Bedanya Hidup di Jerman || Bertetangga

Nyamperin tetangga yang lagi masak dari pintu dapurnya yang berujung ngobrolin ini itu adalah hal yang lazim terjadi di Indonesia. Pintu-pintu rumah di Indonesia juga biasanya terbuka lebar, kecuali rumah-rumah golongan atas yang tinggal di kawasan khusus.

Di Jerman mau itu golongan atas ataupun golongan remahan rengginang ya sama aja. Rumah selalu tertutup rapat. Tetangga depan yang jarak pintu rumah masing-masing cuma lima langkah nggak bisa sembarangan masuk kesana. Privasi kehidupan orang Jerman sangat tertutup.

Saya tergolong orang yang rajin nyamperin tetangga, tentunya setelah nanya boleh atau nggak ke rumahnya. Tapi tetangga saya udah diundang bolak-balik juga nggak pernah datang 😀 Tapi sekarang saya udah jaga jarak karena memang kehidupan bertetangga disini jauh berbeda dengan kehidupan bertetangga di Indonesia yang lebih friendly.

Bertetangga di Jerman itu banyak aturannya, baik yang tercatat sah secara hukum negara maupun tidak. Setiap orang di Jerman dilarang mengganggu ketentraman tetangganya. Misalnya terlalu berisik.

Contoh nyatanya adalah tetangga yang tinggal diatas apartemen kami. Punya anak 3 dan ributnya minta ampun. Sekarang sih udah agak mendingan karena udah dilaporin sama semua penghuni gedung ini. Jadi nggak orangtua nggak anak sama berisiknya. Si bapak hobi jeritin anak-anaknya, sementara anak-anaknya klo main nggak kira-kira. Selain itu mereka juga hobi bertukang di rumah. Ada aja yang dirubah dan dibenerin yang sebenernya itu sudah melanggar peraturan bertetangga di Jerman dan ternyata bukan kami aja yang terganggu. Tetangga lainnya juga.

Klo di Indonesia bisa parkir di lahan tetangga nggak pake ngomong-ngomong dan tetap santuy, jangan harap bisa begitu di Jerman. Buang sampah nggak sesuai jenisnya aja ada tetangga yang ngelaporin ke polisi dan berujung disuruh bayar denda.

Temen saya pernah nabrak pagar tetangganya. Nggak rusak, cuma penyok sedikit dan dia tanggungjawab mau benerin. Tapi tetangganya nggak mau dan lebih milih ngelaporin polisi. Akhirnya temen saya disuruh bayar sejumlah uang. Tetangga di Jerman memang tega-tega, jadi kitanya juga harus tega. Nggak usah bawa-bawa hati mellownya orang Indonesia ke Jerman, apalagi pake-pake rasa kasian. Nggak perlu.

Ajaibnya lagi di Jerman, tetangga kita nikahan dan kitanya nggak diundang. Ini wajar gaes disini. Tetangga di Jerman nggak dianggap siapa-siapa, apalagi dianggap penting. Biasanya orang Jerman itu klo nikahan pestanya sederhana dan yang diundang itu cuma orang-orang terdekat. Tetangga nggak termasuk orang terdekat walaupun tinggalnya dekat.

Di Jerman juga nggak ada acara ngumpul-ngumpul sama tetangga. Sebenernya disini tuh ada banyak acara, tapi bukan acara ngumpul-ngumpul tetangga. Acaranya sifatnya lebih umum.

Saya sama tetangga bisa dibilang ya kenal banyak, tapi nggak semuanya mau senyum apalagi nyapa klo ketemu di jalan. Dulu sih suka sedih klo dicuekin karena kitanya udah mencoba ramah, tapi ya namanya beda negara pastinya beda juga kebiasaan dan adat istiadatnya. Memang orang Jerman begitu. Jadi sekarang udah nggak pernah baper-baperan lagi. Malahan jadi ikutan cuek sama tetangga.

Sebenernya nggak semua tempat di Jerman begitu. Di Stuttgart karena tergolong kota besar, jadi orang-orangnya cuek. Dulu waktu tinggal di desa orang-orangnya nggak separah itu. Tapi ya tetap kita nggak boleh ikut campur urusan tetangga. Tapi seenggaknya klo ketemu di jalan mereka mau menyapa dan gosip apa aja klo di desa itu cepet nyebarnya 😀

Tetangga oh tetangga. Mau ketemu aja harus buat appointment dulu. Ya gitulah bertetangga di Jerman ini. Nggak bisa ngegosip sama tetangga sambil ngulek sambel di dapur 😀

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog