Salah satu runtutan acara untuk memulai hidup baru dengan orang baru adalah pertunangan. Pertunangan di keluarga Mas L menjadi urutan ke lima dari sekian banyaknya adat pernikahan Turki. Iya, ada banyak deretan acara yang harus dilakukan sebelum sepasang calon suami istri bisa duduk di kursi pelaminan.
Dalam adat Turki acara pertunangan diurus oleh pihak perempuan. Tempatnya bisa di gedung bisa pula di rumah. Soal meriah atau tidaknya suatu acara pertunangan ya tergantung dari si yang punya hajat. Terkadang kemeriahan sebuah acara pertunangan orang Turki itu bukan soal mampu atau tidak mampu, tapi soal ego si orangtua calon mempelai wanita. Tidak sedikit yang malu jika hanya mengadakan acara pertunangan seadanya. Meskipun banyak juga yang sebenarnya tidak punya cukup biaya, tetap acara pertunangan mewah harus dibuat nyata.
Setahun yang lalu keponakan kami mengadakan acara tunangan di sebuah gedung setelah menjalani rentetan acara wajib sebelum pertunangan bisa dilaksanakan. Menurut saya acara yang dihadiri sekitar 300 undangan itu cukup meriah. Bisa dibilang mirip acara pernikahan orang Jerman, bahkan lebih ‘mewah’.
Sebelum datang ke gedung tempat acara berlangsung, ada acara adat yang harus dilewati di rumah pihak wanita. Keluarga pihak laki-laki datang ke rumah. Para tetua berbicara memberikan nasihat. Kemudian calon mempelai laki-laki disuguhkan kopi yang diberi garam dan wajib diminum sampai habis.
Selesai acara di rumah barulah semuanya pergi ke gedung tempat acara selanjutkan dilaksanakan. Urutan acara pertunangan ini sama seperti acara di pesta pernikahan Turki. Meja-meja panjang yang sudah dihias dengan bunga-bunga, snack dan minuman ringan di atasnya disusun sejajar menghadap kursi kedua mempelai.
Kedua mempelai masuk bergandengan diiringi dengan musik romantis menuju kursi mereka. Para tamu undangan berdiri sambil bertepuk tangan. Lalu kedua mempelai berdansa mesra layaknya pasangan pengantin. Setelah mereka selesai berdansa, para tamu turun ke lantai dansa dan ramai-ramai berdansa. Dilanjutkan dengan joget-joget khas Turki.
Puas berjoget dan berdansa, makanan pun disajikan. Menunya ayam panggang Turki setengah ayam untuk 1 orang dihidangkan dengan roti brötchen khas Jerman dan salad kentang. Sorry to say menu ini kurang tepat menurut saya. Terlalu kering di tenggorokan dan tidak ada sausnya. Terlihat banyak orang yang tidak memakan hidangan di depan mereka.
Selesai acara makan, selanjutnya penyerahan cincin tunangan dari pihak laki-laki ke pihak perempuan. Dilanjutkan dengan dansa dan joget Turki lagi.
Acara dilanjutkan dengan potong kue. Setelah kedua mempelai suap-suapan, kue dibawa ke dapur untuk dipotong-potong dan dibagikan ke para tamu undangan. Masih belum selesai dengan makan kue, acara masih lanjut. Apalagi kalau bukan joget-joget 😀
Joget-joget terakhir ini termasuk acara bebas. Jadi ada sebagian tamu yang memutuskan pulang. Tapi saya nggak bisa pulang lebih dulu karena termasuk keluarga dan nggak ada alasan kuat untuk pulang duluan. Padahal udah pengen banget pulang. Beneran pusing sama musiknya udah kek di diskotek.
Hampir tengah malam selesai juga mereka joget-joget tapi nggak langsung pulang. Teman dan kerabat dekat juga calon pengantin bersama-sama membersihkan ruangan tempat acara berlangsung. Mulai dari hiasan sampai kursi-kursi disusun seperti semula.
Soal kado, kami tidak memberi kado. Kenapa? Di keluarga Mas L memang tidak memberi kado di acara pertunangan. Tapi nanti di acara resepsi pernikahan wajib wah banget kadonya. Sedangkan untuk tamu undangan lain yang bukan keluarga saya melihat ada yang memberikan kado dan amplop duit.
Sebelum ini sebenarnya sudah ada satu keponakan Mr. L yang menikah. Mereka juga mengadakan acara pertunangan. Tapi mereka memilih untuk mengadakannya di rumah dan hanya mengundang orang-orang terdekat.
Lalu siapa yang membiayai acara pertunangan ini? Untuk acara pertunangan dalam adat Turki itu sepenuhnya dibiayai oleh pihak perempuan. Jadi, meriah atau tidaknya acara pertunangan itu tergantung keinginan keluarga pihak perempuan.