1 Juli, Hari Perlawanan Terhadap Anti Muslim dan Rasisme di Jerman

Apa itu rasisme?

Rasisme adalah suatu tindakan kebencian dan pengucilan suatu kelompok dan ras minoritas tertentu. Rasisme anti-Muslim ditujukan terhadap Muslim dan orang-orang yang dianggap Muslim. Mereka dibuat menjadi kelompok yang tampaknya homogen, yang kemudian digambarkan dan direndahkan sebagai golongan yang berbeda. Islam dipandang sebagai sesuatu yang tidak baik dan merugikan. Rasisme anti-Muslim memanifestasikan dirinya, antara lain, dalam sikap negatif terhadap Muslim dan “Islam”, diskriminasi terhadap Muslim dan dalam kejahatan Islamophobia. Prasangka buruk terhadap “Islam” tersebar luas hampir setengah dari masyarakat di Jerman. Hal ini merujuk pada pernyataan yang diungkapkan orang Jerman asli “Banyaknya Muslim di sini terkadang membuat saya merasa seperti orang asing di negara saya sendiri“. Pernyataan tersebut disurvei oleh sebuah lembaga otoritas di Leipzig, Jerman dari tahun 2020. Lebih dari seperempat dari mereka yang berani bicara juga percaya bahwa Muslim harus dilarang masuk ke Jerman.

Diskriminasi Terhadap Perempuan Berhijab

Perempuan berjilbab adalah yang paling sering mengalami diskriminasi di Jerman. Mereka yang terkena dampak sangat sering melaporkan diskriminasi di tempat kerja, misalnya dalam proses lamaran atau pemecatan. Di tempat-tempat lain pun sama, seperti di tempat umum, di pasar, di perumahan, di sekolah atau ketika mencari posisi magang, umat Islam menyatakan bahwa mereka merasa dirugikan karena mereka memeluk Islam, khususnya wanita berhijab.

Wanita berhijab sangat terdampak dengan adanya diskriminasi dan rasisme anti-Muslim di Jerman. Menurut Forschungsinstituts zur Zukunft der Arbeit (IZA) atau Research Institute for the Future of Work, wanita Muslim yang mengenakan jilbab dengan nama Turki harus mendaftar empat kali lebih sering daripada pelamar yang sama-sama memenuhi syarat tanpa jilbab dan dengan nama Jerman untuk diundang ke wawancara. Perempuan khususnya yang secara teratur memakai jilbab juga melaporkan bahwa mereka tidak dipekerjakan karena diskriminasi. Sejak 7 Mei 2021, jilbab resmi dilarang digunakan oleh pegawai negeri di Jerman. Jilbab dianggap sejajar dengan segala hal berbau Nazi.

1 Juli, Hari Perlawanan Terhadap Anti Muslim dan Rasisme di Jerman
www.menschliche-asylpolitik.at

Di media sosial, di jalan, dalam kehidupan sehari-hari atau dalam diskusi panel, orang-orang di mana pun berbicara menentang rasisme. Seolah-olah semua orang setuju bahwa rasisme tidak memiliki tempat dalam masyarakat kita. Tetapi kenyataannya berbeda: Selama bertahun-tahun, Muslim dan orang-orang yang dianggap Muslim di Jerman telah menjadi sasaran kebencian, diskriminasi, dan penyerangan. Penghinaan di jalan, permusuhan di bus atau kereta api, penolakan ketika mencari pekerjaan dan apartemen, penyerangan di masjid, ujaran kebencian di internet, dan kejahatan dengan kekerasan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di Jerman. Ini hanya dipublikasikan sebagai kasus luar biasa.

Untuk tahun 2020, Kementerian Federal Dalam Negeri (BMI) mencatat 1.026 serangan terhadap Muslim dan 103 serangan terhadap institusi Muslim secara nasional (per 10 Mei 2021). Hal ini adalah fakta yang sangat menakutkan, tetapi semuanya tidak cukup sampai disitu saja. Para ahli berasumsi bahwa statistik resmi tidak mendekati tingkat rasisme anti-Muslim. Jika melihat wacana terkini dan berita harian, hal ini tidak mengherankan. Di Jerman dan seluruh Eropa, kebencian anti-Muslim mengalir di masyarakat dan membentuk tempat berkembang biaknya ideologi sayap kanan, penolakan dan kebencian.

Dengan adanya anti-Muslim dan rasisme di Jerman yang semakin menjadi-jadi ini, persatuan masyarakat Muslim di Jerman pun membentuk Hari Perlawanan Anti-Muslim dan Rasisme di Jerman yang diperingati setiap tanggal 1 Juli setiap tahunnya dengan harapan berkurangnya anti-Muslim dan rasisme di Jerman.

Latar Belakang Terbentuknya 1 Juli, Hari Perlawanan Anti Muslim dan Rasisme di Jerman

Marwa El-Sherbini dibunuh di ibu kota negara bagian Dresden karena kebencian rasis dan Islamophobia. Ia lahir pada 7 Oktober 1977 di kota Alexandria, Mesir. Dia adalah ketua organisasi di English Girls College dan merupakan anggota tim bola tangan nasional dari tahun 1992 hingga 1999. Dia belajar farmasi di negara asalnya dan datang ke Jerman pada tahun 2005 bersama suaminya yang adalah seorang ahli biologi Elwy Ali Okaz. Sejak 2008 keluarga itu tinggal di Dresden, tempat Marwa El Sherbini bekerja sebagai apotheker.

Marwa El Sherbini

Pada Agustus 2008, Marwa El-Sherbini dihina sebagai “Islamis” dan “teroris” oleh pembunuhnya, Alex Wiens di sebuah taman bermain di Dresden. Marwa lalu melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi. Setelah pengaduan ke polisi, ada persidangan di pengadilan Dresden pada 1 Juli 2009, di mana Marwa El-Sherbini seharusnya bersaksi sebagai saksi.

Saat hendak meninggalkan ruang sidang, terdakwa, Alex Wiens berkebangsaan Rusia-Jerman, membunuhnya dengan menusukkan pisau secara membabi buta dan juga melukai suaminya dengan serius.

Anak laki-laki berusia tiga tahun menyaksikan ibunya berdarah sampai mati. Pelaku dihukum penjara seumur hidup karena tindakan penyerangan dan pembunuhan yang ia lakukan dengan sengaja dan secara sadar.

Marwa El-Sherbini bukan satu-satunya korban kekerasan xenophobia di Dresden. Pada April 1991, pekerja kontrak Mozambik, Jorge Gomondai meninggal akibat serangan xenophobia. 1 Juli, Hari Perlawanan Terhadap Anti Muslim dan Rasisme di Jerman atau der Tag gegen antimuslimischen Rassismus sejak saat itu ditetapkan dengan latar belakang kasus pembunuhan Marwa El Sherbini dengan tujuan untuk memberikan contoh bagi masyarakat kosmopolitan dan toleran di mana tidak ada yang didiskriminasi atau diserang berdasarkan asal, agama atau penampilan.

Jumlah kejahatan Islamophobia tetap tinggi

Sejak 2017, pihak berwenang mencatat lebih dari 900 kejahatan Islamophobia per tahun. Tahun 2019 ada 950 kasus. Dibandingkan tahun 2018, naik 4,4 persen. Pada 2017 bahkan ada 1.075 kejahatan Islamophobia. Sebagian besar kejahatan berlatar belakang pendukung ekstremis sayap kanan.

Dikutip dari koran “Neue Osnabrücker Zeitung”, ada lebih banyak serangan terhadap Muslim dan institusi Muslim seperti masjid di Jerman dalam satu tahun terakhir – meskipun ada pembatasan Corona dalam kehidupan sehari-hari.

Pihak berwenang mencatat setidaknya 901 kejahatan Islamophobia dan anti-Muslim sepanjang 2020 secara nasional, meningkat hampir dua persen dibandingkan tahun 2019 dengan 884 serangan dan 950 kasus.

Pihak kepolisian Jerman mencatat ada 77 kasus serangan, coretan, dan penodaan di dalam dan luar masjid. Dalam kebanyakan kasus, para pelakunya adalah ekstremis sayap kanan. Peningkatan yang telah berlangsung selama dua tahun terus berlanjut. Tahun 2018 ada 824 tindakan, tahun 2019 persis 884 dan tahun 2020 901 tindakan. Hanya sebelum itu, pada tahun 2017, ketika pihak berwenang mengevaluasi data tentang kejahatan Islamophobia untuk pertama kalinya, pihak berwenang mencatat lebih banyak secara signifikan dengan 950 kejahatan.

Kasus-kasus tersebut hanyalah puncak gunung es. Kejahatan yang dicatat mencakup agitasi terhadap Muslim atau pengungsi Muslim secara online (disebut komentar kebencian), surat ancaman dan serangan terhadap wanita yang mengenakan jilbab atau pria Muslim yang dikenali di jalan.

Kerusakan properti dan grafiti Nazi di rumah dan masjid juga termasuk dalam kasus tersebut. Pihak berwenang tidak memiliki catatan khusus tentang jumlah kerusakan. “Kami hanya berurusan dengan puncak gunung es dengan kejahatan yang dilaporkan,” kata ahli interior sayap kiri Ulla Jelpke. “Sebab, meski peluang tindak pidana di ruang publik lebih sedikit karena peraturan corona yang berlaku di Jerman, jumlahnya justru meningkat. Selain itu, sebagian besar serangan oleh mereka yang terkena dampak bahkan tidak dilaporkan ke pihak berwenang karena malu.” Jelpke menyerukan undang-undang anti-diskriminasi yang efektif agar tidak berhenti di bibir saja dalam memerangi diskriminasi terhadap Muslim.


 

 

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog