Berkurban Ala Turki

Maka dirikanlah salat karena Rabbmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah”. (Al-Kautsar: 2).

Demikianlah bunyi salah satu ayat al-qur’an tentang perintah berkurban bagi kita umat islam di seluruh dunia. Berkurban adalah salah satu bentuk persembahan kita sebagai seorang hamba kepada Allah Subhanahuwata’ala. Tentunya tidak ada paksaan untuk berkurban. Tapi siapa pula yang tidak ingin berkurban.

Masih nuansa idul adha, walaupun di Jerman sama sekali nggak terasa lebaran idul adhanya klo nggak ngumpul sama sesama orang Indonesia. Semua orang berlomba-lomba menjalankan ibadah kurban dan berharap kurbannya diterima Allah Subhanahuwata’ala.

Saya masih sangat ingat bagaimana suasana hari raya idul adha di Kota Medan. Tidak semeriah idul fitri, tapi tetap saja lebih meriah dibandingkan di Jerman. Semua orang bahagia karena dapat kupon dari mesjid untuk pengambilan jatah daging kurban.

Sama seperti kita umat muslim Indonesia, orang Turki juga berlomba-lomba berkurban. Lagi-lagi karena berbeda mazhab, aturannya juga berbeda. Kalau biasanya kita orang Indonesia menggunakan satu sapi untuk kurban tujuh orang, orang Turki berkurban satu sapi untuk seluruh keluarga. Dan kalau kita orang Indonesia berkurban itu yang wajib hanya sekali seumur hidup, orang Turki (mazhab hanafi) wajib berkurban setiap tahun kecuali benar-benar sedang tidak mampu.

Jadi jangan heran saat hari raya kurban seperti sekarang ini, di Turki banyak yang kebingungan mau ngasi ke siapa daging kurbannya karena rata-rata mereka semua berkurban. Karena itu kebanyakan dari mereka kadang memotong sapi (berkurban) ya untuk dikonsumsi sendiri. Dipotong sendiri, terus disimpan di freezer untuk persediaan makan setahun. Nggak ngerti juga sih saya ini ajaran darimana, secara berkurban itu kan tujuannya berbagi kepada orang yang kurang mampu.

Kalau keluarga Mr. Ottoman sendiri biasanya dagingnya tetap dibagi-bagi ke tetangga dan saudara-saudara. Kadang juga kirim duit ke Indonesia dan berkurban disana. Lebih jelas dan bermanfaat kan. Tapi jangan salah, di Turki sendiri juga banyak kok orang miskin. Saya banyak melihat rumah-rumah jelek dan nggak selesai dibangun. Jadi nggak semuanya orang Turki itu kaya, banyak juga yang hidupnya pas-pasan. Apalagi setelah nilai lira beberapa waktu lalu melemah.

Berkurban ala Turki biasanya dilakukan di rumah masing-masing. Nggak seperti di Indonesia, ada dan bahkan banyak yang patungan berkurban dan dikumpulkan di mesjid. Pemotongannya juga dilakukan di mesjid. Yang saya lihat di Turki mereka potong hewan kurban di pekarangan rumahnya masing-masing. Nggak ada tuh istilah kupon daging kurban dan berbondong-bondong ke mesjid untuk ngambil daging kurban.

Untuk umat muslim di Jerman biasanya kami bayar pake duit aja. Di mesjid-mesjid udah ada yang ngatur untuk berkurban. Umumnya daging kurban akan disalurkan ke negara-negara miskin dan terdampak perang seperti negara-negara di Afrika, Suriah dan Libya. Sedangkan perkumpulan orang Indonesia di Jerman juga ada yang menggalang dana untuk berkurban. Daging kurbannya disebar pembagiannya. Sebagian ada yang dikirim ke Indonesia, sebagian lagi juga dikirim ke negara-negara islam yang miskin dan terdampak perang.

Apapun itu, meskipun berbeda cara dan ketentuan lainnya antara mazhab Hanafi dan Syafi’i, berkurban sama-sama wajib hukumnya bagi umat muslim yang mampu. Dan pastinya berkurban bukan hanya soal ibadah kepada Allah Subhanahuwata’ala, tetapi juga bentuk kepedulian kita terhadap saudara-saudara kita yang kurang mampu yang jarang sekali bisa menyantap makanan lezat. Baik itu berkurban ala Turki maupun Indonesia, esensinya tetap sama. Yuk kita berkurban…!!!

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog