Zaanse Schans, Tempatnya Kincir Angin Terbanyak Keduadi Belanda

Hari kedua di Belanda, agendanya mengunjungi Zaanse Schans. Zaanse Schans merupakan sebuah tempat dengan kincir angin terbanyak kedua di Belanda setelah Kinderdijk. Sebagaimana kita semua ketahui, Belanda merupakan negerinya kincir angin. Dulu, kincir angin ini merupakan penopang kehidupan masyarakat Belanda. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, kegunaan kincir angin mulai menyurut. Jumlahnya juga tak sebanyak dulu dan kini lebih sebagai ikonnya Belanda.

Zaanse Schans masuk ke wilayah Zaanstad di Nordholland. Dari Amsterdam membutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan mobil dan sekitar setengah jam dengan kendaraan umum. Sedangkan dari Landal Dunimar tempat kami menginap dibutuhkan waktu sekitar 45 menit.

Memang perjalanan ke Belanda ini adalah keinginan saya. Mr. Ottoman sama sekali nggak tertarik kesini. Selain dulu dia udah pernah kesini, buat dia liburan itu ya ke negara-negara tropis dan ke pantai. Leyeh-leyeh sambil baca buku dan minum es kelapa muda 😀

Setelah melewati drama nyasar-nyasar di Zaandijk, akhirnya kami nyampe juga di Zaanse Schans. Dari kejauhan sudah terlihat rumah-rumah khas Belanda berwarna mayoritas hijau tua.

Masuk ke Zaanse Schans tidak dipungut biaya, kecuali kalau kamu mau masuk ke museumnya. Kami juga nggak masuk ke museumnya. Tapi yang bikin nyesek itu adalah uang parkirnya. Dua jam kami harus bayar 10 euro.

Saran saya kalau datang kemari itu bener-bener pagi banget. Kami nyampe sini udah jam 12 siang karena berangkatnya jam 11. Maklum gaes, slow travellers 😀 Habis solat subuh kami tidur lagi. Jam 8 saya baru mulai masak sarapan. Indomie goreng udang, teh turki dan untuk Mr. Ottoman saya buatin menemen dan sarapan ala turki lainnya.

Sarapannya juga santai banget. Dari meja makan memandang ke kanal dan pandangan kami tembus ke kebun tulip yang mengelilingi Landal Dunimar. Saat pintu dibuka, langsung tercium aroma tulip yang mulai bermekaran. Gimana mau gerak coba kalau tempatnya nyaman banget gini.

Beberes, mandi, make up dan sebagainya, akhirnya jam 11 baru berangkat. Sebenarnya keterlambatan ini juga karena awalnya kami mau ke Anne Frank House di Amsterdam. Bagi pecinta sejarah dan yang suka nonton film tentang NAZI, pasti tau siapa Anne Frank. Silahkan googling klo nggak tau.

Jadi yang mau ke Anne Frank House itu banyak banget dan tiketnya cuma bisa dibeli online. Dari jam 9 Mr. Ottoman mantengin terus antrian tiket yang saat itu udah diangka 400an aja antriannya. Eh…pas kami udah di antrian keseratus tiba-tiba webnya error. Dua kali begitu terus sampe akhirnya kami putuskan nggak jadi kesana dan langsung ke Zaanse Schans.

Back to Zaanse Schans, begitu kami masuk ke Zaanse Schans udah rame banget turis-turis yang datang khususnya turis Asia. Mungkin ini juga yang bikin kurang nyaman. Tapi tempat ini tetap asyik dan cantik bagi saya.

Begitu masuk ke areal ini pengunjung disambut dengan toko souvenir. Juga ada tukang foto yang tiba-tiba aja ngambil foto kita. Pastinya bayar lah udahannya. Tapi saya langsung bilang no waktu si abang fotografernya bilang “Pose please!”. Saya nggak tau berapa harganya karena nggak nanya juga.

Toko si tukang foto sekaligus toko souvenir

Lanjut jalan lagi. Disebelah kirinya ada rumah yang jual klompen sepatu khas Belanda. Disini juga kita bisa liat sejarah klompen, jenis-jenisnya dan cara membuatnya. Kamu juga bisa beli oleh-oleh khas Belanda disini. Aneka klompen mulai dari yang kecil sampai besar dengan harga yang bervariasi. Jangan lupa foto didepannya dengan berdiri diatas klompen raksasa berwarna kuning yang tampaknya memang sengaja disediakan untuk pengunjung yang ingin foto-foto.

Salah satu koleksi Klompen jaman old

Seperti daerah-daerah lain di Belanda, Zaanse Schans juga dikelilingi kanal-kanal kecil yang tentunya dialiri air. Rumah-rumah yang ada disini umumnya memang difungsikan sebagai toko. Nggak beli juga nggak apa-apa, tapi kalau bisa masuki setiap tokonya karena biasanya ada sejarahnya. Pastinya juga nambah ilmu.

Satu toko yang sangat menarik perhatian saya adalah toko yang menjual barang vintage dan shabby. Berhubung saya suka segala hal berbau vintage dan shabby. Mulai dari pakaian, alat dapur, pernak-pernik dan masih banyak lagi bisa ditemukan disini.

Toko vintage & shabby

Berjalan sedikit keujung areal ini, berjajar kincir-kincir angin ditepi kanal. Tidak semuanya difungsikan dan ada satu yang dibuka untuk pengunjung. Jadi pengunjung bisa masuk dan naik keatas kincir angin. Bayar 5 euro per orang dewasa. Kelihatannya menarik, tapi jangan tanya antriannya. Panjang banget.

Areal kincir angin

Dari areal kincir angin, memutar balik ke jalan kami masuk tadi. Tapi dari sisi yang lain. Ada toko yang menjual makanan. Kami beli coklat hangat dan chips saus keju. Cukup mahal harganya dibandingkan tempat lain. Tapi saya lupa berapa tepatnya. Chipsnya banyak tapi saus kejunya sedikit, padahal sausnya enak. Jadi, sausnya habis chipsnya masih sisa banyak 😀 Makannya ditemenin domba, bebek dan ayam yang lucu-lucu. Iya, kami makan dipekarangannya yang didepannya ada peternakan kecil. Ayamnya bentuknya unik banget, buntel kecil tapi lucu 😀

Disampingnya ada toko keju yang usianya sudah puluhan tahuh. Nggak sembarangan toko keju, disini juga diceritakan sejarah keju dan diperlihatkan cara membuatnya. Tapi sekali lagi, harga kejunya mahal-mahal jika dibandingkan yang di supermarket. Nggak ada salahnya beli keju disini kalau mau nyoba keju asli Belanda. Ada kok yang ukuran kecil. Tapi klo saya sih ogah, nyium baunya aja udah nggak tahan.

Tadinya kami mau beli strop waffel jajanan khas Belanda. Tapi ngeliat antriannya puanjaaaaaanggggg banget, nggak jadi deh. Harganya klo nggak salah 3 euro per bijinya. Tapi ini yang fresh. Habis itu  kami istirahat duduk-duduk dipinggir kanal.

Nggak lama sih kami jalan-jalan di Zaanse Schans, cuma dua jam aja. Daya tarik wisata utama tempat ini ya rumah-rumah khas Belanda dan tentunya kincir anginnya. Tempat ini juga jadi salah satu dari dua tempat di Belanda dengan jumlah kincir angin yang masih tersisa banyak. Kalau ditempat lain biasanya cuma berdiri satu dua kincir angin aja.

Buat yang hobi main instagram, tempat ini cocok banget untuk ngumpulin banyak foto kece untuk feed instagram yang keren. Bagusnya sih datang kesini pas cuaca cerah. Kebetulan waktu kami datang cuacanya mendung, jadi langitnya gelap.

Dari Zaanse Schans kami lanjut jalan-jalan di Amsterdam. To be continued ya cerita liburan di Belandanya….

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog