Baden-Württemberg, negara bagian di Jerman tempat kami tinggal ini merupakan negara bagian terhijau dan terasri di Jerman. Ada banyak sekali tempat cantik bernuansa alam disini. Salah satu lokasi yang paling terkenal dan masuk dalam daftar UNESCO adalah kawasan perbukitan Schäbische Alb. Salah satu lokasi di Schwäbische Alb yang banyak dikunjungi para pecinta alam karena lokasinya cocok untuk hiking adalah Air Terjun Bad Urach yang ada di Kota Bad Urach. Hiking di Air Terjun Bad Urach, Baden-Württemberg, Jerman ini berbeda dengan hiking lainnya, lebih santai dan nggak terlalu menguras tenaga. Plus dihadiahi pemandangan yang sangat indah.
Awal musim semi lalu saya dan Mr. Ottoman jalan ke Air Terjun Bad Urach. Dari Kota Stuttgart kami membutuhkan waktu selama satu jam untuk sampai kesana dengan menggunakan mobil. Meskipun tidak terletak di pusat kota, akses jalan ke Bad Urach sangat bagus dan lancar. Juga ada kendaraan umum menuju kesana.
Saat itu adalah hari-hari pertama kembalinya sinar matahari yang hangat setelah Jerman diselimuti dingin selama hampir enam bulan lamanya. Sekaligus sedang libur paskah. Otomatis banyak orang datang ke Air Terjun Bad Urach. Tempat parkir juga penuh saat kami datang. Setelah muter-muter akhirnya dapat juga tempat parkir dan setelah nungguin ada mobil yang keluar. Plus dapat rezeki tiket parkir gratis dari bapak-bapak 😀 Jadi bapak ini udah mau pulang saat kami datang. Ternyata dia udah beli tiket parkir untuk seharian. Pas papasan dan dia liat kami baru datang, langsung dia kasi tiketnya ke kami.
Keluar dari tempat parkir pengunjung bisa langsung menjumpai peta lokasi air terjun. Kami berhenti sebentar dan menghafal jalan mana yang harus kami lalui. Nggak terlalu susah sih jalurnya. Cuma jalannya panjang dan mendaki. Ada beberapa alternativ sebenernya karena ada beberapa tujuan. Di lokasi ini ada benteng peninggalan abad pertengahan, gua dan air terjun. Kami memilih ke air terjun karena jaraknya yang paling dekat, satu jam perjalanan untuk sampai ke puncaknya.
20 menit pertama medannya masih datar. Kiri kanan jalan dihiasi pepohonan yang mulai menghijau. Sungai kecil yang airnya bersumber dari atas Air Terjun Bad Urach mendendangkan musik alam yang memanjakan para pejalan kaki. Sesekali kami berhenti sejenak sekedar untuk mendengarkan suara air sungai mengalir manja. Tak terlihat satupun sampah di air sungai bening itu.
Di batas akhir jalan mendatar kami istirahat di pinggir sungai. Untungnya udah bawa bekal dari rumah karena disini nggak ada orang jualan makanan dan minuman. Napas udah mulai nggak teratur, padahal perjuangan masih diawal. Belum juga naik jalanan tanjakan, udah ngos-ngosan aja. Tapi badan terasa hangat setelah sekian bulan menahan dingin setiap kali keluar rumah.
Setelah istirahat 15 menit, perjuangan kembali dilanjutkan. Kali ini perlu tenaga ekstra karena jalanan mulai menanjak walaupun belum begitu ekstrim. Dititik ini air terjun sudah terlihat. Foto-foto sebentar sambil menikmati keindahan Air Terjun Bad Urach dari bawah. Dari sini aja udah kelihatan keindahan air terjun setinggi 37 meter ini. Tapi masih belum terlihat ada orang mandi-mandi dibawahnya seperti yang umum dilakukan di Indonesia.
Kami berjalan lagi keatas, jalannya semakin menanjak. Sekitar 10 menit jalan keatas ada tempat pemberhentian sekaligus tempat istirahat. Ada juga kursi untuk duduk-duduk disana. Tapi kami skip karena mau cepat-cepat sampai keatas. Nah, perjuangan yang sebenarnya dimulai disini. Jalannya sempit dan tanjakannya terjal. Saya sampe nggak berani buka-buka hp dan kamera. Cuma fokus jalan aja, takut jatuh dan kepeleset. Belum lagi banyak orang yang bawa anjing dan saya takut sekali sama anjing walau anjing-anjing di Jerman itu jinak-jinak. Tetap aja kalau digonggongin sekali aja dalam situasi begini pasti bahaya.
Akhirnya setelah menghabiskan waktu selama satu jam lamanya dimulai dari tempat parkir tadi, kami sampai juga di puncak air terjunnya. Kami langsung mencari tempat ditengah-tengah pepohonan di pinggir sungai untuk piknik. Ternyata diatas sini juga banyak orang. Makanya kami cari lokasi yang agak sepi supaya feel alamnya itu dapet. Tempat ini bener-bener bisa bikin pikiran relax. Apalagi klo datangnya hari biasa dengan sedikit pengunjungn. Berasa milik pribadi pastinya.
Sesekali terlihat bebek-bebek mandi dan bermain-main air. Klo di Indonesia mungkin bebek-bebek ini udah diburu dan dipanggang. Tapi disini enggak, bebek-bebeknya dibiarin hidup dialam bebas. Plusnya lagi nggak ada terlihat satupun sampah berserakan kecuali daun-daun yang sudah tua. Bener-bener wajib dicontoh sama orang-orang di Indonesia supaya alam kita juga bisa sebersih Jerman.
Diatas sini juga ada beberapa kursi tempat duduk-duduk, toilet umum dan ada juga yang BBQ-an. Kami cuma bisa nyium bau panggangannya aja 😀 Salut sih sama satu keluarga yang hari itu BBQ-an diatas sini. Kebayang nggak gimana perjuangannya bawa alat BBQ dan rekan-rekannya sampe atas sini. Cuma bawa diri aja susah, apa lagi bawa barang-barang untuk BBQ-an.
Lebih dari satu jam kami duduk-duduk disana, kami putuskan untuk kembali turun karena matahari masih enggan berlama-lama hadir di siangnya Jerman. Sebelum gelap kami harus udah sampe bawah. Tapi sebelumnya mau lihat tempat air terjunnya meluncur. Setelah keluar dari areal pepohonan baru kami tau klo diatas sini ternyata ada warung kecil yang jual jajanan seperti es krim dan snack lainnya. Tapi nggak jual makanan berat. Bagusnya sih bawa bekal aja dari rumah karena harga disini lebih mahal dari supermarket biasa.
Sampai di titik dimana air Sungai Brühlbach jatuh membentuk air terjun yang indah saya takjub dan kagum. Pemerintah lokal benar-benar mengatur tempat ini sedemikian rupa supaya terjaga kebersihannya dan pengunjung juga nggak ada yang usil ngerusak atau apapun lah itu namanya supaya alam disini nggak rusak. Sampe diatas sini saya tetap nggak liat orang mandi-mandi. Cuma anak-anak yang sebentar main-main air. Bukan karena airnya masih sedingin es, tapi di musim panaspun orang-orang Jerman memang nggak terlihat mandi-mandi saat mengunjungi tempat-tempat seperti ini. Mungkin mereka cuma mau basah-basahan klo ke pantai aja kali ya. Lagipula untuk beberapa wilayah juga ada larangan dari pemerintah untuk mandi-mandi. Nggak seperti di Indonesia yang pengunjungnya bebas lepas mau ngapain aja di tempat-tempat sejenis.
Jalan pulang nggak terlalu sulit karena turunan. Hanya saja perlu menyeimbangkan kondisi badan, apalagi di daerah-daerah yang curam dengan jalanan yang sempit. Kami kembali beristirahat di tempat pemberhentian yang saat pergi tadi kami lewati. Di titik ini kami benar-benar dekat dengan Air Terjun Bad Urach dan bisa menyentuh airnya yang masih seperti salju yang baru saja mencair. Pengunjung bisa saja lebih dekat lagi ke air terjun, tapi harus naik dari tebing yang licin dan saya nggak berani melakukan itu. Dari sini aja udah deket kok sama air terjunnya sampe-sampe kedinginan.
Setelah puas bersentuhan langsung dengan Air Terjun Bad Urach, kami turun lagi kebawah. Selanjutnya masih singgah-singgah sebentar di sungai-sungai kecil yang suaranya memanggil-manggil ngajak main. Betal sekali berada disini, rasanya nggak mau pulang dan pengen bangun rumah disini supaya suara yang didengar tiap hari itu cuma suara air sungai kecil ini. Berasa lahan ini milik pribadi yang bisa dibangun kapan aja 😀 Semoga ya someday bisa punya rumah yang sebelahan sama alam-alam cantik begini.
Sejak nyampe dijalan yang datar, perasaan udah nggak jauh lagi ke tempat parkir. Tapi kok nggak nyampe-nyampe ya 😀 Sangking terpesonanya sama alamnya yang indah dan no sampah, bikin betah, jadi bentar-bentar berhenti. Apalagi semakin sepi di perjalanan pulang ini. Jalan pulang justru lebih lama dari jalan pergi tadi. Ya itu dia karena banyak istirahatnya dan main-main di air sungai sampe puas. Akhirnya nyampe juga ke tempat parkir dan balik ke Stuttgart dengan segala keriuhannya.
1 Comment
Uphiet 11. November 2019 at 6:25
Menyenangkan kalau sebuah tempat wisata itu tidak hanya baik aksesnya, tapi juga terpelihara dan bebas dari sampah. Semoga wisata di Indonesia juga bisa seperti itu nantinya 🙂