Sejak hari kedua menginap di Club Resort Atlantik, saya dan Mr. Ottoman sebenarnya agak heran. Biasanya yang kami lihat di Turki ada foto pak Erdogan plus bendera Turki dimana-mana. Tapi tidak di Izmir. Di hari itu saya sama sekali tidak melihat foto Presiden Turki itu dipajang warganya. Justru foto Atatürk lah yang banyak saya lihat.
Di hari berikutnya kami naik kendaraan umum ke Konak Square di pusat kota Izmir. Jaraknya lumayan jauh dari resort. Pertama kami naik mini bus dari depan resort, disambung dengan bus lain lagi dan terakhir naik bus sejenis trans Jakarta (tapi yang ini gratis) untuk sampai ke Konak Square. Saya lupa turun-turunnya dimana aja. Pokoknya hari itu benar-benar berbeda dari travelling kami biasanya. (Panas-panasan klo berdua sama abang nggak apa-apa deh! 😀 )
Oya, pun disepanjang jalan sampe ke Konak, yang banyak kami lihat adalah fotonya Atatürk.
Di Konak Square ini ada Jam Gadang ala Izmir yang sangat iconik. Namanya Saat Kulesi (Clock Tower). Jam ini dibangun pada tahun 1901 untuk merayakan kekuasaan Sultan Abdul Hamid II yang ke 25 tahun.
Dibelakang Saat Kulesi ini ada sebuah mesjid tua, namanya Mesjid Yali atau biasa disebut juga Mesjid Konak. Melihat tahun pembangunannya, yaitu 1755, jelas sekali mesjid ini merupakan peninggalan masa Ottoman. Sebenernya bisa solat didalamnya, tapi saya rasa agak kurang nyaman. Selain ukurannya yang sempit dan letaknya yang berada ditengah-tengah keramaian, juga banyak orang yang keluar masuk mesjid sekedar untuk melihat arsitekturnya.
Nggak banyak yang kami kunjungi disini karena tujuan utama kami ke pusat kota Izmir memang mau belanja karena koper yang kami bawa dari Jerman sudah rusak.
Dibelakang area Konak Square ini ada pasar tua. Kami belanja disini. Selain koper, juga belanja macam-macam. Saya beli titipan jilbab teman, aneka oleh-oleh juga jajanan. Kami juga sempat makan siang di warung kaki lima di pasar ini. Saya pesan ikan goreng tepung, Mr. Ottoman pesan köfte. Plusnya dikasi salat dan roti semangkok besar.
Entah kenapa rasa makanan di Turki itu terasa jauh lebih lezat dibandingkan Jerman. Ini bukan karena lapar, tapi ikannya memang enak, juga salatnya. Semua orang pada ngeliatin kami. Klo saya sih udah biasa disini diliatin karena bentukannya yang beda dadri mereka. Nah klo Mr. Ottoman kan sesama Turki ya. Ngapain juga mereka liat-liat. Usut punya usut, ternyata katanya orang Turki itu bisa membedakan mana orang Turki yang dari Turki sama orang Turki yang dari luar Turki. Katanya sih gayanya beda, makanya kami berdua sama-sama diliatin. Udah kek makhluk dari planet lain aja 😀
Kaki rasanya mau patah, jalan sana jalan sini. Itu sebabnya saya kurang suka shopping, baik di mall maupun di pasar begini. Sama aja capeknya.
Nggak terasa udah seharian aja jalan-jalan di Konak Square. Saatnya back to Club Resort Atlantik dengan membawa koper gede ini beserta isinya.
Di jalan pulang ini untuk pertama kalinya saya lihat foto pak Erdogan terpampang nyata didepan sebuah universitas yang kami lewati. Tapi tetap bersebelahan dengan fotonya Atatürk. Karena penasaran, nanyalah Mr. Ottoman sama orang. Ternyata Izmir itu dikenal sebagai kota paling sekuler di Turki dan disini juga pak Erdogan mendapatkan suara paling sedikit saat pemilu lalu.
No offense, baik saya ataupun Mr. Ottoman, kami bukanlah maniak politik. Jadi kami cukup tau aja kalau masyarakat Izmir memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap Atatürk, mungkin melebihi masyarakat Turki di daerah-daerah lainnya.