Wanita Turki dikenal sebagai wanita “mahal”. Dari yang saya tau dan lihat langsung, di Jerman orang Turki bisa menghabiskan uang 20.000 euro untuk pesta pernikahan. Bahkan bisa lebih karena sebelum nikah ada acara hantaran, malam hena dan sebagainya. Belum lagi harga baju pengantin yang umumnya beli baru. Untuk baju saja bisa ribuan euro.
Semua itu belum terhitung emasnya yang wah. Mungkin sama seperti sebagian orang Indonesia, orang Turki juga menganggap emas sebagai pride mereka. Karena itu, untuk datang ke pesta orang Turki sendiri biasanya tamu-tamu juga sibuk dengan beli baju, tas dan sepatu baru. Kalau saudara juga menyiapkan emas untuk kadonya. Kelihatan wah, tapi siapa yang tau cerita dibelakangnya.
Beberapa laki-laki Turki bilang, mereka menikahi orang Indonesia karena wanita Indonesia itu murah. Tidak banyak ini itunya seperti menikahi wanita Turki.
Mendengar statement itu, ada pula wanita Indonesia yang berpendapat kalau seharusnya wanita Indonesia itu juga memberikan harga tinggi untuk calon suaminya. Jangan karena bule, hayuk aja diajak nikah. Katanya supaya harga diri wanita Indonesia naik dimata bule-bule.
Dari kedua pernyataan diatas, pantaskah jika wanita Indonesia itu disebut murah dan murahan?
Saya mau flashback saat saya menikah dulu. Tidak ada pesta dan keluarga karena saya dan Mr. Ottoman sama-sama tidak menginginkannya. Kami hanya berdua pergi ke mesjid untuk akad nikah. Saya tau keadaan calon suami saya saat itu seperti apa. Meskipun pekerjaannya sudah mapan, tapi waktu itu dia masih harus bayar kredit ke pemerintah yang dia pinjam untuk membiayai kuliahnya. Iya, sejak SMA dia hidup sendiri dengan biaya sendiri.
Kalau keempat kakak ipar saya dikasi emas sama mama mertua seharga ribuan euro, tidak demikian dengan saya. Mamer nggak ngasih apa-apa ke saya. Dia ada kasih kalung, tapi itu mintasi dan sekarang juga udah karatan. Mr. Ottoman sendiri yang beliin emas buat saya. Walaupun jumlahnya nggak sebanyak emas kakak ipar yang dikasih mamer, tapi saya lebih bahagia dan bangga karena itu dari hasil kerja keras suami saya sendiri.
Saya nggak tau alasan mamer nggak ngasi apa-apa ke saya, saya juga nggak berharap. Bukan itu tujuan saya menikah. Kalau dibilang nggak punya, mamer saya itu bukan orang miskin. Pensiunan ada dari Jerman dan Turki, punya rumah besar dan juga rumah sewa. Saya sempat terpikir, dia lakukan itu kalau bukan karena dia tidak menyukai saya ya karena dia pikir wanita Indonesia itu murah. Nggak perlu dikasi ini itu.
Alasan yang kedua itu saya rasa lebih tepat. Terbukti dari beberapa perlakuannya ke saya seolah saya ini manusia primitif dari negeri antah barantah. Saya nggak mau ambil pusing soal harta dan emas dari keluarga Mr. Ottoman. Toh kalau nggak punya anak, harta warisan itu hukumnya nggak bisa diwariskan ke istri. Mending fokus dan kerja keras sendiri.
Saya buktikan ke mamer dan keluarga Mr. Ottoman, saya ini bukan wanita primitif yang nggak tau apa-apa. Faktanya mereka yang wanita jangankan Bahasa Inggris, Bahasa Jerman aja masih terbata-bata meskipun udah puluhan tahun tinggal di Jerman.
Mr. Ottoman sendiri juga sering ngebanggain saya ke keluarganya. Tentang pekerjaan saya dulu waktu di Indonesia dan kemampuan-kemampuan saya lainnya.
Lama-lama kelihatan donk saya ini wanita murah atau bukan. Faktanya tiket pesawat ke Indonesia itu mahal, saya juga suka travelling yang membutuhkan uang juga. Dalam setahun kami berdua bisa berkali-kali pergi travelling dan selalu mengusahakan pulang ke Indonesia.
Sedangkan wanita Turki, pestanya memang mahal. Tapi setelah itu? Banyak dari mereka yang nggak tiap tahun pulang ke Turki, rumah nyewa dan nggak pernah liburan kecuali ke Turki. Wanita-wanitanya hanya sibuk bebersih, kalaupun kerja tetap masih harus sibuk bebersih rumah dan masak. Dan itu dilakukan tiap hari. Gimana nggak stres coba? Tiap hari yang dihadapi itu kain pel sama teflon. Sekali-kali kek pergi piknik. Tapi memang banyak dari mereka yang kurang tertarik travelling.
Makanya saya kurang nyambung sama mamer dan kakak ipar karena klo ketemu mereka ya mereka itu ngobrolinnya soal kerjaan rumah terus atau gosipin orang. Nggak nyambung sama saya dan saya nggak tertarik sama tema mereka.
Meskipun wanita Indonesia nggak minta uang banyak dari calon suami bulenya, bukan berarti kita murah. Terus karena langsung mau diajak nikah juga bukan murahan. Ingat! Nikah itu ibadah. Bukankah wanita yang paling baik adalah wanita yang paling murah maharnya?
Murah atau murahan itu nggak dilihat dari seberapa banyak maharnya dan seberapa cepat seseorang itu memutuskan untuk menikah. Pesta yang wah juga nggak menjamin pernikahan itu bahagia dan jadi pasangan yang kaya raya. Banyak orang kaya dan sukses yang nikahnya sangat sederhana.
Meskipun wanita Indonesia yang menikah dengan laki-laki Turki sebagian ada yang nggak pesta besar-besaran seperti orang Turki dengan gelimangan emas, bukan berarti kalian murah. Suami kalian juga harus mengeluarkan banyak uang untuk tiket pesawat, urus surat-surat dan segala macamnya yang semua juga dibayar pake duit yang nggak sedikit.
Jadi, wanita Indonesia itu murah atau murahan? Jawabannya ada pada dirimu masing-masing. Bekali diri dengan akhlak dan ilmu pengetahuan yang baik dan banyak. Insyaallah kamu akan mendapatkan jodoh yang nggak menganggap wanita Indonesia itu murahan. Buktikan bahwa kita wanita Indonesia adalah wanita yang berkualitas.
2 Comments
Anonymous 21. Dezember 2019 at 16:20
Thanks for sharing mba.. Jujur blog ini enak dibaca, bahasanya gak ribet dan menarik. Aku nyampe sini karena lumayan tertarik sama cowok turki, but then after reading your blog, it seems clearer and I can get much information.. Almost feels like reading an honest review! You have such a character and that’s what makes you unique.
Semoga bahagia selalu ๐
AnneYaa 25. Dezember 2019 at 3:33
And thanks for visiting my blog & for the feedback.
Kamu juga ya, semoga sehat selalu ๐