Agustus biasanya adalah musim mudiknya orang Indonesia yang tinggal di Jerman. Karena di bulan ini anak-anak libur panjang. Sayangnya tahun ini nggak bisa mudik. Supaya nggak bosen dan tetap bisa mengisi liburan panjang musim panas, kami pun mengadakan jambore nasional se-negara bagian Baden-Württemberg. Camping di Jerman saat Corona pastinya berbeda dengan camping di hari-hari normal tahun-tahun sebelumnya.
Kehectican sebelum camping
Saya menjadi member grup bernama Al-Wandern Wal-Haiking. Terdengar lucu mungkin namanya dan orang-orangnya juga lucu-lucu. Grup ini adalah kloningan dari grup pengajian Reutlingen yang saya ikuti secara aktiv. Berhubung anggotanya sering ngumpul-ngumpul diluar acara pengajian entah itu hiking, piknik, jalan-jalan, BBQ ataupun camping, maka dibuatlah grup baru itu.
Acara camping ini adalah acara rutin yang diadakan setahun sekali atau dua kali. Biasanya di bulan mei atau oktober karena di bulan agustus sampai awal september rata-rata pada mudik ke Indonesia. Menyesuaikan dengan libur musim panas anak-anak sekolah.
Berhubung tahun 2020 ini adalah tahun yang sangat spesial, nggak ada yang bisa mudik di bulan agustus. Camping yang dijadwalkan diadakan di bulan juni lalu batal karena si coronce, akhirnya mendadak diadakan di bulan agustus setelah melihat tempat camping sudah dibuka lagi.
Super hectic, itulah yang terjadi beberapa hari sebelum camping. Mulai dari proses regristasi online yang bermasalah dan susah, sampai peraturan-peraturan yang berubah-ubah. Belum lagi beli ini itu untuk keperluan camping. Parahnya lagi dua hari sebelum camping baru ketahuan kalau keluarga saya belum terdaftar 😀 Gimana nggak panik coba. Persiapan udah 75 persen, masa iya harus dibongkar lagi gara-gara nggak dapat tempat.
Tadinya seorang teman bilang klo dia udah daftarin saya. Makanya saya santai-santai aja ngerasa udah terdaftar. Dua hari sebelum berangkat, suami saya ketemu sama suaminya untuk bahas segala hal kebutuhan camping. Nah baru terbongkar klo dia nggak pernah daftarin kami dan berujung didiemin sama istrinya 😀 Tapi klo ini diingat-ingat lagi, jadi ketawa-ketawa sangking paniknya waktu itu.
Satu grup pada heboh gara-gara ini. Saya coba kirim email untuk minta tempat dan pastinya juga bilang kalau saya adalah salah satu anggota grup Indonesia. Nggak lama email saya dibalas dan nggak ada tempat. Udah pasrah dan ikhlas klo nggak jadi camping.
Besok paginya suami saya telpon dan kirim email, lah dibalas dan dikasi tempat. Entah ini soal siapa yang ngirim email atau karena ada yang check out.
Warga Jerman memang dihimbau untuk liburan di dalam negeri. Itulah sebabnya Gitzenweilerhof, tempat camping kami ini sangat penuh.
Finally camping!
Saya terakhir camping itu sepuluh tahun lalu saat masih jadi mahasiswi. Makanya saya sangat exited mau camping lagi. Rasanya kembali ke masa lalu.
Sebelum jam 12 siang kami sudah tiba di Gitzenweilerhof. Tadinya sudah siap-siap kalau hanya 3 tenda saja yang bisa berdekatan. Alhamdulillah ada tempat kosong disamping kandang kuda. Setelah fix dapat tempat karena memang saat ini Gitzenweilerhof sangat padat orang camping, semuanya saling bantu-membantu bangun tenda.
Rabu, 12 Agustus, hari pertama kami di Gitzenweilerhof. Cuacanya sangat panas, mencapai 36 derajat celcius. Tapi tetap semangat walau sebelum berangkat juga udah capek.
Selain tenda masing-masing keluarga, kami juga punya dua pavilion. Yang satu untuk solat dan yang satu untuk dapur. Beda sama camping yang dulu saya lakukan yang cuma bawa tas ransel, nggak ada toilet, masak pake kayu. Ini sih udah kek pindah rumah, semua dibawa. Bahkan ada yang bawa kulkas kecil juga 😀
Lomba 17 Agustus
Berhubung udah dekat 17-an, kami juga mengadakan berbagai perlombaan khas 17-an seperti makan kerupuk, lomba masukin pensil kedalam botol, guli diatas sendok, bola terong dan lainnya.
Biarpun sebagian besar anak-anak ini lahir dan besar di Jerman, bahkan sebagiannya juga blasteran, mereka tetap tidak melupakan Indonesia. Semuanya tau apa itu 17 Agustus 1945.
Seru-seru dan meriah acaranya. Anak-anak juga sangat antusias. Nggak cuma anak-anak, bapak-bapak dan ibu-ibunya juga ikutan lomba sampe-sampe diliatin tetangga-tetangga 😀
Acara masih lanjut dengan BBQ sate maranggi dan teman-temannya. Ada yang bawa aneka kue, es buah dan banyak lagi. Meriah udah kek orang pesta. Baru hari pertama kami udah jadi pusat perhatian disana karena rame, heboh dan pastinya ramah juga ke orang-orang lokal.
Jam 11 malam semua anggota jambore udah masuk tenda. Capek dan panas campur jadi satu.
Bersambung ke hari kedua di artikel berikutnya.