Awal november yang lalu mulai berlaku lockdown kedua di Jerman. Nggak lockdown total sih, cuma setengah lockdown aja. Jadi masih aman jalan-jalan keluar. Mumpung masih bisa keluar, jadilah saya dan dua orang teman jalan-jalan musim gugur ke Menara Schönbuchturm yang ada di Kota Herrenberg yang juga masih berada di Negara Bagian Baden-Württemberg.
Tujuan utama kami ke Menara Schönbuchturm yang dikelilingi hutan. Walaupun masa-masa golden autumn yang adanya di akhir oktober itu udah lewat, tapi masih ada lah ya sisa-sisanya sedikit.
Tiket kereta ke Herrenberg itu lumayan mahal klo beli sendiri-sendiri, harganya 13 euro atau sekitar 221.000 rupiah untuk tiket seharian. Jadi bisa turun naik kendaraan cuma pake satu tiket ini. Sementara untuk tiket grup itu harganya 19,50 euro atau sekitar 331.000 rupiah dan bisa dipake sampai lima orang. Kan jomplang sekali ya perbedaannya. Makanya cari temen supaya bisa berbagi tiket.
Mungkin karena saat kami pergi itu di hari kerja, makanya nggak terlalu banyak orang di Menara Schönbuchturm ini. Bisa jadi juga karena lockdown yang udah mulai diberlakukan, jadi banyak orang yang mulai malas keluar rumah.
Dari Stuttgart kami naik kereta sampai stasiun akhir, Herrenberg. Dari sini masih harus naik bus lagi, turun di halte terakhir juga. Dari sini jalan kaki melewati hutan-hutan. Nggak serem sih hutannya. Baru lah nyampe di Menara Schönbuchturm setinggi 35 meter ini.
Untuk mendapatkan pemandangan musim gugur yang sempurna dengan pepohonan berwarna kuning dan orange, kami harus menaiki 348 anak tangga hingga ke puncak menaranya. Cukup bikin ngos-ngosan sih, tapi semuanya terbayar dengan indah dan tenangnya pemandangan dari atas sini.
Sialnya saya salah kostum. Udah bertahun-tahun tinggal di Jerman, masih aja bisa diprank sama matahari musim gugur. Mataharinya sih cerah sampe bikin wajah shiny, tapi ya nggak ada panasnya sama sekali. Secuilpun nggak terasa panas. Sementara saya cuma pake sweater tanpa jacket. Bisa bayangin nggak gimana rasanya. Apalagi pas diatas Menara Schönbuchturm yang anginnya kenceng pake bangeeeeeetttt.
Puas menikmati pemandangan dan pastinya foto-foto nggak tau entah berapa ribu kali sampe diliatin orang-orang 😀 akhirnya kami turun juga. Gini nih klo pergi bareng temen, bisa puas foto-foto sesuka hati aneka gaya walaupun akhirnya yang diupload di feed instagram itu ya cuma satu atau dua aja.
Yeay….waktunya makan siang. Makan mie aceh buatan sendiri yang udah saya buat dari malamnya dengan pemandangan Hutan Stellberg sungguh maasyaallah luar biasa. Apalagi makan bareng temen-temen gini, nikmatnya nggak bisa dibilang.
Btw, disini nggak ada orang jualan sama sekali. Jadi memang harus bawa perbekalan masing-masing. Nggak kek di Indonesia yang setiap sudut pasti ada orang jualannya. Dimana ada keramaian atau tempat yang sering didatangi orang, pasti ada orang jualan klo di Indonesia. Klo di Jerman nggak. Semua ada aturannya. Pasti dipikirin apa dampaknya buat lingkungan dan lain-lainnya. Ribet yes orang Jerman. Tapi keribetan itulah yang membuat negara ini maju.
Selesai makan siang, kami lanjut jalan lagi. Rencananya sih mau ke Kota Tua Herrenberg. Berhubung kami nggak tau mesjid dimana, jadi solat zuhur didalam bus. Begini lah hidup di Jerman, mau solat harus dikondisikan dengan keadaan.
Cerita jalan-jalan di Kota Tua Herrenberg kita lanjut besok ya. Stay tuned guys!