Renovasi Hagia Sophia, Perawatan atau Taktik?

Hari kedua di Istanbul

Seperti biasa, kami sebagai slow traveller nggak keluar pagi-pagi banget. Sarapan santai, duduk-duduk di balkon dulu sambil mandangin laut dari kejauhan dan ngobrol. Kira-kira mau masuk waktu solat zuhur, kami jalan keluar. Singgah dulu di Mesjid Biru. Mr. Ottoman solat zuhur sebentar aja disana. Setelah itu kami langsung jalan ke Hagia Sophia. Kali ini nggak ngelewati Arasta Bazar, tapi langsung dari pintu depannya.

Jarak dari Mesjid Biru ke Hagia Sophia cukup dekat, kedua bangunan bersejarah nan megah ini saling bertatap-tatapan. Klo capek jalan-jalan bisa istirahat di taman yang ada diantara Mesjid Biru dan Hagia Sophia.

Begitu melihat Hagia Sophia semakin dekat dengan mata saya, saya sangat takjub. Dari luar bangunan ini tampak begitu megah seolah dia menunjukkan kepada setiap yang memandangnya tentang kehebatannya yang telah melewati beberapa era kehidupan.

Kami nggak langsung masuk, melainkan ke bagian sampingnya dahulu. Tempat ini merupakan areal pemakaman orang-orang penting di masa lalu. Masuk kesini nggak dipungut biaya, tapi dicek dan lewat x-ray. Tongsis dan sejenisnya nggak boleh dibawa masuk. Harus ditinggal dan dikasi nomor. Kami nggak lama ada disini, cuma beberapa menit aja.

Bangunan disamping Hagia Sophia

Diluarnya berjejer beberapa toko oleh-oleh. Lagi-lagi disini aja penjual yang mencoba menarik perhatian saya dengan melontarkan beberapa kata dalam Bahasa Indonesia. Mr. Ottoman sempat nanya harga beberapa barang disini, tapi mahal-mahal dan menurut saya penjualnya kurang ramah. Nggak ada senyumnya sama sekali. Terus ya seolah-olah tuh kita yang butuh banget barangnya. Kami skip niatan untuk beli oleh-oleh disini.

Lanjut lagi perjalanannya. Masuk ke bagian dalam Hagia Sophia atau orang lokal menyebutnya Aya Sofya. Ngantri pastinya, tapi nggak lama karena kami ada Museum Pass. Disinilah terbongkar penipuan itu. Harga tiket Hagia Sophia tanpa Museum Pass itu sendiri sebesar 72 lira. Sedangkan Museum Passnya 135 lira berlaku lima hari.

Mr. Ottoman jalan duluan, saya berdiri tepat dibelakangnya. Waktu itu tiket diambil petugas untuk ditempel ke mesin, petugasnya bengong liat tuh Museum Pass. Pertama dia bilang ini udah nggak berlaku. Terus ngobrol-ngobrollah mereka pake Bahasa Turki yang intinya kami beli itu diluar Bandara Sabiha Gocken dan kami nggak tau klo harga Museum Pass yang sekarang itu 135 lira.

Untungnya drama nggak berkepanjangan. Dicoba ditempel sama petugasnya ke mesin dan bisa donk 😀 Langsunglah kami masuk tanpa dipersoalkan itu si Museum Pass model jadul yang udah kadaluarsa. Tapi lagi-lagi ya, disini nggak boleh bawa tongsis dan sejenisnya. Dititipin lagi deh ke petugas dan nanti diambil di gerbang pintu keluar.

Begitu masuk ke pelataran Hagia Sophia, saya mulai takjub. Tampak jelas bangunan ini sudah tua, tapi dia kuat. Saya ngebayangin gimana orang-orang dulu membangun bangunan sebesar dan semegah ini. Hebat sekali!

Mulai masuk ke bagian dalam. Sebelum ke ruangan utama, ada area seperti lorong. Disini juga dipajang beberapa barang peninggalan zaman roma dan byzantium beserta keterangannya. Lampu-lampu hias zaman dulu tergantung dan berjejer rapi di lorong itu.

Salah satu lorong di Hagia Sophia

Lalu kami langsung masuk ke ruangan utama. Bukan takjub yang saya rasakan pertama, melainkan kecewa. Besi-besi menjulang tinggi, hampir menutupi keseluruhan bagian kiri ruangan itu. Dari pintu masuk, tulisan Muhammad sedikit tertutupi besi-besi raksasa itu. Rupanya Hagia Sophia sedang direnovasi.

Rasanya kekecewaan saya tidak boleh berlama-lama merusak emosi hati saya hari itu. Toh Hagia Sophia tetap menjadi destinasi favorit para turis saat berkunjung ke Istanbul. Buktinya antrian tiketnya panjang, didalamnya juga penuh dengan turis dari seluruh dunia. Saya juga tetap bisa menelaah setiap detailnya mulai dari Hagia Sophia sebagai gereja, mesjid, sekarang sebagai museum dan tidak tau sebagai apa di masa yang akan datang karena sudah tersiar kabar sejak Recep Tayyib Erdogan berkuasa, beliau mengeluarkan ide untuk mengembalikan fungsi Hagia Sophia sebagai mesjid.

Rasa-rasanya memang berat untuk mengembalikannya menjadi mesjid, apalagi pemilu ulang di Istanbul yang diadakan tepat disaat kami landing di Istanbul dimenangkan oleh tim kubu lawan Erdogan. Memang banyak masyarakat Istanbul yang lebih memilih menjadi sekuler atau setidaknya tidak menunjukkan simbol-simbol agama. Tapi yang saya rasakan kini Turki sedang merangkak tertatih kembali untuk meraih masa kejayaan mereka dulu, dimana ada banyak orang hebat dari Turki turut mempengaruhi dunia.

Kami berjalan menuju area paling depan Hagia Sophia dimana tulisan ALLAH dan MUHAMMAD bersanding damai dengan patung bayi Yesus dan Bunda Maria. Dibawahnya tertulis tulisan-tulisan arab. Paling bawahnya ada mimbar yang umum terlihat di gereja dengan dua lilin raksasa di kanan kirinya. Katanya lilin itu masih bisa menyala dan merupakan buatan tangan manusia.

Tulisan ALLAH, MUHAMMAD dan patung Bunda Maria yang berdampingan

Disini saya takjub. Walaupun tidak bisa mendekat karena dikasi pembatas. Sebelah kanannya agak sedikit kedepan ada mihrab tempat imam memberikan ceramah. Dibawah bagian paling depan ini dituliskan apa-apa saja benda yang ada disana dan siapa yang membuatnya. Ah…sekali lagi saya takjub melihat kehebatan orang-orang zaman itu sampe-sampe lupa foto 😀 Bener-bener menikmati ada didalam sini, seolah balik ke era dulu dimana orang-orangnya nggak mikirin selfie dan upload ke media sosial.

Selain tulisan Allah dan Muhammad, didinding-dindingnya juga dipampangkan nama khulafaurrasyidin yaitu Abu Bakar Siddik, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Warna kuning mendominasi cat dinding-dindingnya. Saya paling suka memperhatikan bagian atapnya. Ukirannya sangat detail dan indah menurut saya.

Nama-nama khulafaurrasyidin

Pengunjung bisa naik satu lantai keatas untuk melihat hal-hal lainnya. Foto juga lebih bagus dari atas sini menurut saya. Jalan keatas nggak ada tangganya, jadi model tanjakan tanpa tangga. Hati-hati jatuh karena sepertinya jalan menuju atas ini memang tidak ada perubahan sejak zaman old. Yang menariknya saat berjalan turun kembali kebawah (jalannya beda dengan jalan naik), ada satu cekungan didinding. Konon kabarnya itu makam salah satu orang penting yang turut membangun Hagia Sophia dan wafat saat pembangunannya belum usai. Klo di Indonesia mungkin udah dijadiin kisah mistik. Tapi nggak bagi orang Turki.

Saya melihat ada perbedaan warna sebelah kiri dan kanan didalam Hagia Sophia. Saya duga yang sebelah kiri tepatnya sebarisan tulisan Muhammad itu sudah dicat ulang, sehingga warna kuningnya lebih cerah dibandingkan yang lain.

Saran saya kalau mau ke Hagia Sophia, baiknya datang pagi-pagi sebelum banyak orang. Saya aja nyesel datang siang. Kalau mau ke toilet juga dibagian dalam Hagia Sophia aja, jangan keluar. Soalnya bayar 1 lira sekali masuk ke toilet. Yah lumayan kan ya bayarnya buat orang yang sering ke toilet macam saya ini 😀

Usut punya usut setelah pulang dari Hagia Sophia, ternyata renovasi Hagia Sophia sudah berlangsung selama lebih dari tiga tahun dan tampaknya tidak akan selesai dalam waktu dekat. Katanya itu adalah taktik pemerintah Turki untuk mempertahankan Hagia Sophia karena ada pihak-pihak yang ingin merebutnya kembali. Entahlah! Saya pun kurang paham. Gimana menurut kalian? Renovasi Hagia Sophia, perawatan atau taktik?

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog