Masih cerita hasil mudik kemarin. Namanya juga pulang mendadak, persiapannya pun pasti seadanya. Kali ini bukan tentang kedatangan saya ke Indonesia, tapi saat akan kembali ke Jerman. Berhubung saya beli tiket pulang pergi untuk Kuala Lumpur-Medan, saya nggak bisa terlalu banyak milih karena belinya juga dari satu situs. Yang penting harganya cocok dan secepatnya bisa sampai Medan. Itu yang ada dipikiran saya pertama kali saat mencari-cari tiket.
Total saya membayar 150 euro Kuala Lumpur-Medan dan sebaliknya. Perginya saya naik Malaysia Airlines yang full service. Bagasi 20 kilo dan saya beli 10 kilo lagi. Pesawatnya cukup nyaman pastinya dan ada tvnya juga. Meskipun perjalanan Kuala Lumpur-Medan nggak nyampek satu jam, penumpang tetap disuguhi minuman ringan dan snack. Selain itu, Malaysia Airlines berangkatnya juga dari KLIA 1 tempat saya turun dari Turkish Airlines. Saya nggak perlu repot-repot pindah bandara bawa-bawa koper plus tas-tas kecilnya.
Drama terjadi saat perjalanan pulang ke Jerman. Saya sudah beli bagasi Airasia 30 kilogram. Saya pikir semuanya akan ama-aman saja. Di rumah saya juga udah nimbang koper. Beratnya pas 30 kilogram. Jadi saya nggak was-was karena timbangannya pas dengan bagasi yang saya beli.
Untungnya saya berangkat lebih cepat ke bandara. Hitung-hitung persiapan kalau-kalau ada apa-apa. Sampai di Bandara Kualanamu saya langsung check in. Eh ternyata ditimbangan mereka koper saya lebih 4 kilo. Nggak tau deh apa timbangan di rumah yang salah atau gimana.
Langsung saya susun-susun barang. Keluarin yang kira-kira nggak penting dan masukkan di hand carry, walaupun hand carry saya juga udah banyak banget. Satu tas ransel yang udah penuh sesak, satu dus bika ambon, dan satu tas kecil berisi perlengkapan pribadi. Bener-bener menghebohkan saat itu. Belum lagi saya sengaja minta keluarga saya untuk tidak mengantarkan saya ke bandara karena kami baru saja ditinggalkan ayah tercinta. Kok rasanya saya malas bersedih-sedih lagi saat melihat wajah mereka melambaikan tangan ke saya saat saya menuruni tangga pintu keberangkatan. Jadinya kalaupun nanti harus ada barang yang ditinggal, artinya barang-barang itu harus saya buang.
Check in selesai dan petugasnyapun nggak ngomong apa-apa soal hand carry, meskipun mereka melihat semua barang bawaan saya. saya kira dititik ini saya sudah aman. Sayapun berjalan santai dengan gendongan penuh muka belakang dan ditangan. Melewati imigrasi dan mencari pintu keberangkatan saya.
Karena waktu keberangkatan masih lama, saya cuci mata di Batik Keris yang berada tepat didepan gate 4 Airasia. Saya beli 4 jenis oleh-oleh yang bentuknya kecil-kecil untuk teman kantor Mr. Ottoman. Tragedi pun kembali terjadi saat saya mau memasuki ruang tunggu. Ternyata oh ternyata naik Airasia itu hand carry benar-benar diukur dan ditimbang beratnya. Mereka punya timbangan dan ukurannya didepan pintu ruang tunggu. Jadi nggak bisa tipu-tipu. Berbeda dengan saat saya naik Airasia dua tahun lalu.
Ada dua petugas yang menjaga di pintu masuk. Satu laki-laki dan satunya lagi perempuan. Saya dilayani sama petugas perempuan. Dan mereka bilang saya tidak boleh bawa semua barang saya kecuali bayar. Dihitung-hitung saya kena 750 ribu rupiah. Ada dua pilihan yang diberikan kepada saya, dihitung per kilo atau bayar 800 ribu untuk semua barang dan saat itu saya pilih per kilo.
Berhubung uang cash udah nggak ada, terpaksa saya harus ambil uang di atm. Ditemani mba petugas (saya lupa tanya namanya dan nggak liat-liat juga sangking paniknya) saya coba ambil di mesin atm dekat ruang tunggu. Ternyata nggak bisa, jadilah kami naik lagi keatas dan keluar imigrasi. Si mba menjaminkan saya ke petugas dan paspor saya ditahan oleh petugas.
Semua atm udah dicoba dan nggak tau kenapa nggak bisa, padahal kemarinnya saya juga ambil di atm BCA dan BNI. Semakin panik lah saya dan langsung terpikir barang apa saja yang harus saya buang.
Sebelumnya kami sempat sedikit cerita-cerita sama si mbanya, saya bilang kalau itu bika ambon mau dibawa ke Jerman untuk oleh-oleh. Terus dia bilang nanti saya coba tanyakan keatasan gimana baiknya ya bu. Saya coba tawarkan untuk bayar nanti setelah saya tiba di Jerman. Untungnya pesawatnya delay setengah jam. Jadi saya masih punya waktu mikir dan negosiasi.
Saya disuruh masuk aja sama mbanya dan disuruh nunggu, sementara dia bicara sama atasannya. Semua mata tertuju pada saya di ruang tunggu itu. Jelas lah, mereka bawaannya sedikit. Cuma nge-pasin timbangan dan ukuran yang diharuskan Airasia. Lah saya bawa trolly kecil dengan isi satu tas ransel yang penuh sesak, 1 dus bika ambon, 1 tas tenteng kecil, satu tas make up yang juga saya penuhi dengan barang-barang lain sama plastik dari Batik Keris. Keliatannya banyak banget.
Mbanya tadi sempet bilang klo saya nanti naiknya paling belakangan aja biar orang-orang nggak kesel karena barangnya banyak. Itupun kalau atasannya ngizinin. Saat penumpang lain sudah mulai jalan masuk ke pesawat, saya masih ngobrol dengan bapak atasan yang terlihat masih muda itu. Dan tau nggak apa yang dia bilang? Dia nggak ngizinin saya bawa semua barang saya.
Saya sudah coba bilang kalau nanti saya transfer duitnya 😀 Iya kali bisa suka-suka bayar dibelakang. Tetap nggak bisa katanya karena perhitungannya ditutup saat pesawat sudah berangkat. Saya jadiin satu barang-barang yang kira-kira bisa disatuin karena katanya barang-barang saya terlalu banyak tempatnya. Saya masukin tas tenteng kedalam tas ransel, sebagian barang saya masukin ke dus bika ambon sampe penuh. Tas make up akan saya tinggal dengan isi-isi yang nggak begitu penting seperti satu kaleng permen fox, kacamata, make up yang udah lama dipakai dan lainnya yang saya rasa nggak terlalu dibutuhkan. Akhirnya tinggal dua tentengan saja.
Bapak atasan bilang tetap nggak bisa karena beratnya masih kelebihan. Saya masih memohon bahkan saya mau kasih no telepon saya yang bisa dia hubungi. Ah…drama sekali keberangkatan hari itu. Sampe penumpang habis saya masih disana, akhirnya dengan tidak berkata iya bapak atasan itu membiarkan saya lewat menelusuri jalan menuju pintu pesawat. Sementara si mbanya masih sempat meminta maaf ke saya karena nggak bisa bantu. Yaampun, mba ini baik sekali. Padahal saya yang salah loh.
Saat di pesawatpun orang-orang kembali melirik aneh kearah saya. Seperti biasa saya tetap cuek. Yang penting ini bika ambon sampe ke Jerman. Yay…!!! Akhirnya berangkat juga ke KLIA 2. Untungnya saat itu pesawat lumayan kosong, artinya bagasi pesawat juga nggak terlalu penuh dan kelebihan bagasi saya nggak ngelebihi muatan pesawat.
Terimakasih Airasia, mba petugas dan bapak atasan. Berkat kalian bika ambon saya nyampe Jerman juga.