Namanya Fatma, saya memanggilnya Fatma Teyze. Teyze dalam Bahasa Turki berarti tante. Umurnya sekitar 85 tahun. Sudah sakit tapi masih sehat untuk ukuran orang Indonesia diumur segitu. Fatma Teyze adalah mertua teman saya, kak Evy yang juga menikah dengan laki-laki Turki.
Dulu waktu pertama kali kenalan dengan Fatma Teyze, kami sama sekali tidak canggung dan kaku. Tentu kita tetap harus menaruh hormat padanya. Cerita punya cerita ternyata asal daerah Fatma Teyza ini sama dengan asal keluarganya Mr. Ottoman. Walaupun keluarganya Fatma Teyza yang di Turki saat ini kebanyakan bermukim di Istanbul.
Mengenal Fatma Teyze memberikan pandangan lain pada saya tentang mertua Turki, tentang bagaimana dia memperlakukan menantunya dan tidak menindasnya. Tidak memaksa menantunya melakukan hal-hal yang dia inginkan dan tetap membiarkan teman saya hidup layaknya orang Indonesia, makan makanan Indonesia dan bergaul dengan orang Indonesia.
Fatma Teyza sendiri masih bolak-balik Turki-Jerman dikarenakan pengobatannya. Tapi saat di Jerman dia lebih sering tinggal lama bersama teman saya dibandingkan anak-anaknya yang lain.
Saya teringat dulu saat mengunjungi teman saya dan ada Fatma Teyze disana. Kondisinya waktu itu sehat-sehat saja. Kami duduk-duduk di balkon sambil curhat-curhatan tentang adat dan budaya Turki. Saya ceritakan bagaimana mertua saya serta peraturan-peraturan Royal Family mereka.
Fatma Teyze bilang benar adanya memang seperti itu adatnya. Tapi yang asyiknya itu Fatma Teyze ini biasa-biasa aja, nggak lebay soal adat istiadatnya. Hubungannya dengan teman saya sangat akrab, seperti anak dan ibu kandung. Sampai sekarang Fatma Teyze kadang mencandai saya soal mertua saya. Saya yakin dulu saat muda Fatma Teyze ini orangnya asyik banget, nggak terlalu terikat dengan adat istiadat Turki yang kadang berlebihan.
Satu lagi hal yang sejujurnya membuat saya iri. Teman saya berencana pindah ke Indonesia beberapa tahun kedepan dan mereka sudah beli rumah di Indonesia sebagai persiapan. Fatma Teyze sangat mendukung dan tidak menghalang-halangi anaknya untuk pindah ke Indonesia. Bahkan dia menyarankan saya juga untuk beli rumah di Indonesia.
Kebayang nggak sih, Fatma Teyze itu bukan mertua saya. Tapi dia bisa bilang begitu, nyuruh saya beli rumah di Indonesia untuk investasi masa depan. Lah mertua saya? Jangankan nyuruh beli rumah di Indonesia, baru dibilang kami berencana pindah ke Indonesia aja dia udah kejang-kejang nggak ngasih restu. Nggak pengen jauh dari anaknya tapi nggak mikir klo ada perempuan lain yang udah duluan jauh dari anaknya bertahun-tahun, anak perempuan pula. Ini anaknya anak laki-laki udah bapak-bapak juga kok ya masih dikhawatirin. Egois bener.
Sejak saat saya bilang berencana pindah ke Indonesia, mama mertua justru gencar banget nyuruh kami pindah ke Turki dengan alasan yang dibuat-buat. Katanya enaklah tinggal di Turki nggak capek kerja, rumah ada dan dekat sama saudara. Taunya beberapa waktu lalu Turki mengalami krisis dan justru abangnya Mr. Ottoman pengen balik lagi kerja di Jerman. Karena itu Mr. Ottoman jadi semakin nggak minat untuk menetap di Samsun, Turki.
Back to Fatma Teyze, sekarang kesehatan Fatma Teyze sudah berbeda dari sejak kami pertama kali bertemu. Harus sering masuk rumah sakit dan beberapa kali operasi jantung kalau saya nggak salah. Tapi dia tetap ramah saat kami datang walaupun nggak bisa ngobrol lama-lama seperti dulu.
Fatma Teyze bisa jadi salah satu bukti kalau mertua Turki itu juga baik. Semua kembali lagi ke orangnya masing-masing, bukan negaranya.
Calon gelin, nggak usah takut yah sama mertua Turki 😀
2 Comments
Evy 8. April 2019 at 12:36
Harus ijin nih samayg punya mertua… kena denda nih… traktir makan yaaa… hahaha it is not entirely true tapi bagaimana kita menyikapi mertua kita sih. No body’s perfect… semoga Allah selalu memberikan jalan terbaik untuk kita semu ya
AnneYaa 10. April 2019 at 20:10
Wah…dikomen sama yang punya mertua