Yeay….!!! Finally bisa traveling lagi. Ke luar negeri saat pandemi; perjalanan dari Jerman ke Turki ini diawali dengan keragu-raguan. Bulan September biasanya memang menjadi jadwal rutin kami liburan. Si mas udah uring-uringan sejak beberapa bulan lalu karena dia pikir musim panas tahun ini nggak bakal bisa liburan ke luar Jerman.
Bulan Agustus kami sudah sibuk melihat-lihat liburan all inclusive. Liburan jenis ini menurut si mas paling nyaman dan nggak ribet karena nggak harus mikirin ini itu secara terpisah-pisah. Semuanya udah jadi satu dan kami tinggal menikmati liburan aja.
Saya sempat bilang nggak mau liburan ke luar negeri karena takut tes swab. Si mas sempat memberikan beberapa pilihan resort. Saya masih bilang nggak usah liburan dulu, uangnya buat mudik ke Indonesia aja kalau corona udah membaik.
Beberapa hari kemudian dia pulang dari kantor dengan wajah berseri-seri. Katanya dia sudah booking liburan all inclusive ke Turki, tepatnya di Fethiye.
Saya ya nggak bisa bilang apa-apa. Syukuri aja walau hati tetap deg-degan membayangkan tes swab. Di sisi lain saya seneng juga sih. Udah kangen traveling, geret-geret koper. Kangen sama suasana bandara, kangen liat pesawat jarak dekat, kangen duduk didalam pesawat dekat jendela, kangen juga sama suara pilot dan para dayang-dayangnya.
Traveling ke luar negeri saat pandemi gini banyak sekali yang dipikirkan. Beberapa hari sebelum berangkat saya udah susun-susun koper. Seperti kebiasaan saya sebelum bepergian, pasti dicatat apa-apa aja yang harus dibawa. Masker dan disinfektan ada diurutan atas yang nggak boleh dilupakan.
Hari yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Kami berangkat dari Bandara Frankfurt sekitar jam 3 siang. Tapi kami harus berangkat pagi-pagi. Kami harus naik kereta api ICE dari Stasiun Kereta Api Pusat Stuttgart jam 9 pagi.
Sebenarnya dari rumah kami Stasiun Kereta Api Pusat Stuttgart nggak jauh sih, cuma satu stasiun aja yang butuh waktu lima menit dari Stasiun Kereta Api Bad Cannstatt tempat kami tinggal. Si mas nggak mau ribet geret-geret dua koper plus ada dua ransel juga. Jadi kami naik taxi dari rumah. Untuk jarak dekat gitu kami bayar 20 euro. Kumenangis sih ini judulnya?
20 Euro lumayan klo ditukar ke lira jadi 180 lira. Bisa buat beli oleh-oleh. Harga-harga sekarang memang naik drastis. Nggak cuma makanan, ongkos angkutan umum di Stuttgart juga naik.
Kereta ICE nya datang tepat waktu. Berhubung udah lama nggak naik kereta ICE, kami pun salah gerbong. Not a big problem sih. Seharusnya kami di kereta kelas 2, malah masuk di kelas 1. Pantesan banyak kursi kosongnya ? Sementara di kelas 2 udah penuh plus duduk dekat segerombolan bapak-bapak yang ribut. Karena itu juga mungkin nggak ada yang mau duduk dekat mereka.
Kami harus transit di Kota Mannheim, dari sini udah nggak lama lagi nyampe di Bandara Frankfurt.
Turun dari kereta masih harus jalan jauh ke counter check in. Kami udah check in online sih, cuma kan harus nyerahin bagasi. Suasana di Bandara Frankfurt biasa aja, rame. Cuma semua orang wajib pake masker dan kursi-kursi juga dipakein pita ijo disetiap selang satu kursi yang bertuliskan wajib jaga jarak. Nggak boleh duduk dempet-dempetan.
Disini nggak ada pemeriksaan berlebihan, apalagi harus swab tes. Nggak ada sama sekali. Semuanya seperti biasa aja. Cuma semua penumpang wajib pake masker mulai dari masuk bandara keberangkatan sampe ke bandara ketibaan. Bayangin gimana pengapnya, tapi alhamdulillah masih dikasi napas.
Bedanya naik pesawat saat pandemi gini, nggak ada kertas menu yang dibagikan. Kalau mau pesan bisa lewat aplikasi. Makanan berair seperti mie instan nggak dijual lagi. Yang ada cuma makanan-makanan ringan seperti roti. Makanan-makanan berat seperti pasta harus dipesan beberapa hari sebelum keberangkatan.
Beberapa saat menjelang landing, pramugari membagikan kertas yang isinya tentang data diri lengkap. Intinya sih ini kertas untuk mengantisipasi penyebaran corona. Kertas ini nanti dikasihkan saat udah di bandara tujuan.
Waktu Turki lebih cepat satu jam dibandingkan Jerman. Saat kami nyampe pastinya di Bandara Dalaman udah gelap. Karena udah khatam sama sistem liburan all inclusive gini, si mas langsung ke counter penyedia jasa liburan kami untuk nanyain mobil jemputan.
Kami diarahkan ke mobil minibus dan masih kosong. Sementara penumpang yang satu pesawat sama kami tadi yang rata-rata juga pelancong dapat bus besar disebelah minibus kami. Nggak lama datang dua orang penumpang lagi. Sementara minibus ini untuk 10 orang.
Lumayan lama nunggunya, sekitar satu jam. Si mas sampe akrab banget sama supirnya. Turk will be Turk. Kebiasaannya orang Turki, langsung akrab aja klo tau sesama orang Turki.
Nggak lama muncul lah si penjaga counter yang bukan orang Turki itu nyuruh pak supir berangkat. Duh…tau gitu kan tadi langsung berangkat aja. Pak supirnya juga ketawa ngeliat penjaga counter keliatan kebingungan ngatur penumpang jemputan dari perusahaan mereka. Mungkin dia masih baru bekerja disini.
Dari Bandara Dalaman ke Club Tuana Resort tempat kami menginap membutuhkan waktu sekitar satu jam. Karena udah gelap jadi nggak bisa menikmati pemandangan.
Jam 9 malam kami nyampe, koper kami disemprot disinfektan dulu. Masuk ruang pembersihan. Kami juga diukur suhu tubuh dan semprot disinfektan. It’s new normal.
Setelah check in dan ke kamar sebentar nganter barang-barang, kami langsung ke restoran untuk makan malam. Karena ini resort bintang 5, batas makan malamnya sampe jam 10 malam. Tahun lalu nginap di resort bintang 4, makan malamnya cuma sampe jam 9 malam.
Bener-bener udah laper karena dari rumah tadi cuma bawa bekal brownis dikasi temen. Langsung ambil sup sebagai menu pembuka. Selanjutnya saya ambil ikan aja dan salad tanpa nasi. Bukan karena diet sih, tapi masih ada dessert super enak yang keknya nggak senang klo nggak saya makan ?
Okelah, sampai disini aja cerita ke luar negeri saat pandemi; perjalanan dari Jerman ke Turki. Besok kita lanjutin lagi cerita liburan saat pandeminya ya. Stay safe, stay healthy and don’t forget to wear mask!
1 Comment
Aqmarina - The Spice To My Travel 19. Oktober 2020 at 5:12
Hi mbak Siti, salam knal 🙂
Wah pasti emang buat deg-degan ya untuk berpergian, apalagi ke luar negeri sewaktu pandemi,
tapi mau gimana lagi kalau tiket sudah dibelikan ?