Sepedaan 50 km ke Air Terjun Murrhardt & bbq di tengah hutan. Ini cerita musim panas lalu sih. Seperti biasa, baru sempat ditulis sekarang. Sampe udah pindah rumah lagi 😀
Musim panas adalah musim untuk berpetualang. Kami memang tidak pernah liburan di musim panas karena pasti turis membludak. Berhubung kami belum punya anak, jadi waktu liburannya masih fleksibel.
Musim panas tahun ini di Jerman nggak sehangat tahun-tahun sebelumnya. Cenderung lebih sering turun hujan, matahari juga nggak terlalu panas.
Bersepeda udah jadi rutinitas kami, apalagi di musim panas. Kali ini tujuannya adalah Air Terjun Hörschbachtal Murrharrdt. Jaraknya sekitar 50 km dari tempat kami tinggal. Belum lagi perjalanan kesana harus mendaki gunung lewati lembah. Ini beneran, bukan becandaan.
Perjalanan ini sebenarnya adalah percobaan ke dua kami. Yang pertama kami lakukan sekitar 3 minggu sebelumnya. Saat itu cuaca mendung dan kemudian hujan. Bukit dan hutan yang kami lewati becek dan penuh siput oren. Ternyata bukan kucing aja yang oren 😀
Ditambah lagi si mas salah jalan, jadi nggak ketemu deh Air Terjun Hörschbachtalnya. Ada dua air terjun disini, yang paling bagus ya si Hörschbachtal ini. Jadi waktu itu kami cuma singgah bentar aja ke air terjun yang satunya lagi.
Persiapan bbq udah saya siapin dari semalamnya. Nggak banyak sih. Kami bawa roti, sosis, tahu bumbu kuning, pisang, jagung, semangka, mayones, kuaci dan nggak lupa bawa air. Yang paling nggak boleh dilupain ya tempat untuk bakar beserta arangnya. Kami beli yang instan aja, jadi bisa langsung dibuang kalau sudah selesai.
Perjalanan dari rumah sampai Kota Winnenden masih aman. Tanjakan sih ada pastinya, tapi masih bisa dikontrol. Disini kami beli protein snack. Ini sangat penting kalau sepedaan jauh supaya nggak lemes tiba-tiba.
Cobaan pun dimulai setelah melewati Kota Winnenden. Mulailah beberapa bukit terjal menghadang kami. Si mas sih santai aja dan senang kalau ngelewati medan yang begini karena dia nggak suka jalanan yang datar-datar aja. Tapi saya yang ngomel-ngomel. Kaki berasa mau patah.
Kami istirahat di tengah hutan di kawasan Schelmenholz. Tempatnya agak angker menurut saya. Ada tempat bbq, ayunan dan rumah kecil kosong. Saya nggak mau lama-lama disini, cuma makan beberapa potong semangka, langsung ngajak si mas gowes lagi.
Sepeda yang kami pake memang ebike. Tapi di jalan tanjakan terjal begitu kek nggak ada fungsinya dan kaki berat banget mau dayung sepeda. Bisa-bisa pulang dari sini berat badan langsung turun 5 kilo 😀
Untungnya sih kali ini cuacanya aman ya, ada matahari. Jadi jalanan di hutan nggak becek dan nggak banyak siput oren. Walau tetap aja mistis karena jarang banget ketemu orang lewat disini. Pokoknya pas ngelewatin hutan-hutan ini tuh saya jadi auto bisa ngebut walau ngos-ngosan. Pengennya cepet aja keluar dari sini.
Awalnya mau bbq-an di dekat air terjun. Eh di tikungan jalan sebelum air terjun ada tempat bbq. Lokasinya pas di pinggir hutan di samping jalan beraspal yang bisa dilewati mobil. Jadi nggak mistis seperti hutan-hutan sebelumnya.
Langsung aja kami istirahat disini. Lanjut buka-buka bekal. Si mas sibuk nyiapin bakarannya dan saya nyiapin makanan yang mau dipanggang. Lanjut makan dan ngobrol-ngobrol sampe diliatin orang lewat.
Perut udah kenyang, petualangan dilanjutkan lagi karena tujuan utamanya adalah Air Terjun Hörschbachtal. Nggak jauh sih lokasinya dari tempat bbq, cuma sekitar 5 menit aja.
Jalan menuju air terjun yang nggak rata dan penuh akar-akar pohon membuat sepeda kami harus di parkir dekat parkir mobil. Nggak ada tempat parkir khusus sepeda disini.
Disini nggak ada biaya tiket masuk atau sejenisnya. Jadi ini tempat wisata gratis. Waktu kami kesini juga nggak ada orang. Jadi berasa air terjun milik pribadi di halaman rumah 😀 Mumpung nggak ada orang, puas-puasin menikmati air terjunnya.
Sewaktu kami siap-siap mau jalan pulang, banyak orang berdatangan. Memang rezeki kami bagus ya hari itu. Kalau rame orang rasanya kan sungkan mau foto gegayaan. Belum lagi pasti ada aja orang lain yang keikut di foto kita.
Puas banget main-main di Air Terjun Hörschbachtal. Lanjut sepedaan ke Stasiun Kereta Api Murrhardt. Iya, pulangnya naik kereta api. Nggak sanggup gowes lagi. Si mas sih masih sanggup. Kalau saya sih ogah gowes 50 km lagi. Dibayar juga nggak mau. Bayangin gunung-gunung itu aja udah serem duluan. Apalagi udah mau jam 9 malam, waktunya maghrib di Jerman. Kan remang-remang pastinya.
Naik kereta sih nggak lama ya nyampe rumah. Sekitar jam 9 malam kami nyampe rumah. Belum azan maghrib juga sih, maghribnya jam setengah sepuluh kalau musim panas gini.