Ribetnya Mencari Makanan yang Benar-benar Halal di Jerman

Bahasan yang masih fresh diingatan. Sebenernya udah pernah juga nulis ini, tentang betapa ribetnya mencari makanan yang benar-benar halal di Jerman. Tapi rasanya nggak akan cukup tema ini dibahas hanya di satu artikel aja. Tema ini juga sangat menarik bagi saya, semakin belajar saya merasa semakin fakir ilmu.

Sabtu lalu seperti kegiatan bulanan biasanya, di minggu ketiga setiap bulan ada Ngaji Pemudi. Iya, di usia awal-awal 30-an ini mungkin udah nggak cocok ya saya disebut pemudi 😀 Tapi Ngaji Pemudi ini untuk perempuan U40. Jadi sah-sah aja ya saya ikutan. Namanya juga menuntut ilmu, kan nggak kenal umur.

Kali ini ngajinya diadakan di rumah Dita diluar Kota Stuttgart, tepatnya di Kirchheim Unter Tech. Jadi kami harus naik kereta, terus disambung naik bus yang memakan waktu perjalanan kurang lebih satu jam-an. Dita ini usianya masih lebih muda dari saya, nggak jauh sih dibawah saya. Udah nikah dan anaknya otw 2. Nggak tau entah karena lokasinya yang lumayan jauh atau memang anggota yang lain lagi sibuk kerja dan kuliah, anggota yang hadir cuma 5 orang. 6 orang sama Dita. Tapi ngajinya tetap harus dilaksanakan.

Nita, Fitri, Nena (anaknya Dita), saya, Mira, Firda, Dita

Pake drama ribet soal tiket karena mau beli Gruppen Tagesticket alias tiket grup yang berlaku seharian. Tiketnya bisa untuk 5 orang. Lumayan hemat ongkos. Terus sempat nyasar-nyasar padahal perginya rame-rame 😀

Jam 12 siang nyampe lah kami di rumah Dita. Nggak langsung mulai acaranya, tapi makan rujak dan tempe mendoan yang udah disediain Dita. Ini sih mewah banget di Jerman. Apalagi ada cabe rawitnya. Dan pastinya makanannya halalan wa toyyiban. Kan nggak ada ya tempe haram kecuali tempenya dimasak sama babi kecap atau pake kuah alkohol.

Makanan mewah klo di Jerman

Berhubung cuaca di Jerman udah dingin dan kadang juga udah minus, waktu solatnya pun serba cepat. Zuhur di jam 12 lewat dikit, ashar jam 2 lewat dikit, maghrib jam 4 lewat dikit dan isya jam 6 kurang dikit. Jadi sebelum acara mulai kami solat zuhur berjamaah dulu. Setelah itu baru dimulai dengan pembukaan, baca al-qur’an bergantian, kultum (aslinya sekitar 30 menit sih 😀 ) tema umum tentang perencanaan kota yang disampaikan oleh ahlinya, Mira dari Bandung. Mahasiswi s2 di jurusan tersebut yang sebentar lagi juga lulus. Tema ini juga menarik, tapi berujung pada kesimpulan “Orang jujur susah untuk membangun Indonesia, makanya kebanyakan yang kuliah diluar tetap bertahan diluar negeri.”

Lanjut solat ashar berjama’ah, makan-makan yang menunya paling digemari orang Indonesia yaitu bakso dan dimsum. Mana bakso buatan si Dita mulus-mulus lagi. Terus kekenyangan donk 😀 Gimana nih, tema inti belum dimulai udah kekenyangan yang berujung ngantuk. Tapi pengajian harus tetap berlanjut. Tema utama tentang ribetnya mencari makanan yang benar-benar halal akhirnya dimulai dan dibawakan oleh Dita sendiri.

Dita lagi ceramah, eh ada yang ketiduran. Ngaji kali ini bener-bener santai kek acara makan-makan 😀

Tentu sangat berbeda membahas makanan halal di Jerman dan di Indonesia. Yang paling gampang menentukan makanan halal di Jerman itu ya sama seperti peraturan untuk umat islam di seluruh dunia yaitu daging babi dan alkohol. Tapi ini bahasannya banyak turunannya. Yang pertama soal daging. Jelas didalam islam disebutkan bahwa daging halal itu ialah daging yang disembelih dengan menyebut nama Allah dan beberapa aturan penyembelihan lainnya. Beda kasus dengan negara Jerman yang mereka punya peraturan soal penyembelihan ini. Nggak semua orang bisa menyembelih hewan dimana saja.

Di supermarket-supermarket umum milik orang Jerman sendiri sekarang ini sebagian sudah ada yang menjual daging berlabel halal. Tapi kan belum jelas siapa yang menyembelih dan dengan nama Allah atau tidak. Kalau mau aman ya beli di supermarket Turki. Biasanya ada supermarket Turki yang menuliskan keterangan bagaimana dan dimana mereka menyembelih hewan yang mereka jual. Insyaallah disembelih oleh orang muslim. Jadi memang amannya sih beli di supermarket Turki walau harga pasti lebih mahal.

Kedua soal makan di luar. Yang paling sering disinggahi muslim Indonesia di Jerman adalah warung kebab yang kebanyakan miliknya orang Turki. Ada hal menarik disini yang baru saya ketahui. Selama ini taunya yang penting kebabnya ada label halal karena ada juga kebab yang nggak jelas asal usul dagingnya. Nggak mikirin yang lain-lain lagi langsung merasa aman makan disitu. Ternyata itu semua salah. Banyak warung kebab di Jerman yang juga menjual minuman beralkohol dan kalau kita makan disana walaupun cuma makan kebabnya dan nggak beli alkoholnya, tetap akan ada perhitungannya di hari akhir kelak. Kecuali nggak ada pilihan lain baru boleh. Jadi mulai sekarang harus beli kebab yang nggak jual alkohol juga supaya nggak nambah-nambah dosa.

Kebab Turki 100% daging sapi

Begitu juga dengan makan-makanan di restoran umum di Jerman. Meskipun kita nggak beli menu yang mengandung bahan-bahan yang diharamkan, tetap sebaiknya nggak usah beli disana kalau mereka juga menjual menu-menu yang diharamkan dalam Islam dan hampir semua restoran di Jerman pasti jual menu babi dan minuman beralkohol. Yang ditakutkan adalah alat-alat masaknya bercampur. Jadi memang sebaiknya jangan makan di restoran umum di Jerman yang pastinya ada menu babinya. Untungnya saya udah nggak pernah lagi makan di restoran umum. Mending masak sendiri di rumah.

Nah, yang lebih menarik lagi adalah bagaimana jika kita diundang makan. Ada dua jawaban. Yang pertama misalkan kita diundang dosen, bos atau orang-orang yang kita segani semacam bos. Baiknya kita makan sewajarnya apa yang mereka hidangkan karena ditakutkan mengecewakan mereka. Sedangkan jika kita diundang teman, kita bisa memberitahukan terlebih dahulu bahwa seorang muslim tidak boleh makan ini dan itu.

Selanjutnya bahasan tentang zat-zat yang ada didalam makanan itu sendiri. Branntweinessig, zat sejenis cuka yang mengandung alkohol yang selama ini membuat saya penasaran karena zat ini ada di banyak jenis makanan kemasan seperti mayones dan aneka jenis saos. Jawabannya adalah halal karena dia sudah melalui banyak proses dan bukan lagi berjenis alkohol. Sama seperti rasa asem pada tape yang kalau kebanyakan juga bisa jadi haram. Penjelasan soal Branntweinessig ini lebih panjang lagi sebenernya. Dita ngejelasin gimana prosesnya hingga dia bisa disebut halal. Satu lagi yang bisa jadi haram, jus yang sudah berhari-hari. Ternyata jadi haram karena rasanya sudah berubah. Ini saya juga baru tau. Ada banyak lagi beberapa zat yang kami bahas yang statusnya abu-abu diantara halal dan haram. Klo ini memang sebaiknya dihindari saja.

Selanjutnya soal aroma dan perasa di Jerman. Ini juga banyak yang mengandung babi seperti aroma pada kue lebkuchen (kue jahe) yang menjamur di musim dingin. Aromanya mengandung gelatin babi dan saya sering beli ini 🙁 Nggak beli lagi deh setelah tau. Puding kemasan di Jerman juga banyak yang mengandung gelatin babi. Jadi amannya beli yang vegan dan bio. Tapi bio juga belum tentu halal karena bisa jadi mengandung alkohol. Sama juga dengan make up, banyak yang mengandung babi. Untungnya di Jerman juga menjamur hal-hal berbau vegan baik makanan maupun make up. Harga lebih mahal ya nggak apa-apa lah ya, demi kehalalan. Karena efek dari mengkonsumsi yang tidak halal itu menyakitkan seperti seretnya rezeki dan masalah yang tak kunjung selesai.

Lebkuchen

Masih panjang bahasan soal ribetnya mencari makanan yang benar-benar halal di Jerman. Tapi apa mau dikata, hari udah gelap aja. Akhirnya pengajian kami akhiri. Pulangnya lagi-lagi salah nunggu bus yang membuat langkah kami terpaksa masuk ke toko Turki supaya nggak beku diluar nunggu bus selanjutnya. Akhirnya saya beli keju putih berlabel halal disana. Oya, tadi juga dibahas klo nggak semua keju di Jerman itu halal. Duh, memang ribet banget ya nyari makanan yang bener-bener halal di Jerman. Tapi ya udah resiko hijrah ke Jerman.

Sebelum pulang singgah dulu ke rumah kak Evy di Reichenbach bareng Fitri. Ada nasi padang disana yang pasti halalan wa toyyiban dan rasanya mantap. Rezeki nggak boleh ditolak karena udah diundang makan. Rencana awal mau bungkus aja. Eh tapi kok nggak tahan ya dengan godaan ayam panggang dan sayur gulai nangka yang diimport dari Dresden beserta sambel dengan tingkat kepedesan level 100.

Nasi padang buatan kak Evy

Nyampe rumah jam 10 malam dan si abang udah duduk manis di sofa nonton acara kesayangan kami Das Supertalent. Yah begitulah ribetnya mencari makanan yang benar-benar halal di Jerman. Oya, klo mau tau makanan itu halal atau nggak, ada kok appnya halalcheck. Tinggal scan barcode nya aja. Tapi nggak semua produk juga bisa terdeteksi.

0



2 Comments

Sudah betul2 detail soal halalnya ya mba.. paling aman ya masak sendiri ya.. itupun harus jeli cari bahan2 yang halal

Reply

iya bener

Reply
Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog