Nikah Sama Bule Turki, Wajib Sering-sering Mengunjungi/Dikunjungi Keluarga

Di tempat tinggal saya sekarang, saya menempati apartemen lantai 1. Enaknya saya nggak perlu capek-capek naik puluhan anak tangga. Minusnya suara tetangga yang diatas pasti kedengeran. Seringnya sih suara si bapak yang jeritin anak-anaknya atau suara anak-anak banyak sekitar 10 orang yang asyik main lompat-lompatan dan kejar-kejaran. Kadang kedengeran juga tiba-tiba ada anak yang nangis.

Di lantai 2 gedung apartemen kami, tepatnya diatas apartemen yang kami tinggali itu tinggal satu keluarga Turki dengan tiga orang anak yang setiap tahunnya mengadakan tiga kali pesta ulang tahun anaknya di rumah. Seminggu bisa beberapa kali mereka menerima tamu yang cukup rame. Kadang pulang sekolah teman-teman anaknya juga main disana. Tapi kebanyakan juga anak-anak Turki.

Seperti yang sudah pernah saya tulis, orang Turki suka sekali berkumpul dengan golongannya dan saling kunjung ke keluarga dan kerabat. Sebenernya ini nilai positiv karena menjaga silaturrahmi kalau tidak mengganggu orang lain.

Tetangga saya diatas sudah berpuluh kali diperingati tetangga lainnya supaya nggak terlalu ribut diatas jam 10 malam. Iya, di Jerman ada batasan jam berapa masyarakatnya bisa beribut-ribut ria yaitu dari jam 7 pagi sampai jam 10 malam. Hari minggu dan tanggal merah dilarang berisik. Tapi tetangga diatas ini nggak ada tobat-tobatnya bahkan kadang Mr. Ottoman ngetok-ngetok dinding mereka. Kalau udah terlalu kesel, pasti dia ngidupin suara musik disko volum maksimal supaya mereka sadar klo mereka berisiknya kelewatan.

Jujur sih klo saya nggak merasa terganggu. Lah di Indonesia orangĀ kibotan sampe pagi atau pagi-pagi tetangga yang satu dengerin lagu dangdut volume 80, yang satunya lagi lagu pop volume 95. Tapi bagi orang Jerman atau yang terbiasa sejak lahir di Jerman, hal-hal semacam itu sangat mengganggu mereka. Bahkan sampe nggak bisa tidur.

Bukan cuma itu, si bapak tetangga ini juga sering amnesia waktu dan hari. Di hari minggu dia bertukang mukul-mukul dinding. Dalam seminggu pasti ada aja isi rumahnya yang dipukul-pukul dan diganti. Nggak ngerti lagi sih gimana ngomongnya soalnya saya juga udah pernah ngomong langsung waktu ketemu. Tapi nggak ngefek.

Oke lah! Kita akhiri saja pembicaraan soal si tetangga yang nggak pernah sepi rumahnya. Hubungannya dengan artikel ini adalah semua keluarga Turki itu hampir sama, wajib sering-sering mengunjungi/dikunjungi keluarga. Mereka seneng banget ngumpul-ngumpul sampe larut malam. Udah kek anak-anak lajang di Indonesia šŸ˜€

Konsep kumpul keluarga ala keluarga Turki itu biasanya tergolong formal. Sekeluarga berpakaian rapi, nggak kek di keluarga saya yang bisa nongol dari pintu dapur rumah kakak saya pake pijama.Ā No!Ā Haram hukumnya di keluarga Turki. Itu nggak sopan menurut mereka meskipun pijamanya juga panjang dan nutup semuanya.

Dua bulan lalu dikunjungi ipar-ipar dan keponakan-keponakan. Tapi nggak ngumpul di rumah seperti biasanya. Saya ajak jalan-jalan & nonton

Biasanya si tuan rumah yang dikunjungi pasti sibuk nyiapin aneka macam makananĀ homemade.Ā Iya, emak-emak Turki sukanya makanan buatan sendiri. Mereka jarang yang mau makanan yang dibeli diluar kecuali roti untuk makanan pokok, buah-buahan dan cokelat. Sedangkan tamu yang berkunjung biasanya juga bawa buah tangan berupa makanan yang jugaĀ homemadeĀ dan ada oleh-oleh lain. Bisa berupa benda dalam bentuk kado. Ini juga nilai plusnya orang Turki menurut saya. Hobi sekali ngasi-ngasi kado.

Kakak-kakak ipar saya setiap minggu pasti ada jadwal kunjungan ataupun dikunjungi. Setiap kali kami ke rumahnya pasti ada aja orang lain yang datang. Saya kurang suka karena menurut saya mengganggu acara keluarga. Kalau sesekali ya nggak apa-apa. Ini setiap kali kami datang pasti orang yang sama yang bukan keluarga itu juga datang.

Mertua saya lebih parah lagi. Karena sudah tergolong tua dan dihormati, hampir setiap hari ada aja yang datang berkunjung. Apalagi dulu sewaktu bapak mertua masih hidup. Lebih banyak lagi yang datang. Kebayang kan gimana repotnya emak mertua masak ini itu dan bersihin rumah sendirian.

Emak mertua nggak ngebiasain anaknya ngerjain kerjaan rumah karena anaknya laki-laki semua lima-limanya. Tapi menurut saya ini adalah pola asuh yang salah. Jadinya dia repot sendiri dan ngerjain semuanya sendiri.

Lalu gimana dengan saya yang hobi sekaliĀ break the rulesĀ ini? Saya tinggal jauh dari keluarga Mr. Ottoman. Emak mertua sekarang udah netap di Turki aja. Paling setahun sekali dia ngunjungin anak-anaknya di Jerman. Sebulan sekali belum tentu juga ngumpul keluarga, tapi paling lama biasanya tiga bulan sekali. Klo nggak mereka yang datang ke Stuttgart, ya kami yang mengunjungi mereka.

Sekarang keluarga Mr. Ottoman udah banyak berubahnya sih walaupun saya nggak tau ya apa tanggapan mereka dibelakang. Yang pasti udah nggak banyak protes dan nanya ini itu. Kadang orang keras itu juga harus dilawan keras biar mereka bisa berkaca gimana klo mereka yang dikerasin dan dipaksa-paksa. Kan nggak enak ya šŸ˜€

Aturan mengunjungi/dikunjungi ini sebenernya sudah semacam kewajiban dalam keluarga Turki. Turun temurun gitu terus. Beda konsep sih sama saya. Memang menjaga silaturrahmi itu penting, tapi saya lebih suka yang sifatnya santai dan nggak formal. Klo soal kunjung-kunjungan, di Indonesia bangun tidur pun saya udah dateng dan ngobrol sama kakak saya. Nggak mesti bawa bingkisan segala šŸ˜€

Dikunjungi nggak harus sama keluarga, saya juga sering dikunjungi teman Indonesia dan dari negara lain

Tapi ya itu, setiap negara punya budayanya masing-masing. Saya bisa ikuti aturan mereka tapi harus bisa juga dimodifikasi sesuai ketentuan hidup saya. Saya nggak bisa hidup dalam keterpaksaan. Rasanya sesak aja di dada klo saya ngelakuin segala sesuatunya dengan terpaksa. Makanya saya menentang dengan lantang saat dipaksa untuk jadi perempuan Turki seutuhnya sama mereka sampai akhirnya mereka insaf dan nggak maksa-maksa lagi šŸ˜€

Buat para calonĀ gelinĀ danĀ gelinĀ baru, kalau soal sering-sering mengunjungi/dikunjungi ini cocok dengan kalian, ya silahkan dijalankan. Kalau konsepnya nggak sesuai dengan konsep hidup kalian, ya dibicarakan dulu dengan pasangan secara baik-baik bagaimana jalan tengahnya supaya sama-sama enak. Yang penting jangan melupakan kebahagiaan diri sendiri untuk kebahagiaan orang lain. Apalagi kalian tinggal jauh dari Indonesia, klo nggak bahagia yang ada lama-lama bisa gila.

Kesimpulan saya, nikah sama bule Turki nggak wajib sering-sering dikunjungi/mengunjungi keluarga. Sesuaikan aja dengan konsep hidup masing-masing. Nggak usah maksa biar dibilang menantu idaman tapi batin terluka. Cintai diri kalian sendiri supaya cinta itu bisa terpancar juga untuk orang lain.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog