Corona: Turki yang Tidak Baik-baik Saja dan Indonesia yang Selalu Dicela

Corona lagi trending dimana-mana. Saya yang bukan phone person ini jadi lebih sering menghubungi keluarga di Indonesia. Bahasannya juga tentang corona dan perekonomian disana yang mulai tidak biasa. Rupiah terjun sebebas-bebasnya.

Delapan tahun sudah saya meninggalkan Indonesia dan tujuh tahun hidup berumahtangga dengan laki-laki Turki. Mondar-mandir Jerman-Turki-Indonesia sudah biasa, ditambah negara-negara lainnya juga. Bukan karena sosialita. Tapi karena keluarga dan silaturrahmi yang harus terus dijaga. Juga hobi kami berdua yang sama, mengelilingi dunia. Walau faktanya baru 13 negara saja.

Saya masih merasa tidak pantas mengatakan Indonesia dan segala isinya hanya yang buruk-buruk saja. Termasuk pemerintahnya dan langkah mereka menghadapi bencana bernama corona.

Jika kalian berpikir saya pembela penguasa, kalian luar biasa 😀 . Saya tidak mendukung siapa-siapa. Surat suara yang lalu saja tidak pernah sampai ke alamat saya. Jadi, saya tidak memilih siapa-siapa untuk menjadi yang pertama di Indonesia.

Corona telah membuka peluang bagi banyak orang Indonesia di belahan bumi lainnya untuk merajut cela bagi negerinya, negeri yang memiliki perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Ah…Indonesia, sabar ya! Bukankah kamu sudah terbiasa diejek dan dicela oleh manusia yang masih membutuhkanmu juga.

Belakangan banyak beredar keputusan resmi pemerintah Turki dalam menghadapi corona. Hal itu disiarkan langsung di televisi Turki dan wajib ditonton masyarakatnya. Juga disosialisasikan ke orang-orang berpasport merah berlambang bulan bintang. Termasuk suami saya yang lahir di Jerman dan tetap keras kepala mempertahankan pasport Turkinya. Tak tergiur ia saat Pak Erdogan menjamin bahwa orang-orang Turki di Jerman bisa kapan saja kembali menjadi warga negara Turki walau mereka mengganti warga negaranya. Mereka tidak akan dianggap pengkhianat bangsa.

Pengumuman pemerintah Turki tersebut kurang lebih berisi tentang pengurangan jumlah pembayaran pajak, dana 257,7 triliun rupiah yang disediakan pemerintah Turki untuk menangani corona, pinjaman pemerintah bagi warganya yang mengalami kesulitan ekonomi saat terjadi corona. Uang pensiun akan dinaikkan minimal 3,6 juta dan ketersediaan masker, disinfektan, alkohol dan hand sanitizer dalam jumlah banyak. Serta setiap orangtua akan mendapatkan tas berisi barang-barang tersebut dan langsung diantarkan ke rumah. Dan masih banyak lagi penjelasannya.

Saya juga bahagia mendengarnya karena suami saya juga punya banyak saudara di Turki. Artinya mereka tidak akan mengalami kesusahan selama wabah corona. Mertua saya juga sudah menetap di Turki untuk selamanya. Tapi sekarang memang sedang mengunjungi anak-anaknya di Jerman dan tidak bisa balik ke Turki untuk sementara.

Mirisnya banyak yang merasa bangga tinggal di Turki dan menjelekkan pemerintah Indonesia yang katanya tidak mampu melakukan hal yang sama seperti pemerintah Turki. Menghembuskan angin surga kepada mereka-mereka yang pengetahuannya tidak bisa sampai ke fakta sebenarnya. Padahal siapa yang akan mengurus mereka jika bala menimpa? Saudara tidak punya, teman belum tentu bersedia diminta bantuannya. Ujungnya tetap ke pemerintah Indonesia.

Saya bisa saja membandingkannya dengan Jerman yang pastinya menyediakan dana lebih besar dari Turki. Jerman juga lebih siap dari segi medis dan kualitasnya juga lebih baik dari Turki. Lalu haruskah saya membanggakan pemerintah Jerman dan mencela Turki? Tentu tidak karena saat ini masing-masing negara bekerja sekeras-kerasnya untuk melindungi warganya dari corona. Belajar cara menghadapinya boleh saja, tapi membandingkannya untuk mencela tentu tidak pantas rasanya.

Saya sempat membahas keputusan pemerintah Turki terkait corona dengan suami saya. Menurutnya Turki juga tidak baik-baik saja dan tidak sepenuhnya siap menghadapi corona. Soal kenaikan uang pensiun, ibu mertua belum menerimanya. Masker kini di Turki juga langka dan mahal. Itu kata saudara suami saya. Untungnya emak-emak Turki rata-rata punya hobi menjahit. Jadi kalau masker benar-benar tidak ada, mereka bisa produksi masal.

Beberapa teman Indonesia di Turki yang saya kenal juga berkabar bahwa Turki juga sedang sakit karena corona. Tapi belum separah Jerman yang menempati posisi lima besar terparah dunia.

Apakah pemerintah Indonesia tidak melakukan apa-apa? Jakarta memang sudah menjadi zona merah yang tercemar corona. Tapi cobalah lihat usaha petugas medis Indonesia yang bahkan sampai ada yang mengorbankan nyawanya. Juga pemerintah yang berusaha membuat tempat bagi mereka yang terpapar corona dan melindungi sisanya.

Memutus rantai corona adalah tugas kita semua. Bukan saatnya menyanjung-nyanjung secara berlebihan Turki yang tidak baik-baik saja dan mencela Indonesia.

Saya ikut bahagia jika kalian di Turki sana hidup makmur sejahtera. Saya juga salut dengan pemerintahnya yang nggak pelit menggelontorkan dana untuk mematikan corona. Tapi jangan pernah cela Indonesia.

Dunia sedang tidak baik-baik saja. Bukan cuma Turki dan Indonesia saja. Bukan saatnya mencela dan meninggikan yang kalian suka secara tidak biasa. Ini adalah waktunya berdoa dan meminta, semoga semuanya kembali seperti biasa.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog