5 Jam di Pulau Rhodes, Yunani

Hari kelima liburan di Ölüdeniz kami nggak pergi kemana-mana. Cuma santai-santai di lokasi hotel. Paginya hujan deras yang memberikan kenangan dengan warna berbeda dalam ingatan saya tentang Ölüdeniz. Hari keenamnya kami berkelana 5 Jam di Pulau Rhodes, Yunani.

Mr. Ottoman sebenernya nggak begitu tertarik ke Pulau Rhodes. Tapi berhubung cinta istri ya kan 😀 dia akhirnya mau memenuhi permintaan saya. Kami mengambil trip ke Rhodes dari hotel. Jika dihitung-hitung harganya justru lebih murah dengan mengikuti trip. Tapi trip ini cuma buat penjemputan dari hotel ke pelabuhan di Fethiye, lalu ongkos kapal ke Rhodes pulang pergi. Jadi nggak perlu repot mikirin naik kendaraan umum apa dari hotel ke pelabuhan. Harganya 45 euro per orang.

Berhubung hotel kami berada di paling ujung Pantai Ölüdeniz, kami adalah penumpang pertama yang dijemput. Mobilnya sejenis dolmus juga. Cuma atapnya lebih tinggi. Lalu dolmuspun singgah-singgah ke hotel lainnya untuk menjemput turis-turis lain. Nggak ada orang Turki selain Mr. Ottoman didalam dolmus itu. Semuanya turis dari Inggris dan Jerman.

Jam 8 pagi kami sudah tiba di pelabuhan Fethiye. Setelah dikasi tiket, lalu kami langsung menuju kapal setelah pasport control. Oya, setiap pengunjung disini disuruh bayar lagi. Katanya biaya pajak batas negara. Lupa berapa harganya. Jam 8.30 kapal mulai berjalan. Perjalanan ini berlangsung selama 2 jam. Kalau mau lebih cepat bisa ambil tour dari Marmaris, Bodrum dan sekitarnya. Lama perjalanannya sekitar 30 menit sampai 1 jam saja.

Jam 10.30 kami sudah sampai di luar negeri 😀 Jangan lupa ya bagi yang berpasport Indonesia dan tidak punya schengen visa, nggak bisa asal masuk ke Yunani. Visanya beda sama Turki. Jadi harus urus visa lagi. Nah, berhubung saya udah punya izin tinggal Jerman, makanya nggak repot urus visa lagi.

Yunani merupakan negara dengan peradaban tertua di dunia dengan jumlah pulau sekitar 1.400. Salah satunya adalah Rhodes yang dalam Bahasa Yunani disebut Rhodos. Rhodes merupakan pulau terbesar di Kepulauan Dodecanese. Dodecanese sendiri berarti 12 pulau. Sebenarnya ada 40 pulau yang termasuk dalam Kepulauan Dodecanese, tapi hanya 12 pulau saja yang berukuran besar.

Yang unik dari Pulau Rhodes adalah percampuran peradabannya mulai dari masa Klasik, Roma, Byzantium, Ottoman, Italia dan sampai sekarang di masa modern. Itulah yang membuat Rhodes dikunjungi banyak wisatawan selain karena alamnya yang juga sangat indah.

Rhodes merupakan pulau yang dilindungi benteng kota sebanyak tiga lapisan. Dulu benteng ini berfungsi untuk berlindung dari serangan musuh. Ada banyak sekali pintu masuk dari sini dan setiap pintu masuknya memiliki nama masing-masing.

Benteng Kota Rhodes

Begitu keluar pelabuhan, kami langsung ditawari bus Hop On Hop Off seharga 12 euro. Karena kami berpikir nggak punya waktu lama disini yaitu cuma sekitar 5 jam aja, kami langsung ambil aja. Saya saranin sih bagusnya nggak usah diambil klo cuma one day trip. Nggak banyak kepake. Sayang uangnya, mending buat beli oleh-oleh.

Bus ini cuma jalan disekitaran Kota Tua Rhodes dan sekitarnya. Nggak terlalu jauh. Tapi nggak apa-apa juga sih, kami jadi bisa melihat kehidupan masyarakat lokal di Rhodes, anak-anak sekolah, rumah-rumah yang rata-rata bangunan lama semua, taman-taman kota dan lainnya. Bus kami sempat melewati Acropolis of Rhodes Town. Sayangnya lagi direnovasi dan kami juga nggak turun. Menurut saya nggak terlalu menarik.

Kami turun di kawasan Eleftherias Rhodes karena saya melihat ada bangunan mesjid disana. Kamipun mendekati mesjid itu. Bangunannya sudah tidak terurus. Sebagian dindingnya retak akibat gempa bumi. Cukup banyak makam bangsa Ottoman di areal mesjid itu. Juga rusak tidak terawat. Sedih sih ngeliatnya.. Kami juga nggak bisa masuk kesana karena gerbangnya digembok. Nanti akan saya tulis artikel khusus mengenai sejarah islam di Pulau Rhodos ini.

Mesjid yang terbengkalai

Dari sana kami jalan ke Mandraki Harbour, tempat dimana dua patung rusa berdiri yang menandakan disinilah Patung Colossus of Rhodos dulu berdiri. Patung ini dulunya merupakan salah satu keajaiban dunia. Patung perunggu raksasa setinggi 30 meter itu berdiri dengan gagah didepan pintu masuk dermaga. Pada tahun 226 SM terjadi gempa bumi dahsyat yang melanda Rhodes. Patung dewa pelindung kebanggaan masyarakat Rhodes itu pun hancur berkeping-keping. Serpihan-serpihannya itu dibiarkan begitu saja berabad-abad lamanya. Tidak dibersihkan, tidak pula diperbaiki sampai akhirnya datanglah pangeran Arab dan mengutipi serpihan-serpihan perunggu itu. Lalu dibawa ke negaranya. Sampai sekarang tidak ada yang tau pasti bagaimana nasib sisa-sisa Patung Colossus of Rhodos di tangan pangeran Arab.

Darisana kami jalan terus menyusuri dermaga. Duduk dipinggirannya dan makan siang sambil melihat kapal-kapal hilir mudik. Setelah makan perjalanan kami lanjutkan ke Kota Tua Rhodes atau Rhodes Madieval City. Kami masuk dari Marina Gate. Sebelum masuk kami ke toilet dulu. Letaknya disebelah kiri gerbang. Bayar 50 cent.

Marina Gate

Ada banyak sekali tempat yang bisa dikunjungi di Madieval City ini. Oya, kalau mau beli oleh-oleh jangan yang dekat-dekat gerbang masuk. Harganya lebih mahal. Mending beli yang agak ketengah dan kedalam. Lebih murah. 1 magnet dihargai 1 euro. 5 euro dapat 6 magnet. Tapi saya lihat yang dekat gerbang justru lebih mahal.

Pertama kami memasuki kawasan Hippokratous Street. Berhadapan dengan Hippokratous Street ada kawasan Market Street dengan latar Mehmet Agha Mosque. Sayangnya lagi-lagi mesjid ini ditutup. Kawasan ini merupakan pusat perbelanjaan. Disini ada banyak restoran dan toko-toko.

Hippokratous Street

Kawasan Madieval City ini sangat luas. Kami juga sempat kebingungan jalan-jalan disini. Plusnya kami menemukan banyak sekali mesjid. Sebagiannya sudah tidak bernama. Yang paling terkenal adalah Mesjid Suleyman yang bersebelahan dengan Gereja St. John. Lagi dan lagi mesjid ini sudah ditutup. I mean tidak digunakan untuk beribadah juga tidak dibuka untuk turis. Sayang sekali, padahal seharusnya mesjid-mesjid peninggalan bangsa Ottoman bisa menjadi daya tarik wisata Rhodes yang pastinya akan memberikan lebih banyak pemasukan untuk pemerintah dan masyarakat Rhodes. Apalagi seperti yang kita tau Yunani sempat menjadi bulan-bulanan di Eropa karena mengalami krisis dan menghutang ke negara-negara lain.

Dari Mesjid Suleyman kami jalan ke Knights Street. Samar-samar kami mendengar musik khas zaman kerajaan Eropa. Ternyata lantunan musik itu berasal dari musisi jalanan dengan alat musik lengkap. Bukan kaleng-kaleng lah musisi jalanannya. Kami duduk diseberang musisi jalanan itu dan terlena dengan petikan alat musik yang mereka mainkan. Suasananya juga adem disini. Mau tau seperti apa musik musisi jalanannya? Cus klik aja video youtube diatas 😀

Lumayan lama duduk di Knights Street, kami lanjut jalan lagi ke Palace of The Grand Master. Ada bunga begonia besar berbunga banyak melengkung di pintu masuknya. Bangunan-bangunan disini benar-benar tua dan banyak yang ditutup serta tidak terawat. Di kawasan Knights Street tadi saya melihat banyak sekali yang rusak dan ditumbuhi rumput-rumput liar. Juga ada gereja yang ditutup.

Palace of The Grand Master

Puas foto-foto disini kami jalan ke Pantai Kalithea yang berada tepat disamping benteng kota. Sebelumnya jajan es krim dulu. Sebenarnya masih banyak tempat-tempat lainnya, tapi kami udah nggak punya banyak waktu. Kami harus balik ke pelabuhan jam setengah empat. Kapal berangkat ke Fethiya jam 5. Katanya bakalan lama ngantri passport control, makanya harus cepet-cepet ke pelabuhan supaya nggak ditinggal kapal.

Mr. Ottoman cuma duduk-duduk aja di Pantai Kalithea. Saya langsung nyebur ke laut yang warnanya ngegemesin. Airnya dingin, cocok untuk ngilangin keringat-keringat yang menempel setelah jalan sana sini. Cuaca di Rhodos memang sangat panas. Lebih panas dari Ölüdeniz, apalagi Jerman.

Mandi-mandi di Pantai Kalithea

Lagi asyik-asyiknya mandi, eh diburu-buru sama Mr. Ottoman. Disuruh balik ke pelabuhan. Padahal saya masih mau ngumpulin batu warna kuning dari pantai ini 😀 Akhirnya saya buru-buru ganti baju. Jalan kaki 15 menit ke pelabuhan. Nyampe di pelabuhan udah rame orang dan ngantri panjang. Ditambah tiket kapal saya entah dimana. Tambah ngomellah dia. Ternyata tiketnya nyelip didalam tas 😀

Setengah jam ngantri akhirnya masuk lagi ke kapal. Udah rame orang aja dan nggak dapat tempat yang dekat jendela. Nggak apa-apa lah ya. Lagian dua jam didalam kapal juga bakalan tidur. Jam 5 pas kapal kami meninggalkan Pulau Rhodes di Yunani yang dulunya adalah miliknya Turki ini.

Kapal yang membawa kami balik ke Fethiye

Jam 7 malam kami nyampe di pelabuhan Fethiye. Saya keluar duluan supaya cepat lewat passport control. Pas udah lewat, eh taunya dipanggil lagi. Ternyata eh ternyata saya harus buat visa Turki lagi karena visa Turki itu cuma single entry, nggak ada yang multiple entry. Ribetnya lagi petugasnya kurang ngerti soal visa on arrival. Saya nunggu sampe semua orang selesai passport control. Atasannya juga sampe turun tangan. Karena saya nggak boleh keluar, Mr. Ottoman sibuk kesana kemari. Udah dibayar tapi nggak tau masalahnya apa sampe akhirnya dibuatlah online visa. Hampir satu jam nunggu itu visa Turki yang baru. Kami jadi nggak enak sama turis lain yang satu dolmus sama kami. Udah minta maaf sih waktu masuk kedalam dolmus, tapi muka mereka tetap keliatan kesel. Saya sih maklum.

Nyampe hotel udah jam setengah sembilan malam. Langsung makan malam dan istirahat. Kata Mr. Ottoman dia nyesel ke Rhodes. 5 jam di Pulau Rhodes, Yunani katanya cuma bikin capek. Padahal ada banyak pantai bagus di Rhodes, tapi nggak sempet didatangi. Nggak cukup cuma 5 jam ngunjungin Rhodes. Lain kali insyaallah balik lagi ke Rhodes.

Liburan hari keenam ini penuh drama. Besok kemana lagi ya?

To be continued…!!!

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog