Dear Calon Gelin, 7 Hal ini Wajib Kamu Pertimbangkan Sebelum Menikahi Laki-laki Turki

Mengingat beberapa waktu lalu terjadi perdebatan antara gelin senior dan gelin junior. Pasalnya ada seorang gelin yang nge-share tulisan seorang blogger yang juga gelin baru. Jadi bisa dibilang pernikahannya masih anget-angetnya. Intinya si blogger nulis hal-hal baik nan romantis tentang suami dan pernikahannya, sementara menurut para gelin senior itu banyak tidak benarnya.

Lalu dimanakah posisi saya sebagai gelin yang baru memasuki usia pernikahan ketujuh tahun? Saya juga nggak bisa dibilang sebagai gelin senior, juga udah nggak junior. Saya sendiri memposisikan diri ditengah-tengah. Dua kubu tidak ada yang salah karena fakta yang mereka ceritakan juga bukan cerita bohong.

Nah, dari postingan itu para gelin yang lain jadi tau kalau ada pasangan youtuber mix Indonesia-Turki yang juga baru menikah yang mereka protes juga. Katanya terlalu lebay dan mengada-ngada. Padahal kehidupan dengan suami Turki itu nggak seperti yang ada di video-video yang mereka buat (Saya sendiri nggak nonton videonya). Pengikutnya juga banyak dan menurut para gelin senior, pasangan ini menggiring opini remaja putri Indonesia bahwa menikah dengan laki-laki Turki itu bak hidup di negeri dongeng. Padahal kenyataannya tidak (Saya sejutu dengan pendapat yang ini).

Baiklah, kita tinggalkan perdebatan antara gelin senior dan junior itu karena nggak akan habis dibahas. Sekarang saya cuma mau kasih pertimbangan buat kalian yang memimpikan menikah dengan laki-laki Turki, juga untuk kalian yang sedang menjalin hubungan dengan laki-laki Turki.

Dear calon gelin, 7 hal ini wajib kamu pertimbangkan sebelum menikahi laki-laki Turki.

1. Tetap jadi bayi ibunya

Memang dalam islam anak laki-laki itu adalah milik ibunya dan istri adalah milik suaminya. Tapi perlakuan kebanyakan ibu-ibu Turki terhadap anak laki-lakinya itu berbeda dengan kebanyakan ibu di Indonesia. Mereka sampai kapanpun akan menganggap anaknya itu sebagai bayinya, meskipun si anak juga sudah ubanan. Dia nggak perduli anaknya udah ada yang ngurusin (red: istri), kalau ketemu ya si istri harus ngalah.

Ini pernah terjadi di saya. Tapi nanti saya cerita di artikel khusus poin ini karena pasti panjang banget ๐Ÿ˜€

2. Harus nurut ibu

Tidak sedikit ibu-ibu Turki yang bersikap keras memaksa kehendaknya ke anaknya. Tentang apapun itu dan tidak jarang juga atas dasar penghormatan ke orangtua, mereka terpaksa nurut meskipun itu menyakiti hati istrinya. Yang sulit saya terima di poin ini adalah saya terbiasa berdiskusi dan bicara terbuka dengan orangtua, sedangkan kebanyakan mereka tidak dan susah menerima pendapat orang lain. Saya tidak terbiasa hidup dalam keterpaksaan dan melakukan keseharian saya sesuai yang diinginkan orang lain, termasuk menuruti keinginan mama mertua soal cara mengerjakan pekerjaan rumahtangga. Saya tolak mentah-mentah walaupun diawal sempat saya ikuti. Tapi bertolak belakang dengan pilihan saya. Untungnya Mr. Ottoman sangat open minded menerima keputusan saya dan sadar betul istrinya keras kepala dan nggak bisa dipaksa-paksa.

3. Tinggal bareng/berdekatan dengan keluarga besar

Keluarga Turki paling suka tinggal dekat-dekatan. Kalau bisa tinggal serumah bareng sampe anak cucu menantu. Atau bangun rumah yang besar dan tiap-tiap anak dikasih satu apartemen untuk ditinggali. Jadi ya tetangganya mereka-mereka lagi. Kalaupun nggak satu gedung, tetap satu lingkungan. Pokoknya berdekatan dan bisa sering-sering ngumpul.

Itu juga yang dulu sering diminta keluarga Mr. Ottoman. Klo nggak pindah ke Buchen, tempat mamanya dulu tinggal dan abang-abangnya tinggal saat ini, ya pindah ke Turki tepatnya Samsun di bangunan besar dengan jumlah 27/28 apartemen yang dibangun papa mertua untuk anak-anaknya. Nyatanya cuma satu anaknya yang tinggal di Turki.

4. Rumah harus selalu bersih tak ternoda

Percayalah, kalau kalian belum pernah ke Turki atau berkunjung ke rumah orang Turki, kalian tidak akan benar-benar bisa membayangkan bersih yang saya maksud. Menurut saya, kebanyakan orang Turki itu kebersihannya over dosis. Jadi, laki-laki Turki itu sudah terbiasa hidup didalam rumah yang sangat-sangat bersih. Mereka itu lebih baik nggak mandi beberapa hari tapi mandiin rumahnya agar terlihat kinclong.

Kalau di saya, Mr. Ottoman sudah tinggal sendiri sejak SMA. Kami juga sudah membuat kesepakatan kalau saya tidak mau mengikuti perempuan Turki. Bukan jorok juga ya. Artinya ya bebersih sebagaimana mestinya aja. Nggak usah lebay.

5. Dididik sebagai raja

Tidak sedikit bahkan mungkin hampir semua ibu-ibu Turki mendidik anak laki-lakinya seperti raja. Dilayani dan tidak dibiasakan melayani, meskipun itu melayani orangtuanya sendiri. Ini yang tidak cocok di saya. Bahkan sampe anak-anaknya dah jadi kakek-kakek juga tetap begitu. Harusnya kan anaknya yang melayani orangtua, tapi ibu-ibu Turki memilih untuk menjadi pelayan anaknya.

Makanya laki-laki Turki itu terbiasa dilayani. Apa-apa tinggal terima bersih dan tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan rumahtangga. Kan repot kalau istrinya juga pekerja, udah capek kerja diluar, eh si suami nggak mau bantu pekerjaan rumah.

Balik lagi ke Mr. Ottoman, seperti yang saya bilang diatas, dia udah terbiasa hidup sendiri. Jadi 10 tahun terbiasa ngurusin diri sendiri dan rumahnya juga. Jadi nggak ekstrim banget lah ya. Tapi tetap aja kalau ketemu mamanya, saya sama mamanya seperti berebut ngurusin dia ๐Ÿ˜€ Padahal saya liat mamanya aja kasian udah tua dan tenaganya kurang, tetap aja ngotot mau ngelayanin anaknya.

6. Uang istri uang suami, uang suami ya uang suami

Nggak semua begini, tapi ini banyak terjadi. Istri bekerja nggak boleh pegang uangnya sendiri. Uangnya diminta suami dan istri cuma dikasi uang jajan aja. Bahkan mertua sampai ikut campur soal ini. Solusinya kamu harus tegas menyuarakan hakmu. Jangan mau ditindas karena ini tidak benar.

Saya teringat dulu sewaktu mengunjungi kakak ipar di Berlin, saya pernah bilang sama dia, “Uang istri ya uang istri, uang suami itu juga uang istri.” Langsung donk dia protes. Katanya semua itu uang bersama. Eh terus dia bilang ke suami saya harus hati-hati sama saya, istrinya sendiri ๐Ÿ˜€ Dikira saya mau ngerampok harta suami sendiri.

Pernah juga kalimat yang sama saya ucapin ke mama mertua. Pastinya dia protes donk. Lah saya bilang aja memangnya gimana dalam islam, lagian kondisinya juga Mr. Ottoman nggak kekurangan. Kecuali dia kekurangan dan istrinya banyak duit, wanita manapun pasti nggak akan membiarkan suaminya dalam kesusahan.

Klo Mr. Ottoman sendiri, dia nggak mau ambil uang saya selama nggak butuh. Kami sama-sama terbuka soal ini.

7. Perhitungan dan uang belanja dijatah

Berbeda dengan laki-laki Indonesia yang umumnya nggak tertarik ikut belanja bahan-bahan dapur yang dianggap sebagai urusan perempuan, laki-laki Turki terbiasa ikut belanja. Parahnya kadang ada yang hafal banget harga-harga yang membuat dia jadi perhitungan sama istrinya. Uang belanja dijatah sesuai dengan apa yang dibeli.

Cerita lagi nih ya, Mr. Ottoman itu sebenernya nggak pelit dan nggak hafal harga pasar walaupun sering anterin saya belanja. Tapi dulu mama mertua pernah bilang ke dia klo 10 euro itu cukup untuk belanja satu minggu buat dua orang. Bayangin donk di Jerman harga ayam aja sekilo sekitar 8 euro. Belum lagi harga ikan segar yang lebih mahal. Sisanya 2 euro beli roti, beras dan lain-lain. Pusing nggak tuh ngaturnya.

Sebenernya waktu itu Mr. Ottoman cuma bilang aja sih kalau kata mamanya 10 euro itu cukup untuk satu minggu. Waktu itu saya emosi banget dengernya. Saya lempar tuh uang belanja berapa biji lembaran 50 an euro (habis itu dikutip lagi ๐Ÿ˜€ ). Terus saya bilang, “10 euro cukup klo makannya fasuliye (makanan Turki sejenis kacang-kacangan) tiap hari.”

Sejak saat itu nggak pernah lagi terdengar kalimat “Kata mama saya…” Semua berjalan sesuai dengan cara hidup kami sendiri.

Tapi nggak semua laki-laki Turki begitu ya. Banyak faktor yang bisa mempengaruhinya. Balik lagi ke diri kita sendiri, kita sebagai perempuan juga harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan hal-hal baik supaya kita juga bisa mendapatkan jodoh terbaik dan terhindar dari tujuh hal yang kurang mengenakkan diatas.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog