Jerman adalah salah satu negara terkaya di dunia. Di tengah gonjang-ganjing krisis ekonomi di Eropa beberapa tahun silam yang membuat beberapa negara jatuh miskin seperti Yunani yang berujung menumpuknya hutang mereka ke negara-negara tetangganya, tidak demikian dengan Jerman. Perekonomian Jerman tetap kuat dan kokoh.
Lapangan pekerjaan yang cukup banyak, kualitas pendidikan yang sangat baik, lingkungan yang sangat bersih, hidup yang cukup teratur dan fasilitas umum yang canggih serta memadai. Rasanya tidak mungkin ada yang tidak bahagia tinggal di Jerman. Bahkan banyak orang dari negara luar berlomba-lomba agar bisa hidup di Jerman.
Beberapa tahun menetap di Jerman membuat saya sedikit banyaknya paham dengan kebiasaan dan budaya di Jerman. Budaya Jerman ternyata nggak melulu soal hal-hal yang membahagiakan saja. Setidaknya di Jerman saya juga menemukan budaya yang menyedihkan. Berikut ini 5 budaya menyedihkan Jerman.
1. Orang Jerman Susah Bahagia
Orang Indonesia tergolong orang yang mudah sekali bahagia. Hanya dengan membaca hal-hal receh di media sosial saja bisa tertawa. Atau ngumpul bareng teman-teman di pos satpam, sekedar bercanda-canda sudah bisa bikin bahagia. Tapi tidak dengan orang Jerman.
Orang Jerman tergolong manusia yang sulit bahagia dan terlalu serius menjalani hidup. Hal ini disebabkan sejarah kelam negara mereka yang berlabel negara pelaku genosida. Mereka juga tidak pernah memenangkan Perang Dunia. Selain itu, negara yang terbagi menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur juga membuat masyarakat Jerman frustasi yang berujung sulit menemukan kebahagiaan. Memang saat ini secara tertulis sudah tidak ada lagi Jerman Barat dan Jerman Timur, tapi kenyataannya hal itu tetap masih ada.
2. Rasisme di Jerman
Musim panas 2018 lalu pemain timnas Jerman keturunan Turki Mesut Özil resmi mengundurkan diri karena rasisme dari sesama pemain dan juga fans. Manusia sekelas Özil yang telah banyak mengharumkan nama Jerman saja masih bisa mengalami rasisme di Jerman. Apa kabarnya rakyat jelata yang sering dituding hanya numpang hidup di Jerman?
Akhir Agustus 2018 beredar sebuah video yang mempertontonkan simpatisan sayap kanan mengejar dan menyerang orang asing di jalanan Chemnitz, sebuah kota di Negara Bagian Saxony yang adalah daerah eks Jerman Timur. Hal ini sangat mengguncang Jerman dan dunia turut mempertanyakan tentang apakah Jerman tidak belajar dari masa lalunya yang kelam.
Masalah rasisme bukan persoalan baru di Jerman. Bahkan di kawasan-kawasan eks Jerman Timur tingkat rasisme terhadap warga non Jerman tergolong tinggi. Inilah sebabnya rasisme merupakan budaya menyedihkan di Jerman. Banyak yang menentangnya, tapi banyak juga orang Jerman yang melakukannya.
3. Anti Sosial
Budaya anti sosial adalah hal lumrah di Jerman. Jerman memiliki budaya tertutup dalam banyak hal. Khususnya untuk masalah pribadi, orang Jerman sangat tertutup. Tidak seperti orang Indonesia yang apa-apa dipamerin di sosial media. Segala hal di Jerman itu ada perlindungannya. Juga soal mengupload foto orang di sosial media. Jika yang bersangkutan tidak mengizinkan, bisa didenda dan masuk penjara.
Sebenarnya budaya ini ada bagusnya, tapi hal ini juga menciptakan kekakuan pada orang Jerman. Karena sifat orang-orangnya yang tertutup, tidak gampang menemukan teman di Jerman. Satu sekolah atau satu tempat kerja tidak bisa disebut berteman di Jerman. Karena itu pula banyak orang yang kesepian di Jerman.
Karena sifat yang tertutup ini pula kita tidak bisa sembarangan dalam bertetangga dengan orang Jerman. Misalnya saja membagikan makanan buatan sendiri. Tidak semua orang Jerman bisa dengan ramah menerima makanan pemberian tetangga. Mereka tak segan menolaknya.
Contoh lainnya yang jelas menunjukkan sifat anti sosial pernah terjadi pada seorang teman saya. Suaminya tidak sengaja menabrak pagar tetangga. Tidak terlalu rusak, hanya bergeser sedikit dan mereka berjanji menggantinya. Tetapi si tetangga tanpa basa-basi langsung menghubungi polisi dan teman saya mendapatkan denda dari polisi.
Hal semacam ini mungkin tidak akan terjadi di Indonesia. Namanya hidup bertetangga, orang Indonesia sangat percaya bahwa antar tetangga harus saling membantu dan bisa saling memaafkan. Apalagi ini kasusnya tidak sengaja dan sudah berjanji akan menggantinya. Tapi memang seperti itu faktanya kehidupan di Jerman yang memiliki budaya anti sosial.
4. Takut
Orang Jerman memiliki anxiety yang berlebihan. Bahkan orang Jerman tercatat sebagai masyarakat yang memiliki tingkat anxiety terbesar di dunia. Curiga dan takut terhadap orang yang tidak dikenal sudah biasa menjadi sikap orang Jerman. Orang Jerman memiliki sifat waspada yang berlebihan karena mereka takut dibohongi, takut dipermainkan dan segala hal yang berhubungan dengan ketakutan lainnya. Jangan heran kalau kamu bertemu orang Jerman dan mereka tidak welcome.
5. Minim Empati
Orang Indonesia mudah sekali merasa iba terhadap orang lain yang kesusahan. Hal ini mungkin dikarenakan masa lalu Indonesia yang pernah dijajah dan hidup tertindas. Berbeda dengan orang Jerman, mereka tidak pernah dijajah bangsa lain walau negaranya pernah porak poranda.
Mungkin itulah sebabnya mereka kurang berempati terhadap orang yang kesusahan. Bukan tidak mau menolong, tapi memang mereka kurang bisa merasakan kesusahan orang lain.
Setiap negara pasti memiliki plus minusnya masing-masing. Ambil yang baiknya dan buang yang buruknya.