Siapa yang bisa membantah bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan kuliner. Salah satu kuliner khas Indonesia adalah soto. Soto merupakan makanan berkuah mirip sop yang terdiri dari mie, ayam atau daging, telur rebus, perkedel, daun bawang, sayuran dan bawang goreng sebagai garnishnya.
Indonesia tak hanya memiliki satu jenis soto. Setidaknya saat ini ada 30 jenis soto yang dimiliki Indonesia. Beberapa daerah memiliki jenis sotonya masing-masing dengan rasa yang khas pula.
Selain hanya menjadi penikmat dan penggemar soto, pernahkah kamu berpikir darimana sebenarnya asal muasal nama makanan ini hingga akhirnya dikenal dengan nama soto?
Sejarah mencatat bahwa pada zaman dahulu Indonesia banyak disinggahi para pedagang dan penjelajah dunia dari banyak negara diseluruh belahan dunia. Hal itu turut pula mempengaruhi kuliner Indonesia, termasuk salah satunya adalah soto.
Menurut Prof. Denys Lombart dalam bukunya Nusa Jawa Silang Budaya, nama soto berasal dari satu jenis makanan cina bernama caudo. Dalam dialek Hokkien caudo berarti jeroan berempah. Lambat laun kata caudo berevolusi menjadi sauto dan akhirnya caudo berubah penyebutan menjadi soto. Ada pula yang menyebutnya coto.
Caudo
Caudo asli negeri Cina tak serta merta bisa langsung diterima orang Indonesia. Proses caudo menjadi soto pun berlangsung tidak singkat. Perlu penyesuaian rempah dan isi makanannya sendiri. Soto yang ada di Indonesia kini adalah hasil akulturasi budaya Cina dan beberapa budaya di berbagai daerah.
Itulah sebabnya setiap daerah memiliki jenis sotonya masing-masing. Pada awal kemunculannya di Indonesia, kota Semarang lah yang pertama kali mempopulerkan soto.
Pada zaman dahulu di daerah Pati, Jawa Tengah, masyarakat menyebut soto dengan sebutan sego gandul. Pemberian nama itu bukanlah tanpa alasan. Penjual soto zaman itu tidak menggunakan gerobak, melainkan dengan cara dipikul yang dalam bahasa jawa sendiri adalah gandul-gandul. Meskipun saat ini penjual sego gandul masih bisa dijumpai, namun penjualnya sudah tidak memikul barang dagangannya lagi, melainkan menggunakan gerobak ataupun di warung.
Sego gandul
Cara menyajikan dan menyantap soto kini sudah tidak sesuai lagi dengan negara asalnya. Di Indonesia soto biasanya diberikan perasan jeruk nipis dan disantap dengan nasi. Adapula yang menambahkan berbagai jenis sayuran yang semula tidak ada dalam caudo. Begitu juga dengan rempah-rempahnya. Indonesia menambahkan kemiri dalam soto khas Indonesia yang sebenarnya dulu juga tidak digunakan orang Cina dalam memasak caudo.
Kini soto menjadi salah satu kuliner paling populer di Indonesia. Meskipun soto sudah dikenal sebagai kuliner milik Indonesia, sepatutnya kita tidak boleh melupakan darimana asal muasal kuliner andalan Indonesia ini.
*Artikel ini pernah diterbitkan di IdnTimes pada 10 Oktober 2017