Pengangguran Bergaji Euro

Tahun 2012 saya hijrah ke Jerman dan nggak berencana untuk menetap lama. Niatnya cuma satu tahun aja dan pulang. Beneran sih setahun kemudian pulang, tapi balik lagi dan menetap di kota Stuttgart sampai sekarang karena menikah sama orang sini. Status saya sekarang sebagai seorang ibu rumahtangga pengangguran bergaji euro. Kok bisa?

Banyak yang menduga suami saya tidak mengizinkan saya bekerja dan ada juga beberapa yang menduga kalau saya ini malas cari duit, taunya cuma ngabisin duit suami. Biarkan saja kuman-kuman nakal itu berkicau. Saya nggak mau ambil pusing. Toh bukan mereka juga yang bayarin tiket pesawat saya pulang ke Indonesia. Cukup perluas sabar mendengarkan omongan yang tidak mengenakkan itu.

Suami saya nggak pernah melarang saya bekerja, juga nggak maksa saya harus bekerja. Semuanya dia kembalikan ke saya maunya apa. Sebenarnya saya sudah pernah melamar kerja disini, tepatnya sekolah sambil kerja di bidang tour guide dan perhotelan.

Kenapa saya memilih jurusan itu? Jawabannya ya karena itu passion saya. Banyak kok pekerjaan jenis lain disini yang lebih banyak membutuhkan pekerja seperti perawat panti jompo dan rumah sakit, pegawai supermarket dan lainnya. Tapi tentunya saya sangat mengenali diri saya sendiri. Saya nggak bisa dipaksa-paksa, kalau saya bekerja di bidang lain yang tidak saya sukai, semua akan berujung sia-sia dan cuma buang-buang waktu.

Singkat cerita, lamaran kerja saya ditolak semuanya karena di bidang itu tidak menerima pegawai berjilbab. Saya pasrah dan ikhlas menerimanya. Mau gimana lagi karena itu sudah menjadi aturan mereka disini yang sudah ada jauh sebelum saya datang ke negeri empat musim ini. Kan nggak mungkin saya demo berjilid-jilid supaya mereka merubah aturannya.

Anak belum ada, rumah juga cuma sepetak dan di Jerman udaranya juga bersih. Debu jarang-jarang masuk ke rumah, apalagi pas musim dingin. Kadang ada keinginan kerja dan berpenghasilan. Tapi di sisi lain saya juga mempertimbangkan klo kerja diluaran di Jerman ini juga nggak mudah. Untuk umat muslim dipastikan susah solat karena nggak ada jeda waktu solat. Tempat solatnya juga nggak ada, apalagi tempat wudhu’nya.

Namanya masih usia produktif, rasanya klo nggak produktif kok nggak enak. Sebenernya sebelum itupun saya udah punya blog gratisan walaupun nulisnya kadang-kadang. Cuma sekedar untuk menyalurkan hobi aja.

Awal tahun 2016 tiba-tiba saya melihat iklan yang berseliweran di facebook tentang menjadi community writer di IdnTimes. Saya pun tertarik, daftar dan langsung nulis. Besoknya langsung terbit dan senengnya luar biasa. Sejak saat itu saya aktif menulis di IdnTimes. Tapi harus saya akui bahwa menulis di IdnTimes juga nggak semudah yang orang-orang kira. Apalagi semakin kesini semakin banyak yang jadi community writer. Tapi alhamdulillah dari situ saya bisa ngirimin emak dan keluarga di Medan setiap bulannya.

Dimanapun dan kapanpun, bisa kerja sesuai mood

Nggak lama setelah menjadi community writer, saya merasa ada banyak hal yang bisa saya tulis tapi nggak bisa diterbitkan di IdnTimes ataupun media online lainnya yang juga saya ikuti. Sejak nulis di IdnTimes, saya juga mencoba peruntungan di media-media online lainnya.

Saya diskusi sama pak suami yang pekerjaannya di bidang IT. Akhirnya dia buatin saya blog berbayar. Eits…jangan kira saya terima bersih semuanya. Dia malah nyuruh saya ngedesain sendiri blog saya. Cukup makan waktu juga bagi saya yang kurang tertarik sama hal desain-mendesain ini. Karena blog ini ibarat rumah saya, saya harus buat blog saya semenarik mungkin. Alhasil jadilah seperti sekarang.

My blog, my home

Yang lebih asyiknya lagi saya bisa berpenghasilan dari ngeblog. Nggak nanggung-nanggung, gajinya pake euro walaupun potongan pajaknya di Jerman juga tinggi. Tapi saya sangat menikmatinya. Bekerja sesuai passion. Klo kata suami saya, “It’s everyone’s dream job”.

Rumahku kantorku, begitu saya menyebutnya. Bekerja dari rumah dan tetap produktif walaupun kata orang-orang yang tidak mengenal saya saya ini pengangguran dan hanya seorang ibu rumahtangga. I don’t care. Yang penting terus berkarya melalui bidang yang saya sukai yaitu menulis. Follow your passion and money will follow you! 

Salam saya ibu rumahtangga pengangguran bergaji euro.

*Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing ‘Perempuan Menulis Bahagia’

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog