Setelah liburan ke Izmir terpaksa diundur sehari akibat paspor hilang, akhirnya pesawat kami landing juga di Bandara Adnan Menderes Izmir. Agak ribet sebenarnya karena kami tiba di sore hari. Berhubung kami pergi menggunakan travel dan ketibaan kami tidak sesuai jadwal, jadilah kami harus telpon sana sini untuk memastikan hotel dan mobil menuju ke Club Resort Atlantis.
Hampir tengah malam kami sampai di resort bintang 4 itu. Jadi selama perjalanan dari bandara ke resort yang memakan waktu selama kurang lebih satu jam itu, kami nggak bisa lihat pemandangan Izmir dengan jelas. Pengennya sih dapat kamar dengan view laut, sayangnya malam itu udah nggak ada lagi. Kamar yang kami dapat juga nggak begitu bagus. Berhubung udah capek, ya kami terima aja dan besok bisa ganti kamar.
Perut yang seharian diisi dengan makanan seadanya sepertinya udah demo minta diisi sama makanan yang lezat. Restoran resort udah tutup, terpaksa kami makan di restoran sebelah resort. Saya pesan ikan bakar. Jangan bayangkan ikan bakarnya seperti ikan bakar di Indonesia dengan campuran aneka bumbu, disini ikan bakarnya cuma ditaburi garam. Jadi, saya makannya pake bubuk cabe biar berasa nikmat dilidah Indonesia saya 😀
Sebelum menu utama datang, kami disajikan makanan pembuka. Sejenis roti dengan saus yogurt yang saya nggak tau dicampur apa. Juga semangkuk besar salat. Mr. Ottoman mesan sepiring steak. Untuk menu yang lumayan banyak itu, kami cuma bayar 20 euro. Jauh lebih murah daripada di Jerman.
Perut kenyang, anggota tubuh yang lain pun kompak melemas dan memaksa saya berbaring diranjang ukuran enam kaki itu. Mr. Ottoman udah langsung nggak sadar begitu kami sampe di kamar.
Besok paginya setelah bersih-bersih kami langsung menuju restoran resort. Jelas sekali ekspresi Mr. Ottoman menunjukkan kebahagiaan yang luar biasa melihat aneka menu sarapan ala Turki terpampang nyata didepan matanya. Aneka keju, roti, sosis, telur, buah, dessert, teh Turki, pokoknya banyak banget jenis makanan dan minuman pagi itu. Saya sendiri pagi itu memilih salat, telur dan pancake untuk menu sarapan saya. Yang istimewanya lagi, view dari restoran ini indah sekali. Bersebelahan langsung dengan Laut Aegean.
Berhubung kami adalah tipe slow traveller, hari ini kami nggak kemana-mana. Cuma mau duduk-duduk di pantai aja. Disekitar kamar kami sebenarnya juga ada pantai, tapi nggak terlalu besar. Pantai yang satunya lagi ada didepan pintu gerbang resort. Pantai ini sebenernya pantai umum, tapi tamu yang menginap di Club Resort Atlantik nggak perlu bayar uang masuk ataupun sewa payung dan tempat duduk lagi. Pantainya sih bagus. Tapi kata Mr. Ottoman masih lebih bagus pantai di Bali dan Sabang.
Karena masih kenyang, kami skip agenda makan siang. Enaknya nginap di resort ini, minuman semuanya gratis sepanjang hari. Aneka jus, air mineral, kopi, teh, dll. Ada juga tempat khusus seperti kafe dengan desain ala Turki Usmani khusus untuk ngopi dan ngeteh ala Turki. Disini juga disediakan sisha.
Siang itu kami sewa boat yang per jamnya klo nggak salah ingat sekitar 10 euro. Hitung-hitung olahraga sambil dayung boat. Sumpah, lautnya bersih banget. Kami berhenti di sebuah pulau kecil. Nggak tau nama pulaunya apa dan ada kuburan tuanya, tapi nggak serem. Tempat ini cocok untuk meditasi. Sunyi, nggak ada siapa-siapa selain kami berdua.
Sangking asyiknya menikmati suasana dan mendengarkan dentuman ombak yang nggak ada henti-hentinya, kami sampe lupa klo waktu sewa boatnya udah lewat. Akhirnya kami bayar lagi 10 euro.
Nggak terasa udah sore aja, kami balik ke kamar. Siap-siap untuk makan malam. Wow! Amazing sekali pemandangan senja itu dari restoran resort. Suara air laut dan matahari yang perlahan-lahan bergeser ke belahan bumi lain menemani makan malam kami.
Selesai makan kami duduk santai di ruangan pertunjukan. Setelah jam makan malam, biasanya ada acara untuk anak-anak disini. Aneka permainan sambil nyanyi dan joget. Juga ada kuisnya. Jadi resort ini juga cocok untuk anak-anak. Bukan cuma ruang pertunjukan aja, dibagian lain hotel juga ada taman bermain untuk anak-anak, 2 kolam renang ukuran besar dan halaman yang sangat luas.
Nggak lama sih kami duduk-duduk di ruang pertunjukan, langsung balik ke kamar mau cepat istirahat. Oya, kamar kami udah diganti dengan kamar yang lebih oke.
Besok paginya kami bangun sebelum subuh karena mau ke pusat kota Izmir. Mandi, solat subuh dan beres-beres barang keperluan yang mau dibawa. Setelah itu langsung ke restoran untuk sarapan. (Cerita perjalanan di pusat kota Izmir di post selanjutnya).
Seharian keliling kota Izmir, nyampe di resort udah gelap. Bersih-bersih dan langsung ke restoran untuk maka malam. Ada menu yang berbeda malam itu yang membuat mata saya langsung jatuh cinta. Menu ikan hamsi yang diasinin. Hamsi itu sejenis ikan yang hidup di perairan Laut Hitam. Ukurannya kecil. Umumnya digoreng dengan tepung jagung. Tapi di resort ini beda. Jadi berasa makan ikan asin basah. Plusnya lagi ada saus yang saya juga nggak tau namanya apa. Seperti sambel, tapi ditambahin irisan petersili. Rasanya segar karena dibuat dari bahan mentah. Menggugah selera banget deh menu makanan malam itu. Sayangnya nggak bisa makan pake tangan. Bisa-bisa saya dipelototin orang-orang klo makan pake tangan.
Hari berikutnya kami pergi ke sebuah desa wisata bernama Sigacik (Tulisan lengkap di pos selanjutnya). Sisa hari lainnya kami nggak banyak bepergian karena di resort sendiri ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan mulai dari berbagai macam olahraga sampe pijat Bali yang tukang pijatnya didatangkan langsung dari Bali. Mr. Ottoman girang banget nemu pijat Bali disini.
Sembilan hari di Club Resort Atlantik rasanya masih kurang cukup. Dana yang kami habiskan untuk 2 orang hanya sekitar 12 juta rupiah all inclusive tiket pesawat pp Stuttgart-Izmir, transport dari dan ke bandara, makan 3 kali sehari plus snack dan minuman ringannya. Selain murah, tempat ini juga sering dijadikan tempat syuting sinetron Turki. Intinya nggak nyesel liburan di Club Atlantik Resort, bahkan pengen balik lagi.