Mudik Nggak Harus Saat Lebaran

Ngomongin mudik, dari kecil saya nggak pernah mudik yang jauh-jauh kek orang-orang. Pernah punya keinginan punya kampung supaya ada tujuan mudiknya. Akhirnya terwujud karena sekarang tinggalnya jauh banget di Jerman. Mudiknya pun nggak main-main jauhnya, juga nggak main-main biayanya 😀

Umumnya orang Indonesia mudik saat menjelang lebaran Idul Fitri karena saat itulah mereka punya hari libur yang bisa dikatakan lumayan lama. Saat-saat musim mudik inilah yang banyak dinantikan orang Indonesia. Bisa berkumpul dengan sanak keluarga di kampung halaman, juga mengingat dan mengulang lagi cerita masa kecilnya di kampung halaman.

Dulu saat masih tinggal di Indonesia saya dan keluarga menghabiskan lebaran pertama dan kedua di kota Medan. Lalu kami mudik kecil-kecilan ke rumah nenek dari pihak mamak saya di desa Selesai, Langkat. Jaraknya hanya sekitar tiga jam perjalanan kalau naik kendaraan umum. Jadi mungkin nggak ada tragedi-tragedi unik seperti yang diberitakan di televisi.

Orang-orang di Eropa nggak kenal yang namanya mudik. Memang saat natal tiba biasanya mereka juga berkumpul bersama keluarga, tapi nggak mudik dan tinggal berhari-hari seperti mudiknya orang Indonesia. Orang Eropa biasanya lebih memilih menghabiskan jatah cuti tahunan mereka untuk liburan ke negara-negara tropis, termasuk Indonesia dan bukan dihabiskan untuk mudik berkumpul dengan keluarga di kampung halamannya.

Saya sudah sejak tahun lalu merencanakan mudik tahun ini, sudah cari-cari tiket pesawat sejak beberapa bulan lalu. Bahkan beberapa kali Mr. Ottoman suruh saya langsung beli saat saya temukan tiket ke Indonesia dengan harga terjangkau.

Saya pikir lebaran tahun ini akan menjadi lebaran yang paling sempurna seumur hidup saya. Bisa kembali merasakan ramadan di Indonesia, meskipun hanya seminggu terakhirnya. Mendengarkan suara azan berkumandang bebas memasuki celah-celah jendela setiap rumah umat muslim disana. Mendengar suara orang tadarus al-qur’an setelah selesai solat tarawih yang pasti akan mengingatkan saya akan masa-masa remaja dulu, juga ikut dalam kehebohan berburu takjil menjelang buka puasa. Endingnya bisa solat Idul Fitri bersama-sama keluarga di tempat terbuka dengan jamaah yang banyak, tidak seperti di Jerman yang selalu kami lakukan di ruangan tertutup dan jumlah jamaah yang terjangkau.

Agenda mudik pun sudah saya susun rapi. Memang dari dulu saya lebih suka menyusun segala sesuatunya sendirian tanpa campur tangan kakak-kakak apalagi adik saya satu-satunya. Mereka pun sangat paham. Karena itu mereka terima bersih soal rencana saya ini. Saya merencanakan liburan bersama keluarga besar di sekitaran Sumatera Utara saja. Hotel sudah ada, bus pariwisata sudah dicari.

Ada juga rencana untuk membawa orangtua saya liburan ke Bali. Hotel dan lain-lainnya sudah saya persiapkan. Saya berencana membuat kejutan bulan madu untuk orangtua saya karena seumur hidup mereka tidak pernah liburan berdua.

Apalah saya yang hanya seorang hamba. Mudik tahun ini tidak akan pernah terjadi karena saya terpaksa mudik lebih awal di bulan Februari lalu. Ayah saya saat itu kondisi kesehatannya melemah sampai akhirnya meninggal dunia. Begitu dikabari keluarga mengenai kondisi ayah, Mr. Ottoman langsung belikan tiket untuk mudik. Sayangnya dia nggak bisa ikut ke Indonesia karena ayah saya bukan orangtua kandungnya. Jadi nggak bisa ambil cuti mendadak.

Rencana tinggallah rencana. Saya tetap optimis dengan ketentuan Allah. Sedih itu adalah hal yang biasa, tapi saya tidak ingin berlama-lama menenggelamkan diri dalam kesedihan setelah ditinggal ayah. Saya masih punya satu orangtua lagi yang harus saya bahagiakan. Pun untuk ayah saya pastinya saya masih bisa melakukan sesuatu seperti mengirimkan doa dan bersedekah atas namanya.

Mudik nggak harus saat lebaran. Tahun-tahun sebelumnya pun saya selalu mudik di hari biasa. Karena keinginan Mr. Ottoman sebenarnya yang ingin menjauh dari musim dingin dan salju. Terpaksa saya iyakan mudik ke Indonesia saat musim dingin di Eropa.

Memang mudik nggak harus saat lebaran, tapi untuk tahun-tahun berikutnya Mr. Ottoman sudah sepakat untuk mudik ke Indonesia saat menjelang lebaran tiba. Selamat mudik semuanya! Tahun ini untuk kesekian kalinya saya lebaran di Jerman bersama saudara-saudara Indonesia saya yang juga nggak mudik.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog