Perjalanan lama yang lupa digoreskan pena. Perjalanan ini sudah dua tahun yang lalu, tepatnya musim gugur tahun 2017. Seperti biasa, perjalanan ini saya yang menginginkannya dan Mr.Ottoman cuma nemenin aja. Kami hanya melakukan trip beberapa jam di Strasbourg, kota kecil cantik di perbatasan Jerman-Perancis.
Strasbourg, salah satu kota di Provinsi Alsace Perancis ini berbatasan langsung dengan Jerman. Meskipun sama-sama miliknya Perancis, Strasbourg dan Paris sangat berbeda dari berbagai sisi. Dulu, Perancis dan Jerman sempat mengalami perang yang berkepanjangan memperebutkan Strasbourg. Mungkin itulah sebabnya di Strasbourg juga tampak pengaruh-pengaruh Jerman.
Kami membutuhkan waktu sekitar dua jam dari Stuttgart menuju Strasbourg. Karena nggak direncanakan, kami berangkat jam 12 siang dan nyampe sana sekitar jam 2 siang. Agak susah nyari tempat parkir disini. Beberapa kali mutar-mutar di pusat kota Strasbourg untuk cari tempat parkir, akhirnya dapat juga parkir gratis dipinggir jalan.
Kebetulan hari itu sedang ada brokante, di Jerman namanya Flohmarkt yaitu pasar barang-barang bekas yang hanya buka di akhir pekan atau waktu-waktu tertentu. Beda dengan di Jerman, barang-barang yang dijual disini lebih memiliki ciri khas tersendiri.
Meskipun bukan merupakan kota besar, Strasbourg merupakan salah satu kota terpenting di Eropa. Disini berdiri Gedung Parlemen Eropa yang setiap tahunnya mengadakan rapat-rapat penting mengenai isu-isu panas yang sedang melanda dunia dan Eropa khususnya sebanyak 12 kali.
Saya langsung jatuh cinta begitu tiba di Strasbourg. Bangunan-bangunan sisa zaman gotik, barok dan renaissans bersanding damai dengan peradaban modern. Semuanya masih terpelihara dengan baik. Beruntung saya bisa melihat kehebatan orang-orang dulu yang minim teknologi dalam membangun rumah-rumah mereka yang masih kuat dan bertahan sampai saat ini.
Kami melewati sebuah gang kecil yang dipenuhi restoran dan kafe untuk sampai ke icon utama Strasbourg yaitu Gereja Katedral Strasbourg. Jalanannya penuh sesak, mungkin karena akhir pekan. Tampak beberapa orang polisi bersenjata lengkap mondar-mandir di gang itu. Saya melihat ada banyak polisi berpatroli di Strasbourg saat itu. Mungkin karena sedang ada ancaman teror dan bom.
Nggak terlalu jauh berjalan kami tiba juga di Gereja Katedral Strasbourg. Antrian masuknya sudah mengular dan kami batalkan niat untuk masuk meskipun tidak ada pungutan biaya untuk masuk kedalam gereja yang dibangun pada abad ketujuh dan selesai pada tahun 1439 ini. Hebatnya lagi gereja bergaya gotik ini dibangun tanpa rancangan khusus. Didalamnya terdapat sebuah jam astronomi sepanjang 18 meter dan merupakan salah satu yang tertua di dunia.
Gereja ini dikelilingi bangunan-bangunan yang tak kalah tua dengannya dengan gaya gotik dan barok. Setiap akhir tahun menjelang natal, disini diadakan christmast market yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia.
Dari Gereja Katedral kami berjalan ketempat lain menyusuri kanal. Awalnya mau melakukan wisata Batorama yaitu mengelilingi Strasbourg dengan kapal melalui kanal-kanalnya. Harganya cukup murah, cukup membayar 13 euro saja untuk perjalanan satu jam. Lagi-lagi banyak sekali yang mengantri. Akhirnya kami batalkan dan memilih jalan kaki.
Strasbourg memiliki udara yang sejuk dan bersih serta bebas polusi. Sangat nyaman mengelilingi Strasbourg dengan berjalan kaki ataupun bersepeda. Ada banyak sepeda yang disewakan disini. Tinggal pilih aja, tapi kami pilih jalan kaki.
Sesuatu yang berbeda dari bangunan di Strasbourg dan Jerman adalah bagian atap rumah-rumah tuanya yang dihiasi dengan jendela bertingkat-tingkat. Sedangkan di Jerman umumnya hanya ada satu jendela. Saya kira ini adalah ciri khas bangunan gotik.
Bagi kamu yang suka sejarah, kamu bisa mengunjungi berbagai museum seperti Musee Historique De La Ville De Strasbourg dan Musee Alsacien. Di sini kamu bisa melihat dan mempelajari peradaban suku Alsace yang dulu mendiami Strasbourg. Strasbourg sendiri memiliki banyak museum. Empat belas di antaranya dikelola oleh pemerintah setempat. Tiket masuk museum bisa dihemat dengan membeli museum pass seharga 12 euro.
Selain bangunan tua yang syarat peradaban, Strasbourg juga banyak memiliki gedung-gedung pemerintahan. Gedung-gedung tersebut sebagian juga merupakan warisan masa lalu pendirinya. Terlihat dari gaya arsitekturnya yang bukan merupakan bangunan abad modern.
Keindahan Strasbourg tak ada habisnya untuk dijelajahi. Setiap jengkalnya tidak ada yang tidak menarik dan bisa dikunjungi disetiap musim. Tapi musim semi dan musim panas menjadi musim paling favorit bagi turis-turis untuk datang kesini. Selain terangnya lebih lama dan cuaca yang hangat, bunga-bunga indah juga menghiasi seluruh Kota Strasbourg.
Rasanya nggak akan ada capeknya mengelilingi Strasbourg karena matapun terlena dengan pandangan-pandangan yang belum tentu bisa didapat di semua tempat. Kami berjalan tepat dipinggir kanal. Sesekali kami melihat sekelompok mahasiswa sedang berpesta ecek-ecek dibawah jembatan pinggir kanal. Strasbourg memang dikenal juga sebagai kota pelajar. Banyak mahasiswa dari seluruh dunia datang kesini untuk menambah ilmu pengetahuan mereka.
Tarte flambee, pizzanya orang Perancis merupakan menu yang wajib dicoba disini. Berhubung udah lapar, kami nggak sabar cari tempat yang jual Tarte Flambee. Akhirnya döner lagi döner lagi. Memang ya orang Turki itu tersebar dimana-mana. Tapi ini juga menguntungkan bagi wisatawan muslim karena tidak kesusahan mencari makanan halal di Eropa.
Selesai makan, kami jalan ketempat parkiran karena udah malam dan harus pulang. Lumayan jauh jalannya. Ngelewatin jalan utama tempat kami datang tadi. Nyampe disana mampir dulu beli jajanan hazelnuts panggang. Rasanya mirip biji nangka rebus 😀
Beberapa jam di Strasbourg, kota kecil cantik di perbatasan Jerman-Perancis sudah sangat membuka wawasan baru bagi saya. Travelling memang merupakan terapi yang paling ampuh untuk merenggangkan otot-otot yang stres dengan rutinitas yang membosankan.
1 Comment
Farah Salsabila 26. August 2019 at 6:06
Super estetik!