Transit di Kuala Lumpur? Hindari Naik Airasia!

Masih cerita sisa-sisa mudik. Kali ini tentang repotnya transit di Kuala Lumpur. Mungkin bagi yang sering bepergian sudah sangat faham bahwa Kuala Lumpur memiliki dua bandara, yaitu Kuala Lumpur International Airport (KLIA 1) dan KLIA 2 yang mana KLIA 2 dikhususkan untuk pesawat low budget seperti Airasia.

Seperti yang saya tulis di artikel sebelumnya kalau perjalanan mudik saya itu mendadak, jadi beli tiketnya juga tidak terlalu detail. Detail yang saya maksud adalah soal saya sendiri yang kalau bepergian bawaannya selalu banyak. Direncanakan seminimalis mungkin pun tetap saja bawaan saya selalu banyak.

Dari Kuala Lumpur ke Medan bersama Malaysia Airlines nggak ada kendala, secara Malaysia Airlines merupakan maskapai full service. Nah pas balik dari Medan ke Kuala Lumpur ini yang penuh drama sekali. Cerita saya yang hampir aja ninggalin banyak barang gara-gara Airasia sekarang ini benar-benar ketat sudah saya tulis di artikel sebelumnya.

Sekarang saya mau lanjutin saat saya tiba di KLIA 2. Sama seperti di KLIA 1, jalannya cukup jauh untuk sampai ketempat pengambilan bagasi. Belum ada 1/4 perjalanan, badan saya udah kecapek-an ๐Ÿ˜€

Sebelum ngambil bagasi, saya harus melewati counter imigrasi. Lalu ketempat pengambilan bagasi dan keluar bandara. Sebelum keluar, bawaan saya masih harus di screening lagi. Jadi saya harus ngangkut itu koper dengan berat 32 kilo dan bawaan-bawaan lainnya. Lalu setelah lolos kembali diangkut keatas troli. Petugasnya wajahnya kecut dan ogah ngebantuin. Beda sama petugas di Kualanamu yang ramah dan mau bantuin angkat kopernya.

Forget that, perjalanan masih panjang. Saya jalan sana sini untuk nentuin transportasi apa yang pas dan cepat karena waktunya juga udah mepet. Padahal waktu transit saya sekitar tiga jam, tapi habis di perjalanan dari KLIA 2 ke KLIA 1. Tadinya saya mau naik taxi, tapi antriannya panjang banget dan saya perkirakan waktunya nggak cukup. Akhirnya saya naik KLIA Express. Beli tiketnya seharga 2 ringgit Malaysia. Murah meriah dan cepet karena klo nggak salah KLIA Express datangnya setiap 10 menit sekali dan perjalanan ke KLIA 1 dengan KLIA Express hanya 5 menit aja.

Tadinya saya takut banget kerepotan ngangkutin barang saat masuk kedalam kereta. Eh ternyata di KLIA 1 ada porter gratis yang bantuin penumpang ngangkutin barang-barangnya. Walaupun gratis, tapi saya sadar diri juga klo barang-barang saya cukup banyak. Saya kasih ucapan terimakasih beberapa ringgit.

Waktu turun di KLIA 2, nggak ada porter yang bantuin. Jadi saya angkut sendiri tuh barang semuanya. Begitu turun langsung ambil troli. Kebayang kan gimana rempongnya saya bawa satu koper yang besar banget dengan isi 32 kilo, satu tas ransel dengan isi padat sesak dan satu kotak besar isi 6 bika ambon.

Langsung saya menuju counter check ini, Alhamdulillahnya petugasnya baik banget. Kelebihan dua kilo nggak apa-apa. Terus koper saya disuruh lewat bagian overweight. Aduh! Apa ya istilahnya ini saya nggak tau ๐Ÿ˜€ Tapi kata mbanya yang jaga, jadi koper saya langsung dianter ke pintu pesawat gitu karena berat.

Perjuangan belum berakhir. Untuk sampai ke bagian keberangkatan, saya masih harus jalan jauh dan naik tram lagi dengan tentengan tas ransel dan kotak bika ambon. Sebenernya ada troli ukuran kecil, tapi pas nemu tempat ngambilnya taunya itu tempat udah dekat sama pintu masuk naik tram. Percuma donk!

Bener-bener udah capek tapi harus terus jalan. Turun dari tram jalan lagi nyari ruang tunggu. Akhirnya ketemu juga dan waktu saya nyampe orang-orang udah pada masuk ke ruang tunggu. Nggak lama setelah itu langsung masuk ke pesawat. Jadi saya nggak nunggu lama sampe naik ke pesawat.

Masih belum berakhir juga perjuangan ini. Waktu mau masukin barang-barang keatas, itu kan tinggi banget ya. Saya nggak nyampe. Untung saya duduk disebelah cowok Turki. Masih muda, lebih muda dari saya. Memang ya udah typical nya laki-laki Turki, mereka itu sigap banget bantuin. Bukan karena ada maksud apa-apa, memang kebiasaan mereka begitu. FYI, sering terjadi yang begini di saya. Tapi jarang ada bule-bule lain yang suka rela tanpa diminta mau bantuin saya. Ada sih ada, tapi jarang banget.

Finally, saya bisa duduk manis dan nyantai. Seenggaknya untuk 13 jam kedepan sampe transit di Istanbul. Saran saya untuk orang-orang yang sama rempongnya seperti saya saat bepergian alias selalu bawa banyak barang, mending nggak usah naik Airasia klo transitnya di Kuala Lumpur. Untuk lebih amannya cari aja pesawat yang juga turun di KLIA 1 supaya nggak susah-susah geret-geret koper yang super berat.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog