Bedanya Ibu Mertua Turki

Pernah nggak liat ibu-ibu Indonesia yang masih mengurusi anak laki-lakinya secara detail setelah anak laki-lakinya menikah? Kalau saya sih belum pernah. Mungkin kalau sekedar masakin ya nggak masalah, mungkin istrinya juga senang dimasakin mertua. Tapi kalau sampai ngurusin semua-muanya mulai dari soal nyuciin pakaian, nyetrika dan segala keperluan lainnya menurut saya buat apa dia punya istri klo emaknya juga yang ngurusin. Tapi itulah bedanya mertua Turki.

Seorang gelin baru curhat klo dia kaget dengan perlakuan mertuanya. Kebetulan mereka masih tinggal serumah sama ibu mertuanya. Ibu mertuanya masih mengurusi segala keperluan suaminya. Diapun bertanya-tanya, lalu apa tugasnya istri klo ibu mertua masih mengerjakan segala keperluan anak laki-lakinya. Untungnya mereka bisa kompromi dan bicara baik-baik. Ibu mertua paham dan tidak melakukannya lagi.

Tapi ibu mertua saya masih begitu sampai sekarang. Karena faktor usia yang sudah kepala 8, jadi nggak semuanya lagi dia urusin. Tapi tetap kalau kesini dia sibuk ngurusin anak laki-laki bontotnya. Saya biarkan saja walau kadang berasa berebut perhatian suami seolah-olah kami sedang berlomba siapa yang paling cepat mengurusinya 😀

Mungkin nggak semuanya, tapi kebanyakan ibu mertua Turki memang tetap memperlakukan anak laki-lakinya seperti bayi. I know, semua emak akan tetap menganggap anaknya sebagai anak-anak selamanya. Tapi emak-emak Turki beda. Hmmmm…..hanya yang punya hubungan dekat dengan orang-orang Turki mungkin yang bisa paham tentang ini.

Entah ini bagian kultur mereka atau memang emaknya nggak rela anaknya diambil orang asing. Soalnya emaknya Mr. Ottoman cuma ke dia aja yang begitu, sama ke empat abangnya yang lain nggak gitu. Atau mungkin juga faktor anak bungsu. Padahal Mr. Ottoman termasuk sangat mandiri, sejak SMA sudah keluar rumah tinggal sendiri dan membiayai hidupnya sendiri.

Emak-emak Turki walau sudah tua-tua kebanyakan nggak mau berhenti dari segala aktivitas perdapuran dan bebersihan. Saya belum pernah ketemu emak-emak Turki yang diem-diem aja santai nggak ngapa-ngapain di rumah. Pasti ada aja yang dikerjain dan pastinya lagi semua yang dikerjakan adalah soal kebersihan, makanan atau jahit menjahit. Kecuali yang udah bener-bener tua dan sakit-sakitan. Baru mereka bisa diem karena memang nggak bisa ngapa-ngapain lagi.

Menjadi seorang menantu Turki perlu keluasan hati, apalagi yang tinggal bareng mertua. Jangankan yang tinggal serumah, saya akan sangat salut dengan mereka yang bisa tinggal berdekatan dengan mertua Turki dan sering-sering ketemu. Pasti sabarnya nggak habis-habis. Jempol lah buat wanita-wanita ini, empat jempol sekalian sama jempol kaki 😀

Pasti kadang mereka juga berontak menghadapi bedanya mertua Turki. Tapi lagi-lagi mereka sabar, sabar dan sabar.

Buat gelinlar yang juga sedang struggling menghadapi mertua Turki, nanti akan ada saatnya semuanya selesai. Entah itu perasaan kalian yang menjadi biasa-biasa saja menghadapi tingkah polah bedanya mertua Turki atau Allah bukakan pintu hati mertua Turki kalian agar paham bahwa anak laki-lakinya memang sudah diambil orang asing.

0



2 Comments

Menarik sekali cerita tentang ibu mertua di Turki. Rata-rata mertua memang punya rasa bersaing tinggi dengan menantu yang sesama jenis. Buat mereka tidak ada yang lebih baik dalam mengurus/melindungi anak mereka di dunia selain mereka. Tinggal caranya saja yang beda. Yang ekstrim ya sabar saja menantu.

Kunci nya memang, ini bukan persaingan, Karena tidak akan pernah menang. Gunakan akal sehat saja….tapi bila dirasa sudah keterlaluan ya harus berani juga melakukan tindakan atasnya.

Reply

Agree

Reply
Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog