Aupair, Pertukaran Budaya atau TKI?

Semakin berkembangnya teknologi, semakin banyak orang yang tau tentang Au pair yang kalau menurut saya lebih tepat diartikan sebagai kegiatan pertukaran budaya. Namun semakin kesini banyak orang yang salah mengartikannya dan menyamakannya dengan TKI. Padahal jelas-jelas Au pair dan TKI itu berbeda.

“Ein Au Pair ist ein junger Mensch zwischen 18 und 30 Jahren, ledig und kinderlos, der für eine begrenzte Zeit in ein fremdes Land reist, um dort bei einer Gastfamilie zu leben. Während des Aufenthaltes unterstützt das neue Familienmitglied auf Zeit die Gastfamilie bei der Kinderbetreuung und leichter Hausarbeit.”

Menurut situs www.aupairworld.com, “Au Pair adalah anak muda usia 18 sampai 30 tahun, single dan tidak memiliki anak, yang dalam waktu tertentu pergi ke negara asing, hidup bersama keluarga angkat. Selama masa tinggal, anggota keluarga baru (Au Pair) membantu merawat anak-anak dan pekerjaan rumahtangga yang ringan.”

Perlu digarisbawahi, Au Pair itu membantu pekerjaan rumahtangga yang ringan. Jadi bukan seperti TKI yang dikirim ke Malaysia dan negara-negara Arab yang kerja full time, baik itu sebagai pembantu rumahtangga maupun pekerja jenis lainnya.

Seorang Au Pair juga wajib mengikuti sekolah Bahasa Jerman untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Jermannya, juga untuk bersosialisasi. Saat tinggal bersama keluarga angkat, seorang Au Pair juga harus belajar budaya Jerman karena salah satu tujuan Au Pair itu adalah untuk mengenalkan budaya Jerman. Begitupun dengan keluarga angkat, mereka juga bisa belajar budaya si Au Pair. Dari penjelasan ini lebih tepat rasanya jika Au Pair diartikan sebagai sebuah program pertukaran budaya.

Proses kepergian seorang Au Pair dari negaranya juga berbeda dengan TKI yang umumnya pergi melalui agen dan berkelompok. Walaupun ada juga Au Pair yang melalui agen, tapi mereka tidak pergi berkelompok melainkan sendiri-sendiri.

Di keluarga barunya, Au Pair menjadi kakak tertua dari anak-anak orangtua angkatnya. Hidup sebagai bagian dari keluarga itu, bukan seorang pekerja dengan jam kerja non stop. Memang secara tertulis jam kerja Au Pair adalah sekitar 30 jam per minggu dengan jatah libur minimal satu hari setiap minggu. Juga ada jatah liburan dalam setahun. Tapi ada juga keluarga yang tidak menerapkan sistem jam kerja ini. Semuanya fleksibel dan sesuai kesepakatan. Apalagi kalau kedua belah pihak benar-benar menganggap keluarga, bukan orang asing lagi.

Berbeda dengan TKI yang jam kerjanya terikat dan pastinya lebih lama. Umumnya TKI yang bekerja sebagai pembantu rumahtangga (karena banyak yang menyamakan Au Pair sebagai pembantu rumahtangga) hampir tidak memiliki me time dan bekerja 24 jam.

Pemerintah Jerman juga benar-benar mengatur soal Au Pair ini. Jadi apabila ada masalah, si Au Pair mendapat perlindungan. Gastfamilie (keluarga angkat) harus memberikan asuransi kesehatan, sandang, papan dan pangan untuk si Au Pair. Juga uang jajan sebesar 260-310 euro, bukan gaji karena nominal sebesar itu sangat jauh untuk ukuran gaji di Jerman per bulannya.

Program Au Pair ini juga bisa dijadikan sebagai batu loncatan bagi anak-anak muda yang ingin melanjutkan pendidikan dan karirnya lebih tinggi lagi di negara-negara maju seperti Jerman. Sambil mengikuti program ini, si Au Pair bisa memikirkan langkah apa yang ingin ia ambil untuk masa depannya. Bahkan banyak Au Pair yang memiliki hubungan baik dengan keluarga angkatnya dan dibantu untuk kelanjutan pendidikan dan karirnya di Jerman.

Tidak jarang si keluarga angkat juga ingin tau tentang negara asal si Au Pair. Lebih seringnya budaya itu tersalur melalui makanan. Poin ini juga yang menjadi alasan lain Au Pair itu disebut sebagai program pertukaran budaya.

Bukan berarti tidak ada penindasan dalam mengikuti program ini. Banyak cerita tidak mengenakkan dari mantan-mantan Au Pair. Tapi tidak separah yang terjadi pada TKI. Persoalannya biasanya waktu kerja yang berlebihan, melakukan pekerjaan yang tidak tertulis di kontrak ataupun ketidakcocokan-ketidakcocokan lainnya.

Karena itu seorang Au Pair harus memperbanyak pengetahuannya, kemana ia harus pergi saat bermasalah dengan keluarga angkatnya. Juga memperluas pertemanan. Saat hidup di negara asing seorang diri, temanlah yang menggantikan keluarga kita.

Jika terjadi hal-hal diluar batas, kamu harus bicarakan baik-baik dengan Gastfamilie. Jangan diam-diam aja tapi makan hati karena mereka bukan pemegang hidupmu.

So, bagaimana menurutmu tentang Au Pair? Pertukaran budaya atau TKI?

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog