Karantina di Jerman vs Indonesia

Suami saya baru pulang dari Turki dalam rangka mengunjungi ibunya yang positiv corona dan dirawat di ICU. Saat dia terbang ke Turki, kami baru saja suntik vaksin Biontech yang pertama. Jadi belum terhitung sudah vaksin. Sebelum terbang, dia harus tes antigen di Bandara Stuttgart. Tesnya gratis, cukup buat jadwal aja sehari sebelumnya.

Sampai di Turki pun tidak ada lagi kewajiban tes antigen atau pcr. Juga tidak ada keharusan karantina baik di hotel seperti di Indonesia maupun di rumah seperti di Jerman. Turki memang lebih bebas dibandingkan Jerman dan Indonesia. Tapi si mas memutuskan untuk stay di rumah aja, sesekali ke rumah sakit melihat ibunya dari monitor.

Belakangan perasaan saya tercabik-cabik rasanya membaca aneka berita mengiris hati rakyat jelata Indonesia. Selebgram kabur karantina tidak mendapatkan hukuman yang pantas dan bebas dengan alasan sopan di depan hakim. Entah apa memang ada aturan seperti itu di bidang hukum.

Penyanyi sekaligus anggota DPR plesiran ke Turki dan beberapa negara lainnya beserta keluarga, pulang-pulang tidak karantina. Hal itu dianggap tidak melanggar hukum hanya karena dia anggota DPR. Belum ada sepuluh hari udah ngemall. Kesel se-kesel-keselnya baca berita-berita begini. Terakhir yang saya baca katanya si mbak pelakor melakukan karantina di villa pribadi. Wow! Amazing sekali.

Sementara itu di grup-grup whatsapp masyarakat Indonesia di Jerman, juga grup-grup facebook dan lainnya kami selalu saling berbagi informasi tentang proses kepulangan ke Indonesia. Berapa hari karantina, apa saja yang harus dilengkapi dan segala proses lainnya.

Banyak diantara kami yang sudah hitungan tahun tidak pulang ke Indonesia, tidak bertemu keluarga karena aturan yang semakin sulit dan tentunya biaya karantina di hotel yang juga nggak murah. Saya sendiri sudah hampir 3 tahun nggak mudik dari yang biasanya mudik setiap tahun. Baru rencana mau mudik. Nggak apa-apa deh menerjang corona, yang penting bisa ketemu keluarga karena umur nggak ada yang tau. Eh keluar aturan yang makin aneh-aneh aja di Indonesia.

Sebenernya bukan soal aturannya yang jadi masalah, tapi pelaksanaannya yang tebang pilih dan tidak tepat sasaran. Pelaksanaannya masih amburadul dimana banyak teman-teman curhat harus menunggu lama di bandara.

Anehnya lagi, kenapa tiba di Indonesia harus di tes pcr lagi untuk memastikan negativ corona? Buat apa di tes sebelum berangkat klo begitu?

Di Jerman nggak ada tuh bolak-balik tes seperti di Indonesia. Di Jerman berlaku karantina mandiri di rumah. Setelah 5 hari kalau dites dan hasilnya negativ, ya udah bebas wara-wiri. Yang udah vaksin lengkap juga ada keuntungannya di Jerman dimana kalau kemana-mana nggak harus tes. Berlaku juga untuk terbang keluar masuk Jerman.

Negara semaju Jerman yang semuanya tertata rapi dan bahkan mereka selalu siap menyambut varian-varian baru corona, tapi nggak buat peraturan aneh-aneh. Begini aja udah didemo berjilid-jilid sama warganya. Masyarakat Indonesia sih tergolong baik-baik. Aturan karantina nggak berkesudahan, PPKM berjilid-jilid, aturan PCR/antigen yang nggak tepat sasaran, tapi masyarakatnya diem aja.

Di kota-kota besar di Jerman entah udah berapa kali demo menentang lockdown waktu itu yang dianggap berlebihan karena berbulan-bulan. Padahal masyarakat yang terdampak udah dapat bantuan dari pemerintah. Yang demo jumlahnya bukan ratusan lagi, tapi puluhan ribu.

Demo menentang kebijakan pemerintah masalah corona di Stuttgart, Jerman

Kami disini, ribuan kilometer jauhnya dari Indonesia bertanya-tanya. Kenapa sih pemerintah Indonesia nggak buat kek Jerman aja, karantina di rumah? Saya nggak mau bilang soal keadilan karantina dimana seharusnya ini wajib bagi seluruh manusia yang masih ber-ktp Indonesia. Karena itu nggak mungkin. Udah jelas dan nyata peraturan karantina di Indonesia hanya untuk rakyat jelata, tidak terkenal dan tidak punya kuasa macam saya ini. Harus rela menahan rindu akibat peraturan yang nggak adil ini. Klo pun pulang harus siapin dana besar untuk membuncitkan perut koruptor.

Karantina di Jerman vs Indonesia memang sangat jomplang perbedaannya. Saya nggak bisa berbuat banyak. Cuma bisa berdoa supaya orang-orang yang membuat aturan soal karantina ini dibukakan hatinya dan bisa belajar juga dari negara-negara maju.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog