Hari keempat di Istanbul…
Di hari keempat ini kami sengaja keluar lebih cepat. Istanbul panasnya luar biasa, jalan dikit aja dah keringetan. Saya skip nulis tentang hari ketiga kami di Istanbul karena hari ketiga kami seharian pergi ke pasar tradisional di daerah Karaköy.
Jadwal hari ini adalah ke Istana Topkapi dan Galata Tower. Istana Topkapi memang sudah saya jadwalkan untuk dikunjungi jauh sebelum ada kepastian kapan kami akan ke Istanbul. Saya sangat antusias untuk melihat peninggalan-peninggalan Rasulullah, nabi-nabi lain beserta para sahabatnya.
Kami jalan kaki dari hotel ke Istana Topkapi. Memang kawasan Sultan Ahmet ini surganya tujuan wisata utama di Istanbul dan letaknya juga berdekatan. Istana Topkapi ini berada dibelakang Hagia Sophia. Kami jalan dari samping Hagia Sophia untuk sampai ke gerbang utama Istana Topkapi.
Nggak jauh setelah melewati Hagia Sophia, kami tiba disebuah gerbang tinggi. Awalnya saya kira kami sudah berada di Istana Topkapi, ternyata belum. Untuk melewati gerbang itu, kami harus melewati security. Lalu kami disambut oleh pepohonan rindang yang menyejukkan hari yang sudah mulai memanas. Dibawahnya berjejer kursi-kursi taman.
Kami beruntung datang sebelum jam 12 siang. Selain pengunjungnya belum terlalu ramai, kami berkesempatan melihat parade para tentara istana yang berjalan beriringan dengan musik dan menggunakan pakaian tradisional. Di area ini juga terdapat Hagia Irene, saudaranya Hagia Sophia. Masuk kesini harus bayar tiket seharga 36 lira dan nggak bisa pake Museum Pass. Tapi kami nggak masuk kesini.
Setelah melewati Hagia Irene, barulah kami memasuki gerbang Istana Topkapi. Kami sudah bersiap-siap membayar kalau-kalau Museum Pass kami nggak bisa digunakan. Ternyata lolos juga itu kartu kadaluarsa 😀 Sepertinya hampir semua tempat wisata berbayar di kawasan Sultan Ahmet ini tidak mengizinkan pengunjungnya membawa tongsis kedalam. Begitu juga saat masuk ke Istana Topkapi.
Kawasan Istana Topkapi ini sangat luas dan terdiri dari beberapa bangunan. Untuk mengelilingi keseluruhannya bisa menghabiskan waktu selama 2 sampai 3 jam. Dari pintu masuk kami memilih kearah kanan. Disana dipajang kisah-kisah tentang para pendiri dan raja-raja Ottoman. Selanjutnya kami memasuki bangunan dapur dan barang-barang peninggalannya. Tapi disini nggak boleh ambil foto barang-barang koleksinya.
Ada beberapa bangunan gedung disini dan saya nggak hapal nama-namanya. Ada yang berfungsi sebagai perpustakaan, mesjid khusus untuk raja-raja dan ruangan-ruangan lainnya.
Setelah mengelilingi beberapa bangunan, kami pergi ke bangunan yang paling penting dimana tersimpan barang-barang peninggalan Rasulullah. Salahnya kami tadi tidak masuk kesini dulu. Kami sudah menghabiskan banyak waktu di bangunan-bangunan lainnya baru pergi kesini. Udah siang dan panas terik. Mau masuk kesini antriannya panjang, nggak seperti ke bangunan-bangunan lainnya.
Demi melihat barang-barang peninggalan Rasulullah kami rela antri dibawah teriknya matahari yang tembus ke ubun-ubun. Untuk menyimpan energi, saya dan Mr. Ottoman bergantian mengantri. Kami mengantri sekitar 1 jam lamanya karena harus ada yang keluar dulu baru boleh masuk.
Setelah bau matahari hinggap ke seluruh pakaian kami, akhirnya bisa masuk juga kedalam. Itu juga tetap harus ngantri didalam. Bukan cuma orang muslim aja yang masuk kesini, yang non muslim juga banyak. Disini juga nggak boleh foto-foto dan ambil video. Penjaganya banyak dan galak, selalu sigap memata-matai pengunjung yang mencoba mencuri-curi untuk mengambil satu dua foto.
Pertama masuk kesini pengunjung disambut dengan pedangnya Nabi Daud, lalu tongkatnya Nabi Musa. Setelah itu dilanjutkan dengan nabi-nabi lainnya. Jujur saya mulai merinding masuk ke bangunan ini seolah manusia-manusia spesial pilihan Allah ini masih hidup dan ada disana.
Pajangan di ruang utamanya adalah barang-barang peninggalan Rasulullah. Ada rambut Nabi Muhammad Sallallahu’alaihi wassalam, gigi, pedang dan alat makannya. Saya tidak mengerti tentang perasaan saya saat itu, bahagia bercampur sedih dan haru. Bahagia bisa melihat langsung peninggalan Rasulullah, sedih mengetahui betapa sederhananya beliau dan begitu besar pengorbanannya untuk kita umatnya dan haru akhirnya saya bisa mengunjungi tempat ini.
Di ruangan terakhirnya dipajang di etalase pakaian Fatimah putri Rasulullah dan Husein cucu Rasulullah. Dari pakaiannya terlihat kalau Fatimah memiliki tubuh ideal tinggi semampai.
Terakhir kami masuk ke bangunan Hareem, tapi kalau mau masuk kesini harus bayar tiket lagi seharga 42 lira. Untung ada si Museum Pass kadaluarsa kami. Petugasnya aja bingung melihat Museum Pass kami. Si petugas wanita itu sempat membolak-balik si Museum Pass dan mencoba menempelkannya ke mesin. Si petugas dan pengunjung lainnya sempat bertanya dimana kami mendapatkan kartu itu 😀
Melihat bangunannya yang sangat luas bisa saya simpulkan kalau saat itu ada banyak hareem yang tinggal disini. Ada banyak kamar tidur, perpustakaan, kamar mandi khas Turki, ruang pertemuan dan musholla khusus. Juga ada musholla khusus untuk para bodyguardnya hareem istana. Kata Mr. Ottoman untuk menjadi bodyguard para hareem zaman dulu itu tidak mudah. Konon kabarnya alat vital mereka harus dipotong agar tidak terjadi perselingkuhan. Serem dengernya.
Gedung Hareem ini juga memiliki teras belakang dengan pemandangan yang menawan yang tepat berbatasan dengan laut. Dari sini pasti para Hareem bisa cuci mata melihat-lihat pemandangan yang indah-indah. Sekarang dari sini terlihat Jembatan Bosphorus, Galata Tower serta kapal-kapal yang berlalu lalang di Laut Marmara.
Tiga jam sudah kami keliling-keliling melihat peninggalan Rasulullah di Istana Topkapi. Coba-coba liat makanan dan minuman yang dijual disini. Ternyata harganya wow banget. Berkali-kali lipat dibandingkan harga diluar istana.
Keluar Istana Topkapi terik dan panasnya matahari makin menjadi-jadi. Kami naik tram ke Eminonu untuk lanjut ke Galata Tower.