Laki-laki Turki Itu Pelit?

“Cowok Turki itu pelit ya klo masih pacaran.” Seorang teman pernah berucap demikian.

Saya kurang paham soal ini karena saya tidak memiliki hubungan yang cukup lama dengan Mr. Ottoman sebelum menikah.

Banyak yang bilang suami Turki itu pelit. Uang dipegang oleh suami dan suami yang atur semuanya. Bahkan ada yang istrinya bekerja dan uangnya diambil suami. Istri hanya dikasih uang jajan yang sedikit.

Bicara soal pelit, bukan cuma laki-laki Turki yang seperti ini. Bahkan kebanyakan laki-laki Jerman yang saya lihat dan kenal langsung, mereka sama sekali tidak menafkahi istrinya. Apalagi istrinya juga pekerja. Biasanya mereka punya rekening bank masing-masing dan segala kebutuhan dibagi dua. Terdengar lucu, tapi begitulah faktanya. Meskipun nggak semua laki-laki Jerman begitu. Tapi itu sangat normal disini.

Kembali ke soal suami Turki itu pelit. Menurut saya kembali ke pribadinya dan juga seperti apa keluarganya karena keluarga Turki itu sangat mempengaruhi sebuah hubungan rumahtangga, apalagi ibunya. Memang iya banyak kasus seperti diatas, suami Turki yang pelitnya ampun-ampunan. Untungnya saya nggak dapat yang seperti itu dan masih banyak gelin-gelin lainnya yang punya suami Turki yang nggak pelit sama istrinya.

Jangan heran kalau lihat laki-laki Turki belanja ke pasar. Meskipun laki-laki Turki itu di-RAJA-kan oleh ibunya sejak masih orok, tapi mereka dipaksa untuk tau harga di pasar. Entah maksudnya supaya istri nggak bisa bohong atau buat hitung-hitungan saya juga nggak paham.

Menurut saya ada keuntungan suami mau ikut belanja. Saya sendiri selalu ajak Mr. Ottoman belanja besar dua kali sebulan untuk persediaan di rumah. Supaya dia tau harga, walaupun pasti dia juga bakalan lupa. Seenggaknya dia lihat dan nggak pelit kasi uang belanja ๐Ÿ˜€

Dulu masalah belanja ini juga pernah dikomentari mama mertua karena pastinya belanjaan saya di toko Asia harganya mahal-mahal. Sempat mamer bilang begini, “Memangnya kamu mati klo nggak makan makanan itu? Nggak kan!

Nyesek nggak sih dibilang gitu? Udah kita tinggal jauh dari tanah kelahiran dan keluarga, terus dilarang pula makan makanan kita cuma karena harganya mahal. Eh, Mr. Ottoman sempat terpengaruh emaknya. Itulah kenapa saya sarankan kepada gelin-gelin baru, kalau bisa jangan tinggal dekat-dekat saudara suami kecuali kamu benar-benar kuat mental atau keluarga suamimu open minded terhadap budaya lain.

Saya akalin donk gimana caranya supaya Mr. Ottoman ini sadar kalau pernikahan kami ini adalah pernikahan campuran. Sebenarnya soal ke toko Asia saya ya nggak perduli mamer bilang apa soalnya saya kan udah dikasi uang belanja tiap bulan. Tinggal cus aja pergi belanja sendiri ke toko Asia, nggak usah pake ngomong-ngomong.

Saya balas omongan mamer langsung ke anaknya. Seminggu saya masakin masakan Jerman dan no yogurt. Pura-pura amnesia aja sampe akhirnya dia sadar sendiri dan nanya, “Kok seminggu ini makanannya makanan Jerman terus?”

Jawab dengan elegan donk, “Kita kan tinggal di Jerman, harus menghargai budaya lokal.” (Sambil senyum puas dan sinis)

Bener aja, besoknya saya diajak belanja ke toko Asia, padahal saya udah belanja sendiri. Nggak apa-pa lah ya. Lumayan hemat uang belanja soalnya si mister yang bayar. Tau bener dia ini amarah udah diubun-ubun akibat omongan emaknya.

Mr. Ottoman buka diskusi lagi soal apa yang dibilang emaknya. Katanya emaknya nggak maksud nyakitin perasaan saya, tapi emaknya mau kami berhemat supaya cepet beli rumah.

Gantian saya bilang,“Itu bukan hemat, tapi pelit.”

Dan Mr. Ottoman tetap keukeh klo emaknya itu hemat, bukan pelit. Karena emaknya hemat dalam belanja makanan, makanya papa mertua bisa bangun rumah bak istana di Turki.

Sedangkan mamak saya sering banget bilang, nggak usah pelit-pelit soal makanan. Tapi jangan berlebihan. Nanti klo udah tua, susah makan tapi duit banyak harta melimpah ya sama aja nggak bisa makan yang enak-enak lagi.

Kelihatan simpel sih, cuma soal makanan dan penghematan uang belanja. Tapi andai mamer itu memposisikan disinya sebagai saya yang jauh dari keluarga, terus dia sering banget maksa makan makanan dia. Gimana perasaannya. Sayangnya mamer itu taunya cuma orang harus ikut maunya dia. TITIK! Nggak keliatan sih maksanya karena mamer bukan tipe orang yang cerewet dan suka ngomel, nggak seperti mamak saya di Medan yang hobi ngomel. Tapi akibat dari perbuatan dan omongan mamer ini yang akibatnya dahsyat banget mempengaruhi Mr. Ottoman.

Alhamdulillah udah tiga tahunan ini jauh dari mamer. Hidup sedikit adem ayem walaupun tetap rajin banget ngontrol dari telepon. Nanya ini itu.

Mungkin yang membuat laki-laki Turki itu pelit ya karena pengaruh emaknya. Anak laki-laki Turki kan lengket banget sama emaknya, nurut aja gitu sama emaknya walaupun yang dibilang itu salah.

Nah, kenapa Mr. Ottoman selalu mem-filter dulu apa yang diomongin keluarganya, mungkin karena dia lahir dan besar di Jerman. Terus dia juga udah tinggal sendiri sejak SMA, jadi memang udah lama jauh dari keluarga. Bahkan ada masa dimana dia nggak mau dekat sama keluarganya sampai akhirnya waktu kami nikah dia mikir klo keluarganya itu juga penting.

Dalam rumahtangga saya dan Mr. Ottoman, saya yang buat aturan klo segala pengeluaran itu harus dicatat. Kalau saya beli baju, Mr. Ottoman juga beli. Jadi kalau belanja baju itu sama-sama, walaupun kadang saya beli sendiri ambil dari sisa uang belanja ๐Ÿ˜€

Soal siapa yang megang keuangan, saya memang nggak mau megang keuangan. Bukan apa-apa, di Jerman banyak banget bayaran ini itu. Mr. Ottoman harus bayar pajak penghasilan, pajak pensiun, pajak orang miskin, uang pengacara, asuransi, bayar tagihan listrik dan gas, banyak deh pokoknya. Terus nanti awal tahun ngitung lagi pajak-pajak yang udah dibayar tahun lalu. Pas, lebih atau kurang. Makanya saya males megang keuangan, tapi tetap kami punya rekening bersama. Tapi yang ngurusin ini itunya ya Mr. Ottoman, bahkan dia juga yang atur jadwal ke dokter saya. Dia yang ingetin juga yang nganterin dan nungguin.

Mr. Ottoman juga nggak nanya-nanya apalagi minta uang yang saya hasilkan sendiri dari menulis. Saya sendiri punya dua rekening dari menulis, satu di Indonesia dan satunya langsung masuk ke Jerman. Tapi Mr. Ottoman nggak mau ambil uang itu untuk keperluan kami.

Walaupun mamer pernah bilang, kirim uang buat orangtua saya di Indonesia itu nanti aja tunggu banyak duit. Sedih nggak sih kalian digituin? Orangtua yang udah ngurus dari sejak dalam kandungan, ngelakuin apapun buat kalian, terus ditinggal jauh anaknya, eh justru dibilang tunggu banyak duit. Gimana saya nggak emosi coba. Yah saya jawab aja, “Duit nggak dibawa mati dan orangtua saya itu segalanya buat saya. Klo anne kan nggak bayarin uang sekolah anak. Orangtua saya banting tulang buat bayar sekolah. Wajar donk saya ngirim tiap bulan. Lagian di Indonesia nggak ada bantuan pemerintah kek di Jerman.”

Padahal ya mamak saya di Medan itu selalu ngomelin saya dan suruh kami kasih duit ke mamer juga kalau kami kirim uang buat orangtua saya. Saya udah bilang mamer saya banyak duitnya, pensiun dari Jerman dan Turki dua-duanya dapet. Belum lagi dari hasil nyewain ruko dan apartemen. Kurang apalagi coba buat hidup mamer sendiri. Tapi tetap aja merasa miskin dan pelit untuk dirinya sendiri.

Sorry, saya bukan mau menyebarluaskan keburukan mamer. Tapi saya mau mencerahkan para calon gelin supaya jangan mimpiin yang indah-indah dulu dan menyiapkan hati dan mentalnya kalau-kalau dapat mertua model begini. Syukur-syukur tinggalnya jauh kek saya, gimana klo tinggalnya sebelah-sebelahan atau bahkan satu rumah.

Berhubung Mr. Ottoman udah sering ketemu keluarga saya dan tau gimana orangtua saya kerja keras untuk anaknya, dia nggak pelit untuk kasih uang tiap bulan untuk orangtua saya. Kadang dia juga kasih buat keluarga lainnya yang membutuhkan.

Kalau untuk keperluan lainnya, sepenuhnya saya dibiayai Mr. Ottoman. Laki-laki itu memang kurang peka, jadi kita perempuan yang kadang harus bergerak. Misalnya kalau bedak habis, jarang ada suami yang tau kan. Kalau saya langsung saya ajak ke toko kosmetik, ambil yang saya mau dan suruh Mr. Ottoman bayar. Atau saya pergi sendiri, nanti saya minta ganti uangnya.

Jadi, soal suami Turki itu pelit memang ada benarnya. Tapi lihat dulu apa latar belakangnya. Bisa jadi dia nggak benar-benar pelit. Cuma terpengaruh kuman-kuman nakal. Komunikasikan dengan suami soal keuangan supaya dia tau apa-apa aja yang dibutuhkan istri dan kita sebagai istri juga harus mengerti berapa pendapatan suami kita. Jangan menuntut lebih kalau ternyata penghasilan suami juga pas-pasan.

0



2 Comments

Halo Mbak Anne,

Wow benar-benar isi konten yang bermanfaat buat saya pribadi yang sedang berhubungan dengan pria Turki dan sudah ada pikiran untuk menikah dalam waktu dekat. Benar-benar masukan buat saya harus seperti apa dan bagaimana dengan keluarganya terutama dalam menghadapi ibu mertua.
Terima kasih mbak. Sangat bermanfaat. Ditunggu blog yang lainnya mengenai Turki ๐Ÿ™‚

Reply

Halo Lydia,
Terimakasih feedbacknya ๐Ÿ™‚

Reply
Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog