Alhamdulillah tahun ini salju turun lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Awal tahun 2020 lalu salju sama sekali nggak turun di Kota Stuttgart. Kami cuma kebagian dinginnya aja. Memang Stuttgart itu dataran rendah. Tapi kata tetangga saya yang udah puluhan tahun tinggal disini, dulu salju di Stuttgart itu bisa sampe 25 cm tingginya. Mungkin juga ini faktor semakin banyaknya pabrik dan industri di Stuttgart yang membuat suhu semakin panas dan salju ogah nempel lama-lama. Kali ini saya dan teman saya Riska mau berburu salju di bukit kebun anggur.
Lokasinya sebenernya nggak jauh dari rumah. Kalau naik mobil cuma 10 menitan. Tapi berhubung kami naik kendaraan umum, bisa sampe setengah jam karena harus naik tram dan disambung lagi naik bus ke atas bukitnya.
Ada sedikit cerita kurang mengenakkan saat kami naik bus nomor 62. Seharusnya kami turun di stasiun akhir. Kebetulan saat itu di dalam bus ada kami dan dua orang perempuan Bosnia beserta 4 orang anak kecil. Ada satu lagi penumpang laki-laki orang Jerman.
Laki-laki itu turun di dua stasiun berikutnya. Setelah dia turun, supir bus meneriaki kami yang semuanya kebetulan pake jilbab untuk turun. Karena saya dan Riska asyik cerita, kami tidak terlalu jelas mendengar ucapan si supir. Kami kira supirnya marah karena anak-anak itu terlalu ribut. Tapi ributnya masih batas normal sih dan sebenarnya dia juga tidak berhak mengusir penumpang hanya karena anak-anak ribut.
Karena kami semua diam saja, dia lanjut jalan lagi. Mungkin juga dia mikir karena kami nggak ngerti Bahasa Jerman. Dua halte berikutnya dia berhenti lagi, padahal nggak ada yang pencet bel dan nggak ada orang yang mau naik juga di halte itu. Biasanya supir bus klo melewati daerah kecil seperti ini, dia nggak berhenti klo nggak ada yang pencet bel atau orang yang mau naik.
Dia teriak dan nyuruh kami turun. Memang si supir ini dari awal kami naik udah kelihatan nggak suka sama kami. Bukan berprasangka buruk, tapi memang faktanya begitu dan saya sudah hafal dengan orang-orang anti pendatang begini karena sudah beberapa kali ketemu juga.
Akhirnya saya datangi dia, saya tanya kenapa dia nyuruh kami turun. Terus dia bilang mau kemana. Lah kan aneh ya, suka-suka kami lah mau kemana. Yang penting kami nggak nyuruh dia nganter ke tempat yang bukan jalur bus.
Saya jawab mau turun di halte terakhir. Dia langsung tancap gas sambil sesekali ngeliatin dari kaca depan dengan wajah merah penuh kebencian. Fix, dia nggak suka aja sama pendatang plus kebetulan kami semua pake jilbab.
Yuk, lanjut berburu salju di bukit kebun anggur. Nama daerahnya Rotenberg dan disini itu memang tempat perkebunan anggur. Kawasannya berbukit-bukit. Jadi kalau kita berdiri di bukit yang satu, kita bisa liat bukit-bukit lainnya. Juga pusat kota Stuttgart yang ada di kawasan paling rendah.
Daerah ini selalu asyik dikunjungi di setiap musim, tapi yang paling cantik itu di musim gugur dimana semua daun menguning, merah dan orange. Di musim dingin gini juga bagus kalau penuh dengan salju. Tapi dinginnya bener-bener gila sih disini.
Pemandangan di atas sini maasyaallah luar biasa bagusnya. Bertahun-tahun tinggal di Stuttgart baru kali ini tau klo lokasi ini tu sangat cantik di musim dingin. Mungkin ini hikmahnya pandemi dan lockdown. Liburan musim dingin ditiadakan. Akhirnya nyari-nyari lokasi yang bagus di sekitaran Stuttgart untuk berburu salju.
Nggak tau kenapa, rasanya musim dingin itu kurang lengkap aja klo nggak ada salju dan nggak main-main salju. Salju itu nggak cuma dingin, tapi bisa bikin bahagia dan bikin hati adem.
Ceritanya disambung besok lagi ya di artikel selanjutnya. Nggak ada cerita yang nggak enak lagi kok, tapi cerita lucu malah. Stay tuned ya…!!!