Berhenti Sejenak

Nggak terasa sekarang udah 8 Februari aja dan sejak akhir Januari saya nggak update apa-apa di blog ini. Kenapa? Nggak tau juga saya kenapa 😀 Tiba-tiba pengen berhenti sejenak. Padahal banyak yang mau ditulis dan proyek-proyek lainnya (Hallah….kek orang penting aja 😀 )

Asli udah 10 hari nggak keluar rumah. Soal makanan dan kebutuhan pokok lainnya memang udah disiapkan di akhir Januari lalu. Belanja seabrek-abrek kek orang mau jualan. Cukup buat dua minggu. Sebulan pun cukup klo kira-kira dipaksa nggak boleh keluar rumah.

Saya bukan tipe orang extrovert ataupun introvert, tapi ambivert yang di satu masa maunya keluar jalan-jalan, ada di keramaian. Tapi di satu waktu nyaman sekali berdiam diri di rumah, nggak ngobrol sama siapa-siapa dan nggak nyaman ada di keramaian. Nah, sekarang lagi ada di fase nyaman di rumah. Bagus juga kan di saat Jerman lagi lockdown begini.

Kadang sikap saya yang memutuskan untuk berhenti sejenak ini terlihat aneh di mata sebagian orang, termasuk suami saya. Sekarang sih dia udah biasa aja, tapi dulu awal-awal hidup bersama dia selalu nanya gimana bisa saya berdiam diri di kamar nggak ngobrol sama siapa-siapa. Katanya klo dia begitu mungkin bisa gila.

Fase berhenti sejenak ini bukan sekali ini saja terjadi, tapi memang ada musimnya dan musimnya itu nggak bisa ditebak. Ketika saya sudah hidup di Jerman dan sendiri tanpa keluarga baru saya menyadari fase berhenti sejenak ini.

Dulu klo diem-diem aja di kamar nggak keluar-keluar selalu didatangi mamak, ditanyain kenapa di kamar aja. Mungkin sifat alamiah emak-emak memang begitu, takut anaknya kenapa-kenapa. Padahal saya nyaman sekali berdiam diri di kamar sendirian.

Sekarang suami selalu memberikan saya ruang untuk berhenti sejenak, berdiam diri di kamar. Nggak ngapa-ngapain.

Fase berhenti sejenak ini mungkin juga ada hubungannya dengan berbagai hal yang terjadi dalam hidup, hal-hal yang sulit dilupakan. Bisa jadi tentang sesuatu yang menyakitkan, bisa juga tentang hal yang paling membahagiakan. Makanya di fase berhenti sejenak ini biasanya memori saya berputar mundur. Saya seolah kembali ke masa-masa itu dan menikmatinya kembali.

Biasanya ketika sudah selesai “berhenti sejenak” nya, badan dan pikiran saya serasa full charge. Siap bekerja lagi. Sesekali meluangkan waktu untuk berhenti sejenak, nggak ngapa-ngapain, cuma leyeh-leyeh di kasur juga diperlukan. Hidup nggak melulu harus menjadi manusia aktif dan produktif.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog