Ashura, Dessert Tertua di Dunia Peninggalan Nabi Nuh

Apa yang pertama kali ada di pikiran kalian saat mendengar kata Ashura? Dulu saat pertama kali mendengar kata Ashura di Jerman, pikiran saya yakin seyakin-yakinnya kalau yang dimaksud adalah Hari Ashura dimana di hari itu umat islam kebanyakan juga menjalankan ibadah puasa. Ternyata saya salah. Ashura yang dimaksud adalah sejenis makanan penutup. Ashura, dessert tertua di dunia peninggalan Nabi Nuh ini kini diakui sebagai dessertnya Turki. Meskipun menurut pakar kuliner Turki asal sebenarnya Ashura adalah dari Armenia.

Kurufasulye, salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan pudding Ashura

Ashura, orang Turki biasa menyebutnya dengan Aşure adalah pudding/bubur yang terbuat dari campuran kacang-kacangan (kurufasulye, noghut), gandum, buah-buahan kering (anggur, tin, aprikot) dan  buah segar (apel, pir dan kulit jeruk sunkist), gula, air, cengkeh dan biasanya diberi topping buah delima atau kacang pistacio yang dihaluskan. Bahan-bahannya bisa mencapai 10 sampai 15 jenis. Disesuaikan dengan selera masing-masing orang.

Sesuai dengan namanya, di Turki Ashura ini biasa disajikan sebagai panganan khas Hari Ashura. Kadang juga disajikan di hari-hari besar lainnya. Originalnya ini memang panganan Hari Ashura. Tapi klo ada yang mau masak di hari biasa ya nggak dosa juga 😀 Apalagi klo dibagi-bagi ke tetangga, justru tambah pahala.

Sejarah Awal Ashura

Sedikit banyaknya pasti kalian semua tau sejarah Nabi Nuh yang diperintahkan Allah untuk membuat sebuah kapal karena akan ada banjir bandang. Singkat cerita kapal Nabi Nuh itu mendarat di Gunung Cudi (baca: Judi) yang terletak di kawasan perbatasan Turki, Iran dan Suriah. Gunung Cudi masuk ke kepemilikan Turki di Propinsi Şırnak.

Setelah melewati perjalanan panjang nan melelahkan, sama seperti manusia normal pada umumnya yang bisa merasakan haus dan lapar, begitupula dengan Nabi Nuh dan pengikut setianya.

Dengan segala keterbatasan bahan makanan, mereka pun memasak sisa bahan makanan yang ada dan memasaknya menjadi satu. Sisa bahan makanan yang tinggal sedikit dan dijadikan satu itu ternyata menghasilkan panganan baru sejenis pudding. Itulah yang dikenal sekarang dengan pudding Ashura.

Ashura berasal dari Bahasa Semit, yaitu subrumpun Bahasa Afro-Asia. Kata dasarnya adalah “Ashur” yang berarti sepuluh.

Ashura (10 Muharram) melambangkan keselamatan Nabi Nuh dari banjir bandang. Selain itu 10 Muharram juga merupakan hari keselamatan bagi beberapa nabi lainnya seperti Nabi Adam mendapatkan ampunan dari Allah, Nabi Ibrahim selamat dari api Raja Namruj, Nabi Yunus keluar dari perut ikan paus, Nabi Ayub sembuh dari sakit parah, Nabi Yusuf keluar dari sumur pembuangannya, Nabi Idris naik ke langit, Nabi Yakub yang buta akhirnya bisa kembali melihat dan bertemu anaknya Nabi Yusuf, Nabi Musa dan pengikutnya yang selamat dari kejaran Fir’aun dengan terbelahnya Laut Merah.

Tradisi Ashura di Turki
Ashura (Aşure)

Masyarakat Turki biasanya rutin memasak Ashura di Hari Ashura. Buatnya nggak nanggung-nanggung, sekaligus sepanci besar karena dibagi-bagi ke tetangga dan keluarga.

Pertanyaannya klo semua masak Ashura bukannya jadi mubazir karena saling bagi-bagi?

Jawabannya nggak mubazir. Saya nggak tau pasti gimana sistemnya di mereka, apa sengaja ditunjuk siapa yang masak atau gimana. Yang jelas di keluarga suami dan di lingkungan rumah kami di Turki ternyata nggak semuanya masak Ashura. Jadi yang masak itu nanti bagi-bagiin ke yang nggak masak. Emak mertua sih udah nggak pernah lagi masak Ashura. Dia selalu kebagian banyak dari menantu Turkinya, juga dari tetangga dan saudara-saudara lainnya. Mungkin klo udah nenek-nenek udah nggak masak Ashura lagi kali ya. Soalnya saya lihat di Turki gitu, nggak tau apa di semua kota begitu juga. Mungkin juga karena proses masaknya agak lama juga. Orangtua kan gampang capek.

Masak Ashura ini mungkin bisa diibaratkan kek lebaran di Indonesia. Nggak semua orang Indonesia masak lontong ataupun ketupat saat lebaran. Makanya ada yang nganter-nganter makanan juga ataupun bertamu ke rumah orang dan makan lontong disana karena di rumah memang nggak masak lontong.

Soal rasa nggak usah ragu. Ashura ini rasanya yang pasti manis, tapi nggak nyelekit. Saya paling suka Ashura yang pake kulit jeruk sunkist, berasa gitu aroma-aroma jeruknya tapi nggak menonjol.

Klo ada yang mau nyoba bikin bubur Ashura sendiri ala orang Turki, insyaallah nanti saya bagiin resep dan cara masaknya. Biar tau gimana rasanya makanan Nabi Nuh dulu. Mungkin nggak sama persis, tapi mirip-mirip pun jadi lah ya.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog