Siapa bilang orang barat tak percaya mitos? Adalah Blautopf, sebuah danau kecil yang disebut juga blue lagoon ini disebut-sebut memiliki kekuatan mistis peninggalan abad pertengahan. Sebagian orang Jerman, khususnya yang tinggal di dekat Blautopf masih mempercayai mitos turun temurun tentang kemistisan Blautopf yang juga dijuluki sebagai lubang neraka. Akhir musim panas lalu kami sempatkan berkunjung ke Blautopf, lubang nerakanya Jerman dan kisah mistis si peri air nya.
Blautopf terletak disebuah kota kecil bernama Blaubeuren. Masih satu negara bagian dengan kota Stuttgart, Baden-Württemberg. Kami membutuhkan waktu satu jam untuk sampai disana. Sebenarnya sudah lama saya ingin ke danau yang airnya asli benar-benar biru dan sangat indah ini. Baru berkesempatan kesana di akhir musim panas lalu.
Blautopf merupakan sumber mata air karst terkaya kedua di Jerman. Airnya sangat jernih berwarna biru bening. Sebuah mitos Jerman kuno menyebutkan kalau dulu setiap harinya dituangkan satu ton tinta biru ke danau ini yang mengakibatkan warnanya semakin hari semakin biru. Tentu cerita itu hanya mitos belaka. Aslinya warna biru indah tersebut disebabkan oleh pertikel kapur berskala nano yang menyebar didalam air danau ini dan terjadilah pantulan cahaya yang mengeluarkan warna biru indah. Hal yang sama yang terjadi di Blue Lagoon di Islandia.
Sebelum sampai ke Blautopf, kami parkir mobil di kawasan Kota Tua Blaubeuren. Kotanya sangat indah dan sejuk. Sempat ke toilet juga dan gratis, bersih pula. Mungkin juga karena masih pagi dan belum banyak orang umum yang ke toilet. Kebetulan kami juga dapat tempat parkir gratis. Seperti kebanyakan kota tua di Jerman, bangunan disini pun juga sama. Rumah-rumah khas abad pertengahan dengan ornamen kayu seperti di Stuttgart juga. Meskipun mirip-mirip bangunannya, terasa ada yang beda aja disini. Feel abad pertengahannya lebih dapet.
Masih belum nyampek nih ke Blautopf, kami melewati sebuah kloster tua yang pertama kali dibangun tahun 1085. Tapi dibagian atapnya tertulis tahun 1600-an gitu klo nggak salah. Nggak tau juga sih itu tahun apaan. Klo udah ketemu si kloster ini, artinya udah dekat sama pintu masuk Blautopf. Walaupun nggak ada pintu masuknya juga sih. Tandanya adalah sebuah kafe dan toko souvenir. Btw, tempat ini tutup di musim dingin dan kembali dibuka bulan april tahun 2020.
Begitu memasuki kawasan Blautopf, pengunjung disambut oleh sebuah patung wanita setengah ikan alian putri duyung bertelanjang dada. Ada juga yang menyebutnya peri air. Patung ini bukan sembarang patung. Ia merupakan salah satu bagian dari legenda Blautopf. Patung ini bernama “Die schöne Lau” yang berarti “Si cantik Lau” yang juga menjadi judul legenda Blautopf karangan Eduard Mörike. Sayangnya saat itu saya terlalu fokus dengan warna biru Blautopf, sampe lupa ambil foto si Schöne Lau.
Sesuai julukannya, Die schöne Lau adalah seorang yang cantik dengan rambut panjang nan hitam, bermata biru bulat, memiliki selaput diantara jari-jari kaki dan tangannya yang sangat tipis dan halus. Tetapi wajah Lau tampak murung. Legendanya menyebutkan, dia adalah makhluk yang moody dan berwajah pucat. Ibunya seorang manusia, sedangkan ayahnya adalah seorang raja air dari Laut Hitam. Itulah sebabnya ia memiliki selaput dijari-jarinya.
Singkat cerita, Lau menikah. Sayangnya ia hanya melahirkan anak-anak yang kemudian meninggal. Iapun semakin sedih. Karena tidak bisa melahirkan anak-anak yang hidup, suaminya mengirimnya ke Blautopf. Mertuanya mengatakan bahwa ia tidak akan bisa melahirkan anak yang hidup sampai ia tertawa ikhlas selama 5 kali dalam sehari. Itulah sebabnya saat ia melewati masa hukumannya di Blautopf, kadang ia tiba-tiba tertawa tetapi bisa tiba-tiba berubah marah.
Dulu masyarakat setempat sempat memberikan sesembahan seperti emas dan barang berharga lainnya yang mereka masukkan kedalam danau jika ada tanda-tanda Lau marah. Tanda-tandanya seperti tanda-tanda mistis pada umumnya seperti benda-benda bergerak sendiri, tiba-tiba terjatuh atau menabrak sesuatu. Tapi kabarnya Lau tidak menyukai para biarawati dan pemuka agama yang mendiami kloster tua yang tadi kami lewati. Dia sering marah pada biarawati dan pendeta. Benar tidaknya tidak ada yang tau karena ini hanya legenda. Tapi masyarakat setempat menyebutkan bahwa Lau sesekali masih tampak muncul, beberapa orang juga merasakan hal mistis di kawasan ini di waktu-waktu tertentu. Tapi kenapa saya nggak ngerasain apa-apa ya selain takjub dengan warna birunya yang subhanallah bikin speechless. Bener-bener nggak perlu editan lagi.
Setelah melewati tempat patung peri air Lau, kami berjalan lagi semakin kedalam dan duduk di kursi pinggir tebing. Dari sini pemandangannya maasya Allah sekali. Kebetulan karena kami datang pagi, jadi belum terlalu banyak orang. Nggak lama duduk-duduk dipinggir danau, eh udah rame aja orang-orang berdatangan dan pepotoan.
Dulu kedalaman Blautopf ini nggak terukur. Banyak yang mencoba mengukur kedalamannya dan menyelam. Sebagian nggak balik sampe sekarang, sebagian ditemukan meninggal tapi udah lama baru ketemu. Hal itulah yang mendasari orang-orang zaman dulu berkesimpulan kalau Blautopf ini adalah lubang neraka, tepatnya pintu keluar neraka. Panjang sih mitos soal Blautopf si lubang nerakanya Jerman ini karena kalau dirunut-runut masih ada hubungannya gitu sama suku maya di Amerika.
Tapi seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang kedalamannya sudah bisa diukur yaitu sekitar 21 meter. Nah ajaibnya lagi dibawahnya ditemukan gua dengan kedalaman sekitar 50 meter yang memiliki stalaktit yang indah. Sayangnya sampai sekarang penelitiannya belum selesai dan belum bisa dibuka untuk umum. Jadi cuma para ahli dan ilmuan aja yang boleh menyelam masuk kedalam gua didalam Blautopf ini. Semakin mistis kan karena ternyata masih banyak rahasia yang baru ditemukan di abad modern tentang apa yang ada didalam Blautopf. Bisa jadi nanti ada penemuan-penemuan lainnya.
Ok, kita akhiri aja legenda dan mitos-mitos di Blautopf. Perjalanan di Blaubeuren masih lanjut. Setelah keluar dari kawasan Blautopf yang semakin siang semakin ramai, kami memutuskan jalan-jalan keliling Blaubeuren naik kereta tua buatan Italia. Kereta yang pertama udah jalan, jadi masih harus nunggu jadwal selanjutnya jam 2 siang. Tapi harus reservasi tiket dulu supaya dapat tempat. Harganya 8 euro per orang. Padahal tulisannya 7.5 euro. Yasudah lah ya, sesekali ini. Sambil nunggu kereta jalan, kami duduk di kafe pinggir danau sambil makan es krim.
Saya pesan es krim pistacio dengan buah-buahan. Lebih banyak buahnya sih. Sementara si mister pesan spaghetti ice. Harganya pastinya lebih mahal dari tempat lain. Tapi worth it lah ya. Kan sekalian numpang duduk dua jam-an dan banyak orang yang mau duduk ditempat kami tapi udah penuh karena tempat duduk kami memang tepat dipinggir danaunya. Cocok banget buat leyeh-leyeh.
Masih jam 1 tapi saya udah bosen. Jalan lah saya keluar sambil liat-liat si kereta parkir. Eh taunya di gerbong depan udah penuh. Orang-orang dah pada ambil tempat duduk. Langsung lah saya kesana ambil tempat duduk juga 😀
Tepat jam 2 kereta pun jalan. Sepanjang perjalanan dijelasin sejarah-sejarah di Blaubeuren ini mulai dari pabrik tertua, kota tua dan bangunan-bangunannya sampe ke sejarah Blautopf. Tapi semuanya dijelasin pake Bahasa Jerman. Jadi turis-turis yang nggak ngerti Bahasa Jerman ya cuma nikmati pemandangan aja tanpa tau apa yang diomongin.
Habis naik kereta ternyata kami lapar. Nggak jauh dari kloster ada kebab Turki yang jual pizza juga berlabel halal. Langsung masuk kesana dan pesan satu pizza dengan 2 topping berbeda. Harga lebih mahal dari Stuttgart, maklumin aja. Namanya tempat wisata. Cus langsung ke taman dan makan disana. Habis itu back to Stuttgart. Udah sore gaes, besok kerja lagi.
3 Comments
Shimi Sunn 2. Dezember 2019 at 18:00
Bagus ya mbak danaunya. Bikin tenang liatnya. Masuk wishlist deh kalo ada kesempatan ke sana. Hehe
AnneYaa 3. Dezember 2019 at 12:43
Iya bagus,
InsyaAllah ya bisa kesini 🙂
nana 23. Juli 2020 at 10:04
aa suka bangett❤️?