Bulan Desember yang lalu, tepatnya di tanggal 18, si mas ada meeting di luar kota. Karena males nyetir mobil dua jam sendirian dan nggak ada teman ngobrol, dia pun ngajak saya ikut dengan iming-iming jalan-jalan. Tau aja dia cara supaya istrinya mau nemenin dia di jalan 😀 Setelah saya cari-cari di google, ternyata tempat meeting si mas cuma 15 menit dari Kota Tua Miltenberg. Fix, saya akan jalan-jalan sendirian di Kota Tua Miltenberg.
Miltenberg adalah kota kecil yang ada di Kabupaten Unterfranken Negara Bagian Bayern, Jerman. Miltenberg berada di pinggiran Sungai Main. Sering disebut juga dengan trio drei am Main. Drei am Main adalah sebutan untuk tiga kota tua Miltenberg, Bürgstadt dan Kleinheubach yang letaknya saling bersebelahan.
Nyampe di Miltenberg langsung disambut udara yang lebih dingin dari Stuttgart. Wajar aja sih karena Miltenberg ini letaknya di dataran tinggi, sedangkan Stuttgart ada di dataran rendah.
Untuk masuk ke kota tuanya, saya harus melewati gerbang bernama Würzburger Tor. Menara ini dibangun pada tahun 1379. Sebelum berfungsi sebagai salah satu gerbang menuju Kota Tua Miltenberg, Würzburger Tor ini dulu sempat beberapa kali berubah fungsi seperti sebagai penjara dan menara pemantau kota.
Beberapa langkah melewati Würzburger Tor, saya melihat ada sebuah danau. Masih belum tau ini danau apa. Saya berjalan menuju danau itu yang ternyata bukan danau melainkan Sungai Main. Saya jalan-jalan sebentar di Pinggiran Sungai Main. Dari sini kelihatan bangunan Mainbrücke (Jembatan Main) dan Museum Burg Miltenberg diatas bukit yang berkabut tebal.
Di pinggir sungai ini anginnya semakin menggila. Mana saya nggak bawa sarung tangan pula. Tangan udah mulai nggak ada rasa. Saya putuskan balik ke tempat awal.
Karena lockdown, hampir semua toko tutup. Saya menemukan satu toko makanan organik yang buka. Niatnya mau masuk kesana untuk menghangatkan diri. Eh…malah ada bapak-bapak yang bawa 4 anjing ngobrol tepat didepan pintu masuk sama yang jaga toko. Saya nggak berani masuk karena takut sama anjing. Saya tungguin beberapa saat, nggak pergi-pergi juga. Yaudah saya lanjut jalan cari tempat yang buka untuk menghangatkan diri sebelum beku.
Saya masuk ke salah satu toko yang dari luar terlihat menjual oleh-oleh. Saya kira itu tourist information. Ternyata bukan. Tapi untungnya toko ini menjual sarung tangan murah meriah, 1,99 euro saja. Masih lebih murah di Stuttgart sih yang ada toko 1 euro shop. Memang Bayern terkenal sebagai negara bagian termahal se-Jerman.
Setelah punya sarung tangan dan lumayan badan udah hangat karena masuk ke toko yang jual sarung tangan tadi, saya lanjut jalan lagi. Disebelah toko ini ada bangunan kantor pos lama yang udah nggak dipake lagi, disebelahnya ada kantor balai kota sekaligus tourist information. Lagi-lagi karena lockdown semuanya tutup.
Dari sini saya belok ke kiri ke jalanan tanjakan. Di perempatan jalannya ada sebuah gereja tua, tipikal gereja abad pertengahan. Dari atas sini kelihatan Jembatan Main yang tadi saya datangi, juga sebagian Kota Tua Miltenberg yang saat itu benar-benar sepi.
Gereja tua ini ada di perempatan, saya belok ke kanan dan belok ke kanan sekali lagi. Jadi jalan ini sebenernya ada disebelah jalan yang tadi saya lewati. Gereja bisa didatangi dari kedua jalan ini. Gerejanya nggak tutup. Saya ngintip sedikit dari pintu masuknya, tapi nggak berani masuk karena nggak ada orang dan di dalam juga gelap.
Jalan lurus ada gereja tua lagi. Tapi saya nggak mendekat, cuma lewat aja. Setelahnya ada pemakaman tua. Setelah saya datangi, ternyata ini adalah kuburan orang yahudi yang sudah ada sejak abad ke 15. Bentuknya agak sedikit tidak beraturan. Mungkin karena ini kuburan jaman dulu dan Jerman memang tidak merubah segala peninggalan-peninggalan masa lampau.
Saya jalan terus naik keatas. Ada bangunan seperti kastil di ujung jalan ini. Setelah sampai, ternyata ini adalah Museum Burg Miltenberg yang saya lihat dari bawah tadi. Lagi, lagi dan lagi karena lockdown Museum Burg ini ditutup sementara. Sayang sekali, padahal museum adalah salah satu tempat favorit saya saat mengunjungi suatu daerah.
Karena nggak bisa masuk ke museum, saya jalan balik. Tapi nggak dari jalan yang tadi. Saya jalan dari sebelah kuburan yahudi tadi. Sempat berhenti sebentar. Cuma melampiaskan kepenasaranan saya sama bentuk kuburannya. Saya sendirian disana, bener-bener nggak ada orang. Klo di Indonesia mungkin udah merinding di kuburan sendirian. Mana cuacanya mendung gelap plus dingin pula.
Dari kuburan yahudi tadi saya jalan lurus aja ngelewatin rumah-rumah orang. Nggak tau sih itu rumah tinggal atau bangunan milik pemerintah. Tapi rumahnya unik-unik dan nggak ada keliatan orang satupun.
Dari lurusan jalan ini udah keliatan Jembatan Main yang tadi. Klo tadi saya cuma liat dari pinggiran Sungai Main, kali ini saya mau jalan diatas jembatannya.
Belum juga nyampe jembatan, eh si mas telpon. Katanya dia udah disini karena urusannya udah selesai. Nggak jadilah saya ke Jembatan Main.
Masih jam setengah lima sore, tapi udah gelap. Berhubung dari tadi belum makan siang, kami langsung cari tempat makan. Makan siang sekaligus makan malam sih ini namanya.
Ada beberapa restoran yang buka, tapi cuma boleh take away. Akhirnya kami putuskan beli makanan di restoran Turki. Saya pesan lahmacun vegan dan si mas pesan döner kebab. Makannya di dalam mobil.
Selesai makan kami masuk ke toko organik yang tadi waktu baru nyampe mau saya masukin tapi nggak jadi karena ada anjing. Beli beberapa bahan makanan, terus kami lanjut jalan ke Jembatan Main. Karena udah gelap, jadi udah nggak keliatan lagi pemandangan dari atas jembatannya. Padahal masih jam 5 sore.
Akhirnya kami balik ke kota tua, tapi ke lokasi yang belum sempat saya datangi. Suasananya udah kek kota mati. Nggak ada orang, sesekali keliatan sih orang lewat. Cuma polisi yang rajin patroli untuk razia masker. Jadi klo nggak pake masker biasanya didenda sekitar 5-10 euro.
Di pusat Kota Tua Miltenberg ini sebenernya banyak sekali bangunan bersejarah seperti museum kota, balai kota lama dan lainnya. Tapi nggak bisa dikunjungi sementara waktu.
Sekitar jam 6 sore kami pun memutuskan pulang karena suasananya memang sudah sangat sepi dan diliatin polisi terus. Kalau di Stuttgart batas keluar malamnya itu sampai jam 8 malam. Mungkin karena Miltenberg ini kota kecil, bisa jadi lebih cepat. Makanya pak polisinya ngeliatin terus.
Guys, kalian tim yang mana? Suka jalan-jalan sendirian atau rame-rame?
1 Comment
Mayuf 14. Januar 2021 at 3:54
Tempatnya keren
Kalo aku si lebih suka rame hehe