Sudah tidak diragukan lagi kalau orang Indonesia terkenal suka menjaga silaturrahmi. Saling mengunjungi sanak keluarga, teman dan tetangga. Khususnya di hari raya idul fitri. Bukan hanya karena perintah agama islam yang menganjurkan umatnya untuk selalu menjaga silaturrahmi, sifat dasar orang Indonesia memang terkenal ramah. Silaturrahmi suda menjadi bagian dari budaya Indonesia.
Sebagian daerah di Indonesia dengan rumah-rumah padat penduduk mempunyai cara yang unik menjaga silaturrahmi. Banyak ibu setiap harinya saling ngobrol diwaktu-waktu tertentu. Itu juga bentuk dari silaturrahmi. Pergi ke acara pengajian rutin, arisan, ikut serta dalam kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal juga merupakan bentuk silaturrahmi.
Lain di Indonesia, lain pula di Turki. Turki juga mempunyai budaya silaturrahmi yang sangat kuat. Meskipun banyak masyarakatnya yang merantau ke Jerman, budaya silaturrahmi mereka tidak hilang. Orang Turki sangat suka saling berkunjung untuk tetap menjaga tali silaturrahmi. Tidak cuma ke rumah saudara dekat saja, tetapi juga saudara-saudara jauh dan teman-teman.
Sebagai negara yang sama-sama mayoritas muslim, masyarakat Indonesia dan Turki sepakat bahwa menjaga tali silaturrahmi akan membawa keberkahan dan datangnya tamu akan membawa rezeki. Tapi bertamu ala Indonesia dan Turki itu beda lho.
Misalnya saya datang ke rumah kakak-kakak saya yang jaraknya juga cuma beberapa langkah dari rumah mamak saya, saya nggak seperti tamu. Kadang ya datang karena mau minta cabe bawang atau sekedar mau main sama keponakan saya. Beda sama keluarga Mr. Ottoman. Dulu rumah orangtuanya juga tidak terlalu jauh dari rumah dua abangnya. Tapi kalau mereka mau saling berkunjung itu tetap harus dalam keadaan formal, nggak boleh cuma pake baju tidur doang seperti di Indonesia. Bajunya harus rapi, bawa kue atau buah. Duduk di ruang tamu dan ngobrol seperti sama tamu-tamu lainnya. Jadi nggak seperti di keluarga saya yang keluarga inti termasuk ipar-ipar itu kalau datang ya memang nggak formal.
Dulu Mr. Ottoman itu heran saat pertama kali datang ke Indonesia mengunjungi keluarga saya. Dia lihat semuanya santai dan nggak formal. Duduk lesehan, barbeque di halaman rumah dan dia bisa ngobrol santai sama mamak saya. Tadinya tuh Mr. Ottoman kaku banget ke mamak saya karena memang begitu orang Turki ke mertua, banyak aturannya. Tapi begitu dia lihat mamak saya santai aja, bahkan ngajakin becanda, semuanya jadi berubah. Saya bilang sih ini bentuk silaturrahmi yang asyik dan selalu saya rindukan.
Nikah sama orang Turki harus siap banyak tamu yang datang. Tapi seperti yang saya bilang diatas, tamu Turki beda dengan tamu Indonesia yang lebih rileks dan nggak ribet. Bertamu ala Turki itu ada aturan-aturannya dan mereka itu tahan ngumpul-ngumpul sampe tengah malam walaupun punya anak kecil. Ngeteh bergelas-gelas sambil makan kue. Ini salah satu perbedaannya menurut saya.
Di Indonesia kalau ada tamu yang mendadak datang, biasanya cukup disuguhi teh manis. Kadang cukup dengan air putih. Beda dengan orang Turki. Mau mendadak atau terencana, wajib disuguhi teh beserta cemilan-cemilannya. Itu sebabnya setiap rumah orang Turki pasti selalu sedia cemilan-cemilan untuk tamu. Kalau orang Indonesia kan biasanya cuma hari raya aja yang heboh dengan kue-kue kering. Kalupun nyediain makanan untuk tamu yang mendadak itu, biasanya gorengan yang dijual tetangga adalah pilihannya.
Hampir setiap minggu orang Turki berkunjung atau dikunjungi sanak keluarganya. Hubungan kekerabatan mereka memang erat dan mereka sangat menjunjung tinggi tali silaturrahmi. Itulah kenapa orang Turki punya tingkat kebersihan yang jauh diatas rata-rata. Coba deh sekali-kali main ke rumah orang Turki, pasti paham yang saya maksud dengan kebersihan diatas rata-rata. Beda dengan kebersihan normal rumahnya orang Indonesia.
Nggak cuma saling berkunjung untuk menjaga tali silaturrahmi. Zaman sekarang sudah sangat mudah, apalagi untuk yang tinggal berjauhan seperti saya di Jerman dan keluarga di Indonesia. Silaturrahmi bisa tetap terjaga dengan whatsapp.
Cara menjaga silaturrahmi saya dan keluarga di Indonesia dengan keluarga Mr. Ottoman pun berbeda. Saya cukup seminggu sekali, bahkan kadang lebih dari itu. Memang keluarga kami tipe yang seperti itu, tapi kuat hubungan batinnya. Sedangkan keluarga Mr. Ottoman itu tipe yang selalu standby di handphone. Umumnya memang begitu orang Turki, apalagi ibu-ibunya. Nggak heran kalau para ibu-ibu Turki itu menjadi orang yang pertama tau soal kabar seluruh keluarga besar. Setiap hari mama mertua itu selalu ngobrol lewat telepon dengan saudara-saudara dan teman-temannya. Dia juga rutin menghubungi anak-anaknya. Tanya dari A sampai Z. Tapi nggak bisa dia lakuin ke saya, menantunya yang beda satu-satunya ini 😀
Setiap orang mempunyai caranya sendiri untuk menjaga tali silaturrahmi. Kadang menurut saya cara bersilaturrahmi ala Turki itu sedikit ribet. Mungkin hanya yang menikah dengan orang Turki saja yang paham 😀 Saya sih nggak terlalu mengikuti cara orang Turki menjaga silaturrahmi. Benar memang menjaga tali silaturrahmi bisa membawa keberkahan, tapi kita juga harus memilih teman dan orang-orang terdekat kita yang layak untuk terus dijaga tali silaturrahminya.