Jadi Istri Bule dan Tinggal di Eropa Wajib Branded!

Umumnya pandangan orang-orang di Indonesia sana yang belum pernah ke Eropa pasti beranggapan klo hidup di Eropa dan jadi istri bule itu seperti hidup di negeri dongeng. Punya pohon duit, mobil mewah, rumah besar dan yang lagi trend di Indonesia adalah semuanya branded from head to toe.

Saya nggak anti dengan barang branded, apalagi klo belinya pake uang hasil kerja keras sendiri. Bangga pastinya. Klopun dibeli pake uang suami juga sah-sah aja. Kan udah jadi kewajiban suami untuk menafkahi istrinya. Punya suami yang uangnya cukup untuk beli barang branded, ya kenapa nggak.

Faktanya di lapangan berbeda. Saya rasa ada yang harus diluruskan oleh orang-orang di Indonesia sana, juga pandangan orang Indonesia yang udah di Eropa. Saya bukan mau maksa orang untuk sependapat dengan saya. Nggak sama sekali.

Pertama, kehidupan orang-orang di Eropa itu sebenarnya sama aja kek di Indonesia. Yang jelas nggak 100% sama. Letak geografisnya aja beda. I mean, disini juga banyak orang miskin. Nggak perlu jauh-jauh liatnya. Saya cukup jalan 10 menitan dari rumah udah nemu sekelompok gelandangan Jerman yang hidup di jalanan dan nggak punya rumah.

Di Jerman memang gaji tinggi tapi apa-apa serba mahal. Harga-harga naik tanpa pemberitahuan dan sekarang Stuttgart tempat saya tinggal udah jadi kota dengan harga sewa rumah termahal sejerman.

Lalu apa hubungannya dengan barang branded?

Bicara soal barang branded disini gampang sekali nemunya. Saya cukup jalan kaki 10 menit udah nemu toko barang branded. Disekitaran tempat saya tinggal juga beserak outlate LV, Hermes, Daniel Wellington dan merk-merk yang sering dipamer-pamerkan orang di medsos. Jadi kurang lebihnya saya tau harga barang yang mereka pake 😀

Nggak semua harga barang branded itu ratus-ratusan juta kek yang dipake artis-artis dan selebgram. Ada yang 100 euro klo lagi musim diskon walau cuma dompet. Tapi kan tulisan merknya besar. Pastinya seluruh penghuni instagram bisa baca merknya klo barang itu diupload.

Jadi istri bule dan tinggal di Eropa, wajib branded! Itulah yang saya lihat fenomena belakangan ini. Nggak semuanya sih, tapi rata-rata banyak yang pamer barang-barang branded.

Ada teman yang kerjaannya beli barang branded dan pasti diupload di media sosial. Tapi ngeluh nggak bisa nabung dengan jumlah tertentu yang dia inginkan. Padahal udah bertahun-tahun kerja di Jerman. Padahal dia tinggal milih, stop beli barang branded dan uangnya ditabung atau tetap beli barang branded untuk dipamerin di instagram tapi belum nyampek akhir bulan isi rekeningnya udah minus. It’s very easy, tapi dari curhatannya di instastory seolah-olah itu adalah pilihan yang berat. Bukankah hidup ini sebenarnya nggak mahal. Yang bikin mahal hanyalah gengsi, apalagi udah tinggal di Eropa.

Make barang branded from head to toe sepertinya sudah menjadi kewajiban bagi orang-orang yang hijrah ke Eropa supaya dianggap sukses. Saya jadi bertanya dalam hati, apakah bagi orang Indonesia kesuksesan itu tergantung dari merk barang yang dipakai? Klo nggak branded berarti nggak sukses?

Memang setiap orang punya prioritas hidup masing-masing. Nggak salah membahagiakan diri sendiri dengan barang branded. Tapi faktanya banyak yang tidak hanya melakukan pembohongan publik soal barang branded yang dipamerkan di media sosial, tapi membohongi diri sendiri.

Pergaulan sesama orang Indonesia di Eropa sendiri bisa dikatakan nggak gampang dan keras. Harus pintar-pintar memilih teman yang sepadan dan cocok karena pernah saya temui seorang wanita Indonesia yang ngumpulnya dengan perempuan-perempuan Indonesia penggila branded, sementara dia sendiri tidak mau bekerja dan maksa suaminya yang kerjanya biasa-biasa aja untuk beli barang branded. Menyiksa diri sih namanya.

Pun teruntuk orang-orang di Indonesia sana, jaga lisan ketika ketemu saudara atau bahkan sekedar kenal dengan orang yang mudik dari Eropa ke Indonesia. Jangan tanya kenapa begini kenapa begitu terlalu jauh. Apalagi membandingkan kesuksesan orang lain yang juga merantau ke Eropa dengan kehidupannya. Kalian tidak pernah tau apa yang dia usahakan, lakukan dan rencanakan. Bisa jadi kehidupannya biasa-biasa saja tanpa barang branded, tapi mungkin dia kerja banting tulang di Eropa untuk mencukupi kebutuhan keluarganya di Indonesia. Jadi istri bule dan tinggal di Eropa nggak wajib branded!

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog