Jangan Nikah Sama Bule Jerman

Love wins, kalimat ini sering kali ya diungkapkan orang-orang yang mengagungkan cinta. Ya nggak salah sih klo prinsip hidupnya memang begitu dan masalah yang lain-lain itu nggak jadi soal buat mereka.

Kasus 1, beberapa bulan yang lalu saya menerima DM instagram seorang kenalan Indonesia setelah sebelumnya saya mengomentari postingan instagramnya. Sebut saja namanya R. Agak aneh soalnya postingannya tulisan berbahasa Indonesia yang kurang pas pemakaian kata-katanya. Lebih tepatnya bahasa google translate.

Isi DM nya Bahasa Jerman dan ternyata itu suaminya. Menurut cerita suaminya, R kabur diam-diam ke Indonesia membawa anak mereka. Juga mengambil mobil dan apartemennya. Saya juga nggak paham gimana dia mengambil mobil dan apartemen sementara R kaburnya ke Indonesia.

Logikanya klopun dijual ya nggak secepat dan semudah itu juga, apalagi dia warga asing yang baru setahun di Jerman.

Chat di DM berakhir dengan penolakan saya membantunya menghubungi polisi di Indonesia. Suami saya melarang saya membantunya. Selain bahaya, juga karena kami belum mendengar penjelasan dari istrinya dan tidak tau masalah yang sebenarnya. Saya cuma menyarankan dia menghubungi KJRI Frankfurt karena daerah tempat kami tinggal ada dibawah naungan KJRI Frankfurt.

Setelahnya ada yang DM saya lagi. Rupanya itu temannya si R. Katanya ig si R dihack suaminya. Benar memang R ada di Indonesia saat ini dan saya kaget mendengar alasannya. Katanya suaminya melakukan KDRT dan murtad. Selama ini juga tidak hidup selayaknya seorang muslim. Ternyata suaminya muallaf sebelum mereka menikah.

Sebelum masalah ini terjadi, saya sempat undang R main ke rumah saya setelah mendengar curhatannya yang katanya dia tidak punya teman dan kesepian. Saya juga mengajaknya ikut pengajian setelah saya tau dia seorang muslimah. Tapi dia menolak karena sesuatu hal. Ya saya tidak bisa memaksa.

Kasus 2, beberapa waktu lalu saya dikagetkan soal perselingkuhan suami salah satu kenalan saya di kota lain di Jerman ini. Suaminya juga orang Jerman asli. Kaget karena selama ini mereka terlihat sangat bahagia dan sering liburan. Dari segi ekonomi sangat cukup, juga sudah memiliki anak laki-laki dan perempuan. Istrinya cantik, pintar dandan dan mengurus rumah dengan baik. Apa yang kurang coba?

Kasus 3, ada seorang ibu Indonesia sebut saja C yang curhat ke ustadz saat pengajian. Katanya suaminya murtad dan makan babi. Ibu C yang sudah cukup berumur nangis nggak karu-karuan. Karena imannya masih kuat dan nggak mau ikutan murtad, si ibu memilih berpisah karena jatuhnya zina kalau dia tetap melanjutkan pernikahan. Yang membuat si ibu tambah frustasi adalah anaknya justru memilih ikut bapaknya.

Jangan nikah sama bule Jerman. Itu kesimpulan saya. Jangan nikah sama bule Jerman jika kamu seorang muslim yang mengharapkan suami/istri Jermanmu bisa memeluk agama islam minimal setara denganmu.

Sebenarnya semua itu tergantung kepada prinsip hidupmu. Ada yang oke aja soal apapun agama suaminya dan baik-baik aja menjalankan pernikahan beda agama. Ada juga yang asalkan suaminya mau jadi muallaf, nggak penting bisa solat dan ngaji apalagi bisa menjadi imamnya juga fine-fine aja.

Tapi ada juga orang Indonesia yang berharap nikah sama bule Jerman, lalu memasukkannya kedalam islam dan berharap mereka bisa seperti layaknya orang islam dari lahir. Berekspektasi tinggi, tapi tidak jarang mereka sendiri juga kurang membimbing pasangannya dalam hal mengajarkan agama barunya. Membawa seseorang masuk kedalam agama islam itu tanggungjawabnya besar dunia akhirat. Bukan sekedar mengislamkan, lalu dibiarkan seperti anak ayam kehilangan induknya. Bukan tidak mungkin sih, tapi sangat sulit. Yang islam dari lahir juga banyak yang nggak paham agamanya sendiri.

Yang terakhir itu menurut saya salah. Bagusnya jangan menikah sama bule Jerman kalau sudah begitu. Lihat saja di kasus 1 dan 3, yang ada hanya kecewa.

Cinta itu sifatnya tidak mutlak dan manusia bisa berubah kapan saja termasuk pasangan kita seperti di kasus 2 diatas.

Bagi yang mau nikah sama bule Jerman dan beragama islam, jangan berekspektasi tinggi. Bukan nggak ada yang punya pasangan orang Jerman muallaf dan solat. Ada tapi ya nggak sama sama yang islam dari lahir. Bayangin aja mereka belajarnya udah dewasa dan orang yang belajar saat dewasa itu kan beda sama yang belajar dari orok.

Pilihannya jangan nikah sama bule Jerman atau terima dan bimbing dia sebagai muallaf. Tapi jangan paksa dia masuk islam hanya demi bisa menikah secara legal karena kebanyakan hal semacam ini berujung tidak baik.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog