Finally, Mesjid Biru…!!!

Masih di hari pertama di Istanbul. Setelah perut kenyang dan bersih-bersih, kami keluar jalan-jalan sore. Rencananya mau ke Mesjid Biru atau Sultan Ahmet Camii dan Hagia Sophia. Dari hotel cukup jalan kaki aja sekitar 10 menit. Harusnya sih nggak nyampe 10 menit. Tapi karena jalannya tanjakan yang nanjaknya nggak tanggung-tanggung, saya banyak berhenti dijalan karena jalan lima langkah udah ngos-ngosan 😀

Sebelum nyampe ke Mesjid Biru, kami melewati Hippodrome atau yang sekarang lebih dikenal dengan Sultan Ahmet Square. Dulunya tempat ini adalah arena pacuan kuda terbuka di zaman romawi. Sisa-sisa peninggalannya hanyalah 2 obelisk dan 1 pilar. Klo capek jalan-jalan, bisa banget istirahat disini. Anginnya sepoi-sepoi ngajak tidur siang. Hippodrome ini letaknya disamping Mesjid Biru. Kami langsung masuk dari pintu sampingnya.

Finally, Mesjid Biru…!!! Nggak kebayang berapa lama saya memimpikan untuk bisa menginjakkan kaki di mesjid yang sangat kental dengan sejarah bani utsmaniyah ini. Tepatnya sejak SMP, saat pertama kali belajar sejarah dunia dan belajar tentang Konstantinopel. Lalu belajar lebih dalam lagi saat SMA karena dulu ambil kelas Bahasa, ada mata pelajaran khusus tentang sejarah islam dan kekhalifahan terakhir umat islam, bani utsmaniyah.

Seperti dejavu saat saya benar-benar menyadari bahwa Mesjid Biru nyata adanya didepan mata saya. Feelnya sangat berbeda ketika saya mengunjungi negara-negara Eropa seperti Jerman, Perancis, Italia dan lainnya. Semuanya memang ada kaitannya dengan apa yang saya pelajari di SMA. Dulu di kelas Bahasa juga ada pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Dunia. Jadi banyak banget materi-materi tentang bangunan-bangunan zaman gotik, renaissans dan lainnya. Dari sana saya terobsesi agar suatu saat saya bisa melihat langsung bangunan-bangunan itu. Alhamdulillah, sudah banyak yang saya lihat dan rasanya itu istimewa sekali. Tapi melihat Mesjid Biru secara langsung itu istimewanya berlipat-lipat.

Dibagian pagar bagian dalam Mesjid Biru terpampang penjelasan-penjelasan tentang agama islam. Apa itu islam, rukun islam, nabi Muhammad S.A.W, bagaimana keluarga muslim, wanita dalam islam dan masih banyak lagi. Kalau nggak sempat baca semuanya disini, ambil aja brosurnya saat sudah masuk bagian dalam pelataran mesjid. Semua ada disitu. Ada juga terjemahan Al-Qur’an dalam berbagai bahasa yang disediakan secara gratis untuk pengunjung.

Salah satu pajangan di dinding pagar Mesjid Biru

Waktu kami nyampe sana, jam buka untuk pengunjung umum sudah tutup. Yang boleh masuk hanya orang yang mau beribadah saja. Mr. Ottoman langsung ambil air wudhu yang ada disebelah kanan pintu masuk utama. Saya kebetulan sedang tidak bisa solat, jadi kurang tau dimana tempat wudhu wanitanya.

Sebelum masuk pengunjung pastinya wajib buka alas kaki dan udah disediain plastik kresek disini untuk tempat alas kaki. Jadi setiap orang wajib bawa alas kakinya masing-masing. Oya, untuk pengunjung yang menggunakan pakaian minim baik laki-laki maupun perempuan, di pintu masuk ada disediakan rok dan juga kain penutup. Gratis tanpa dipungut biaya. Masuk ke Mesjid Biru juga tidak ada pungutan biaya apapun.

Sayangnya saat ini sedang ada renovasi salah satu menara Mesjid Biru yang membuat bagian dalamnya tidak seindah biasanya karena tertutup tiang-tiang besi. Tapi hal itu nggak menyurutkan niat para wisatawan untuk datang kesini. Walaupun udah sore tempat ini masih aja rame.

Bagian dalam Mesjid Biru saat sedang direnovasi
Bagian dalam Mesjid Biru saat tidak direnovasi

Meskipun bagian dalamnya tak seperti biasanya, hal itu tidak menurunkan nilai ketakjuban saya. Berulang kali saya berucap “Subhanallah” didalam hati. Terbayang kehebatan orang-orang di masa itu yang minim teknologi membangun bangunan semegah ini.

Di salah satu pilarnya ada tulisan-tulisan terjemahan ayat Al-Qur’an. Saya memandangi langit-langitnya dan kemudian takjub dengan arsitekturnya. Sangat detail, klasik dan indah. Pantaslah Sultan Ahmet kala itu cukup puas dengan pembangunan mesjid ini, meskipun sebenarnya salah buat (Nanti di tulisan lainnya kita bahas ya…!!!)

Mesjid Biru merupakan satu kawasan tempat ibadah yang terdiri dari beberapa bangunan. Bangunan lainnya saat kami datang kesana juga ditutup karena direnovasi juga. Positive thinking aja. Artinya saya harus balik lagi kesini. Klo Mr. Ottoman nggak mau, saya pergi bareng anak saya. Tapi nunggu dia gede 😀 (Anaknya aja belum ada gaes, doain yah supaya cepat dikasi sama Allah)

Tadinya kami cuma mau sebentar aja disini, cuma mau numpang solat karena rencananya mau lanjut ke Hagia Sophia. Atmosfir didalam Mesjid Biru yang sangat sejuk dan adem, nggak ada bau-bau kaki walaupun banyak pengunjung membuat kami betah berlama-lama. Mr. Ottoman solat dan doanya lama banget. Btw, suara azan dari Mesjid Biru kedengeran lho sampe hotel kami.

Keluar dari Mesjid Biru, saya masih ingin menikmati sedikit arsitektur luarnya yang jelas menampakkan arsitektur bergaya usang tapi sangat istimewa. Hagia Sophia letaknya berhadap-hadapan dengan Mesjid Biru. Tapi kami jalan dari samping. Bukan jalan samping tempat kami masuk tadi, melainkan samping satunya lagi. Disini ada Mozaik Museum. Klo yang suka wisata museum, boleh dicoba masuk. Kami nggak masuk karena udah tutup. Jalan lagi ketemu Arasta Bazar yang jual macem-macem. Ada aneka oleh-oleh juga. Tapi jangan beli disini, harganya mahal. Yang jualan sepertinya juga terbiasa dengan turis Indonesia karena saya menemukan pedagang yang bisa Bahasa Indonesia.

Karena udah sore dan Hagia Sophia udah tutup, kami nggak jadi kesana hari ini. Jadinya duduk-duduk ngeteh di kafe Mesale di Arasta Bazar sambil liat tarian sufi.

Finally, Mesjid Biru! My bucketlist sejak SMP sudah terwujud. Tapi harus balik lagi kalau renovasinya udah selesai.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog