“Ich Liebe Dich” Atau “Ich Hab’ Dich Lieb”? Mana yang Benar & Apa Bedanya?

“Ich liebe dich” (aku cinta kamu) sudah sangat umum diketahui banyak orang. Tidak melulu yang bisa Bahasa Jerman, sudah banyak orang mengetahui arti “Ich liebe dich” tanpa harus melihat google translate. Bagaimana dengan “Ich hab’ dich lieb”? Mungkin kalimat cinta yang artinya kurang lebih juga sama dengan “Ich liebe dich” ini belum banyak didengar orang selain Jerman yang tidak tinggal di negara-negara ber-Bahasa Jerman. Lalu, “Ich liebe dich” Atau “Ich hab’ dich lieb”? Mana yang benar & apa bedanya?

Orang Jerman memang umum menggunakan kalimat “Ich liebe dich” dan “Ich hab’ dich lieb” sebagai ungkapan cinta dan sayang mereka kepada seseorang. Bahkan kalimat “Ich hab’ dich lieb” lebih sering terdengar dibandingkan “Ich liebe dich”.

Secara singkat “Ich liebe dich” dipakai untuk mengungkapkan ke orang yang benar-benar kita sayangi seperti ke suami atau istri. Sedangkan “Ich hab’ dich lieb” lebih ke perasaan suka secara umum misalnya diungkapkan ke teman.

Contohnya ada orang yang baru berkenalan. Diawal-awal perkenalan mereka sudah memiliki rasa suka. Maka mereka bisa mengungkapkannya dengan “Ich hab’ dich lieb”. Kemudian jika selanjutnya hubungan itu terus terjalin sampai benar-benar muncul perasaan cinta, barulah bisa mengatakan “Ich liebe dich”.

Lalu bagaimana jika orang mengucapkan “Ich hab’ dich lieb” ke anaknya seperti yang kebanyakan orangtua Jerman lakukan? Apakah itu menandakan orang Jerman tidak benar-benar mencintai anak-anaknya?

Jawabannya tentu tidak benar. Mana ada orangtua yang tidak benar-benar mencintai anaknya. “Ich hab’ dich lieb” juga lebih diperuntukkan ke anak-anak karena terdengar lebih so sweet jika diucapkan ke anak-anak. Itulah sebabnya di Jerman para orangtua lebih sering terdengar mengucapkan “Ich hab’ dich lieb” ke anak-anaknya dibandingkan “Ich liebe dich”.

Menurut sebagian orang Jerman, akan terasa aneh jika mereka mengucapkan “Ich liebe dich” ke anak-anaknya. Karena mereka hanya mengucapkan “Ich liebe dich” ke pasangannya saja, bukan ke anak-anak.

“Ich liebe dich” juga cenderung mengarah ke hubungan antar individu dewasa yang memiliki hubungan khusus seperti pacaran atau ikatan pernikahan. Pastinya juga sah-sah saja diucapkan ke orangtua ataupun saudara kandung.

“Ich liebe……” tidak hanya diucapkan ke makhluk hidup, bisa juga ke benda mati seperti mobil (Ich liebe mein Auto) atau ke suatu kegiatan seperti sepak bola (Ich liebe Fußball). Sedangkan “Ich hab’…..lieb” tidak berlaku untuk itu.

Bagi sebagian orang tidak penting apakah “Ich liebe dich” atau “Ich hab’ dich lieb” itu memiliki kriteria tertentu dalam penggunaannya atau tidak. Bagi mereka cinta adalah cinta dan kedua kalimat itu sah-sah saja digunakan.

Sebagian orang bahkan tidak pernah berucap “Ich liebe dich” atau “Ich hab’ dich lieb” ke pasangannya. Karena bagi orang-orang yang menganut paham tersebut cinta bukanlah ucapan melainkan tindakan.

Apapun itu, jangan lupa terus menebar cinta bagaimanapun bentuk pengungkapannya.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog