Television Tower Stuttgart, Menara Pemancar Pertama di Dunia

Lima tahun tinggal di Stuttgart dan saya baru tau klo menara pemancar televisi pertama di dunia itu berdiri di kota ini 😀 Ini bukan yang pertama kalinya saya mengunjunginya. Dulu pertama kali kesini tahun 2012 saat saya masih menetap di pelosok Jerman. Television Tower Stuttgart, menara pemancar pertama di dunia ini mulai dibangun pada tahun 1954. Butuh waktu selama 20 bulan untuk menyelesaikannya dan akhirnya menara ini tegak berdiri pada tahun 5 Februari 1956.

Kali ini saya pergi bareng temen yang tinggal di Esslingen, kak Shanie yang katanya belum pernah kesini. Meskipun masih musim dingin dan pastinya di puncak menara setinggi 217 meter ini akan banyak angin berhembus dengan intensitas tingkat kedinginan yang luar biasa, tapi kami maju terus pantang mundur. Soalnya klo musim panas pengunjungnya bejubel. Musim dingin gini lumayan sepi.

Television Tower Stuttgart atau orang lokal menyebutnya dengan Fernsehturm ini berada di sebuah bukit bernama Hoher Bopser yang terletak di selatan Stuttgart. Tepatnya di distrik Degerloch. Bagi yang nggak punya mobil atau yang nggak bisa nyetir mobil seperti kami berdua, nggak perlu khawatir dengan jalan tanjakannya. Ada kendaraan umum yang mengantarkanmu kesana. Bisa naik bus atau tram yang bersih dan nyaman. Murah meriah lagi.

Television Tower Stuttgart diambil secara keseluruhan

Kami memilih naik ubahn atau tram karena lebih cepat. Dari Hauptbahnhof (stasiun pusat) kami naik U7 dan turun di halte Ruhrbank (Fernsehturm). Dari sini masih harus jalan kaki sebentar melewati hutan tak berdaun. Daunnya udah jatuh ke tanah semua akibat hembusan angin musim gugur yang lalu. Udara disini sejuk dan bersih, meskipun ini masih termasuk kawasan perkotaan. Beda dengan perkotaan di Indonesia dengan tingkat polusi yang cukup tinggi.

Pose di jalan setapak menuju Television Tower Stuttgart

Melewati jalan setapak yang tidak diaspal dan pastinya sedikit becek karena musim dingin, kami sempatkan foto-foto cantik. Lumayan buat nambah koleksi feed instagram 😀 Sebenernya ada jalan yang beraspal menuju Television Tower ini dan nggak melewati hutan. Tinggal pilih aja sih mau lewat jalur yang mana.

Percayalah meskipun jalan kaki melewati hutan, disini itu nyaman sekali. Suasananya bikin hati tenang. Mungkin juga karena ini musim dingin. Jadi nggak terlalu banyak orang. Musim panas biasanya orang Jerman hobi jalan dan melakukan kegiatan outdoor lainnya. Mereka lebih suka jalan kaki dan sepedaan. Atau piknik di taman. Banyak juga yang bawa anjingnya jalan-jalan biar nggak stres.

Setelah puas foto-foto akhirnya kami masuk juga kedalam Television Tower Stuttgart. Dari depan pintu masuk langsung disuguhi ruangan restoran. Disebelah kanannya ada toko souvenir, informasi dan tempat penjualan tiket.

Tiket dewasa diharga 9 euro. Anak-anak sampai usia 5 tahun digratiskan, sedangkan usia 6 sampai 15 tahun dikenai tiket seharga 5 euro. Enaknya lagi di Jerman itu banyak sekali penggolongan harga tiket. Untuk mahasiswa dan orang cacat disini tiketnya juga 5 euro saja. Kalau lagi ulangtahun tiketnya gratis. Kalau trip dari sekolah bayarnya cuma 4 euro per orang. Beda lagi untuk tiket grup, perorangnya dikenai 7 euro untuk dewasa dan 4 euro untuk anak-anak. Berlaku untuk grup dengan jumlah minimal 20 orang. Ada lagi namanya Familientiket atau tiket keluarga yang terdiri dari 2 orangtua dan anak minimal 1 yang usianya maksimal 15 tahun. Harga tiketnya 26 euro. Untung banyak klo punya anak banyak 😀 Nah, kalau mau sering-sering kesini bisa beli tiket tahunan seharga 30 euro untuk dewasa dan 18 euro untuk anak-anak usia 6 sampai 15 tahun. Tiket ini bisa digunakan sepanjang tahun.

Setelah beli tiket dan masuk ke ruangan selanjutnya setelah ruangan souvenir, ternyata kami belum bisa masuk karena diatas jumlah orangnya sudah dibatas maksimal. Jadi harus nunggu ada yang turun. Nggak lama sih nunggunya.

Akhirnya kami nyampe juga ke atas menara yang dijuluki “grandfather of all television towers” ini. Udah tau musim dingin, nekad kesini dan naik keatas pula. Sekarang rasakanlah hembusan angin yang maha dahsyatnya itu wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk. Baru liat-liat Kota Stuttgart sebentar kami udah nggak tahan sama angin dan dinginnya. Padahal kostum udah berlapis-lapis plus syal. Kamipun akhirnya masuk ke kafe dan duduk cantik aja disana sambil ngobrol. Dari sini juga tetap kelihatan kok pemandangan seluruh Kota Stuttgart yang asri.

Pusat Kota Stuttgart dari atas Television Tower

Supaya ngobrolnya enak, kamipun pesen makanan. Lagian nggak mungkin juga kan numpang duduk aja disini. Saya cuma pesan salad buahnya orang Jerman yang terdiri dari potongan buah aja tanpa saus-sausan seperti salad buahnya orang Indonesia. Sedangkan kak Shanie pesan kue Apfel Strudel sama air detox lemon campur daun mint. Harganya ya standar harga makanan di Stuttgart. Serba mahal memang di Stuttgart ini. Tapi rasa kuenya enak kok.

Kue Apfel Strudel dengan saus vanilla

Cerita ngalor ngidul mulai dari persoalan rumahtangga sampe cerita mental orang Indonesia yang maunya ditraktir terus, apalagi sama temen yang baru pulang dari Eropa 😀 Kebetulan kak Shanie baru pulang mudik dan ditodong suruh traktir temen-temennya tanpa kesepakatan. Ini miris sih dan mental begini nggak baik dipelihara. Kami cuma bandingin mental orang-orang di negara maju ini sama mental negara berkembang, negara kita tercinta Indonesia. Kalau Indonesia mau semakin maju, mental orang-orangnya harus dirubah. Jangan melulu tangannya dibawah aja.

Puas menikmati pemandangan sekaligus curhat-curhat ibu rumahtangga, kamipun turun kebawah. Sejenak liat-liat souvenir tapi nggak beli. Banyak souvenir bagus disini. Terus kami main-main di hutan sambil foto-foto lagi.

Lokasiini tepat disamping Television Tower Stuttgart

Selesai juga perjalanan kali ini walau nggak jauh-jauh juga dari rumah. Cuma ke Television Tower yang juga pernah dikunjungi Ratu Elisabeth II. Stuttgart memang punya banyak tempat bersejarah yang menarik. Selain Television Tower pertama di dunia ini, Stuttgart juga merupakan kota tempat diciptakannya mobil dan rel pertama di dunia. Sekian aja cerita tentang Television Tower Stuttgart, Insyaallah nanti saya bagi lagi cerita tentang sejarah dan tempat menarik lainnya di kota hunian saya ini.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog