aja sih, tapi klo beli banyak ya lumayan juga. Kami beli oleh-oleh lagi disini. Gantungan kunci dan lain-lain. Disini kalau beli banyak bisa dapat diskon dan bisa coba ditawar juga. Menurut saya penjual imigran lebih ramah dibandingkan penjual yang orang Italia asli.

Ternyata Mr. Ottoman masih lapar. Diseberang pasar kaki lima ada kafe kecil milik orang Turki. Selain makanan Turki, mereka juga jual pizza. Harganya lebih murah dan rasanya juga sama enaknya.

Rekomendasi buat yang muslim kalau mau cari makanan halal disekitaran Menara Pisa. Kata yang jualan di kafe ini, di Pisa nggak banyak orang muslimnya seperti di Jerman. Selain kafe ini, ada beberapa restoran muslim disini. Satu diareal pasar kaki lima dan satunya lagi di kawasan kota tuanya.

Selesai makan kami langsung balik ke resort. Pertanyaan “Ada apa didalam Menara Pisa?” pun sudah terjawab. Jawabannya: Nggak ada apa-apa didalam Menara Pisa. Menara ini juga nggak segagah yang ada dibenak saya sebelumnya. Tapi tentu menara ini juga merupakan sebuah keajaiban yang mampu melewati berbagai zaman dan sudah tercatat sebagai warisan budaya UNESCO. Klo ada rezeki, nggak ada salahnya kesini. Karena melihat langsung itu sangat berbeda feelnya dengan melihat foto-foto dari google dan instagram.


0



5 Comments

Dedkripsinya mntap..saya seolah olah turut merasakan ada dsana juga..

Reply

Terimakasih mba Afriyani Khusna 🙂

Reply

Woalaah ternyata ndak ada apa-apanya to di dalem menara. Mmm.. Semoga Allah memberi kesempatan untukku kesanaaa :)) biar bisa lihat langsung menaranya

Reply

InsyaAllah…mudah2an dimudahkan jalannya oleh Allah supaya bisa melihat langsung Menara Pisa

Reply

Pizza nya kelihatannya enak banget… seperti three cheese pizza di Papa John

Reply
Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog