Cerita corona di Stuttgart, Jerman.
Hari ini (23/3/2020) Jerman masih betah berada di posisi ke lima teratas sebagai negara dengan jumlah penduduk yang terinveksi corona terbanyak di dunia. Ada 27.289 orang terinveksi corona dengan jumlah korban meninggal 115 orang. Menyedihkan, kurang dari seminggu jumlah korban sudah berkali-kali lipat.
Sudah sejak sembilan hari lalu pemerintah Negara Bagian Baden-Württemberg tempat saya tinggal menyarankan stay at home. Walaupun faktanya diawal-awal seruan itu digalakkan, banyak masyarakat sekitaran Kota Stuttgart yang tidak perduli dan masih berkeliaran. Padahal mereka bukan orang yang berkepentingan untuk berada diluar rumah. Hanya karena cuaca saat itu cerah dan hangat, mereka berlomba-lomba berjemur dibawah sinar matahari yang memang sudah lama absen di Jerman.
Satu hal yang saya sangat bangga adalah teman-teman Indonesia di Jerman, khususnya Kota Stuttgart dan sekitarnya yang sangat taat peraturan. Dari banyak grup whatsapp saya mengetahui bahwa orang-orang Indonesia di Jerman sudah stay at home begitu tau corona mulai mengamuk di Jerman dan kami pun saling mengingatkan untuk tetap stay at home.
Selama ini kita sering mendengar kalau orang Indonesia itu susah diatur dan menaati peraturan. Disini dan untuk kasus corona ini faktanya orang Indonesia di Jerman lebih taat peraturan untuk memutus celah penyebaran corona di benua biru.
Sejak tanggal 16 Maret 2020 segala kegiatan sekolah dan perkuliahan dihentikan. Banyak pekerja yang bekerja dari rumah. Toko-toko, restaurant, tempat ibadah, diskotek dan lainnya resmi tutup sementara. Yang boleh buka hanyalah supermarket yang menjual bahan kebutuhan pokok dan apotek.
Dengan bertambahnya jumlah korban yang berkali-kali lipat dalam waktu sesingkat-singkatnya, pemerintah Jerman beserta pemerintah di 16 negara bagian di Jerman mengambil langkah tegas.
Jerman merupakan negara yang wilayahnya dibagi-bagi dalam bentuk negara bagian. Jadi setiap negara bagian memiliki hak penuh atas wilayahnya. Sehingga peraturan di setiap negara bagian itu bisa saja berbeda-beda.
Bayern merupakan negara bagian pertama di Jerman yang mengambil langkah tegas bagi warganya yang bandel dan nekat keluar rumah sembarangan ditengah-tengah wabah corona ini.
Di Negara Bagian Baden-Württemberg peraturan ketat mulai diberlakukan hari ini. Warga harus benar-benar menjaga jarak dengan yang lainnya sejauh 1,5 meter. Hal ini berlaku juga di supermarket. Polisi patroli tanpa henti dan bahkan helikopter juga dikerahkan. Hasilnya jelas hari ini lebih sunyi dari beberapa hari yang lalu.
Hal lainnya tentang cerita corona di Stuttgart, Jerman adalah masih adanya panic buying yang sudah terjadi sejak dua minggu lalu. Tisu toilet masih saja diburu yang membuat supermarket-supermarket yang menjual tisu toilet terpaksa memberlakukan peraturan ketat. Pembeli hanya dibolehkan membeli maksimal dua bungkus tisu toilet. Sebagian juga ada yang memberlakukan jam penjualan tisu toilet.
Hand sanitiser dan masker masih tetap langka. Sama seperti tisu toilet, pembeliannya juga dibatasi. Bahkan ketersediaannya pun sudah langka dan tidak selalu tersedia di supermarket. Ini mulai terjadi sejak corona mulai menghantui penduduk bumi desember lalu.
Setiap ada keputusan terbaru tentang corona, banyak yang panik dan langsung borong belanjaan di supermarket. Tanpa memikirkan orang-orang yang mungkin nggak mampu membeli sebanyak mereka, orangtua ataupun orang berkebutuhan khusus yang kesusahan dan lambat dalam beraktivitas. Belakangan rak-rak di supermarket lebih sering terlihat kosong.
Pemerintah Jerman sendiri sudah memberikan jaminan kepada rakyatnya soal ketersediaan pangan yang mencukupi. Supermarket tetap buka seperti biasanya. Bahkan pemerintah meminta pengusaha supermarket untuk buka di hari minggu dimana biasanya semua pertokoan tutup di hari minggu.
Meskipun perbatasan sudah ditutup, tetapi jalur transportasi kebutuhan pokok tetap berjalan dengan pemeriksaan ketat. Lalu apa yang harus ditakutkan?