Sambel Vs Yogurt

Bagi sebagian besar orang Indonesia, makan tanpa sambel itu kurang sempurna. Begitu juga dengan orang Turki, tidak sah menikmati hidangan di meja makan tanpa yogurt.  Dan umumnya orang Turki itu nggak suka yogurt kemasan dari supermarket. Kebanyakan mereka buat sendiri di rumah.

Dulu diawal kebersamaan kami, sambel dan yogurt ini bisa menimbulkan pertengkaran. Namanya juga belum lama saling mengenal dan sebelumnya saya pun nggak pernah cari tau soal budaya Turki. Mr. Ottoman sebenarnya sangat welcome dengan budaya asing. Sayangnya saat itu dia mendapat bisikan-bisikan gaib  😀 yang tidak menginginkan dia mengikuti kultur negara lain, melainkan dia harus membawa pasangannya ke kultur mereka secara kaffah.

Berhubung Mr. Ottoman punya pasangan yang keras kepala dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi terhadap negaranya (hihihihi….), terjadilah itu gesekan-gesekan yang memunculkan kobaran-kobaran keegoisan. Dua-duanya maunya rumahtangga ini dijalankan sesuai negara asalnya dan sama-sama amnesia klo pasangannya dari negara yang berbeda.

Tiga bulan pertama Mr. Ottoman nggak mau nganterin saya ke toko Asia. Katanya nggak boleh makan makanan Indonesia. Saya harus bersosialisasi dengan lingkungan baru. Seriously it’s not really my husband. Mertua saya yang sangat tradisional itulah yang secara tidak langsung menginginkannya. Waktu itu belum ada toko asia yang dekat banget sama tempat tinggal saya seperti sekarang dan saya juga belum tau jalan. Untungnya saya bawa stok bahan makanan Indonesia dari Medan yang bisa bertahan beberapa bulan.

Tiba-tiba aja nih kepikiran waktu mau belanja ke supermarket. Stok yogurt di rumah sudah habis. Mengingat kelakuan si mister ke saya, saya balas dengan cara ini. Saya nggak beliin dia yogurt lagi. Sehari dua hari sih dia belum sadar. Hari ketiga dia sadar klo dia udah nggak makan yogurt beberapa hari ini.

Dia tanya kenapa nggak ada yogurt di meja makan. Langsung aja saya jawab karena dia nggak mau anterin saya ke toko asia. Saya ceramah panjang lebar mengenai perbedaan budaya kami dan keinginan ibunya yang ingin menjadikan saya wanita Turki seutuhnya. Saya bilang itu tidak akan pernah terjadi karena sampai matipun saya tetap orang Indonesia. Sambil ngelawak saya juga bilang “Mana ada orang Turki yang hidungnya pesek kayak aku. Kecuali mereka operasi.”

Mr. Ottoman cuma diem dan nggak jawab apa-apa. Saya kira nih orang bakalan marah besar. Taunya dia alihin tema pembicaraan ke masalah lain. Yaudah lah, saya juga udah capek ngomel.

Hari sabtunya dia ajak saya keluar. Saya kira cuma jalan-jalan biasa aja. Taunya dia anterin saya ke supermarket Asia. Dia persilahkan saya beli apapun yang saya mau tanpa embel-embel apapun. Saya pikir nih orang kesambet apaan ya. Kok tiba-tiba berubah.

Di rumah setelah makan malam di hari yang sama, Mr. Ottoman ngajak ngobrol. Dia ngobrolin soal sambel dan yogurt ini. Dia bilang dia nggak maksud menjauhkan saya dari budaya saya, tapi dia juga ingin saya belajar budaya dia supaya dia juga tetap bisa makan makanannya. (Ya nggak gitu juga keles caranya bang!). Lagian kami juga menetap di Jerman dan dia sendiri nggak mau menetap di Turki.

Masalah sambel udah selesai, tapi tidak dengan yogurt. Setelah emaknya tau klo saya selalu beli yogurt kemasan, sayapun ditunjukin tutorial cara buat yogurt rumahan secara live. Terus saya coba lah buat dirumah. Pertama kali nyoba sih jadi walaupun agak aneh, tapi yang setelah-setelahnya malah gagal. Nggak tau kenapa. Jadi saya kembali ke yogurt kemasan.

Si Mr. Ottoman sebenarnya sudah bolak-balik pengen dibuati yogurt rumahan. Tapi saya belum tertarik buat nyoba lagi. Sampe akhirnya mertua datang ke rumah. Nginep 2 malam. Dia buat lah yogurt ala dia seperti biasanya setelah sebelumnya nanya-nanya kenapa saya nggak buat yogurt sendiri. Saya cuma mesem-mesem aja tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Klo udah keluar satu kata, bisa beribu-ribu kata nanti lanjutannya. Kan gawat 😀

Setelah 6 tahun menikah dan empat tahun hidup bersama, sepertinya Mr. Ottoman paham betul sifat istrinya yang nggak suka dipaksa-paksa. Dia diem aja selalu saya kasih yogurt kemasan dari supermarket. Tapi kok ya lama-lama saya mikir, kasihan juga dia ya. Lagian klo buat yogurt sendiri juga lebih hemat dan sehat.

Barulah beberapa bulan lalu saya coba lagi buat yogurt sendiri dan berhasil. Saya nggak pernah lagi kasih yogurt kemasan ke Mr. Ottoman. Sangking senengnya istrinya udah bisa buat yogurt, si mister sampe bilang “This is the best homemade yogurt ever. You’re now master of homemade yogurt.”

Alhamdulillah! Sekarang sambel dan yogurt bisa berdampingan dengan damai di meja makan tanpa ada perdebatan siapa yang paling menyehatkan karena dulu si mister dan keluarganya selalu bilang yogurt itu menyehatkan tubuh dan saya jawab sambel itu mampu melancarkan pencernaan dan menghangatkan tubuh. Cocok untuk suhu Jerman yang dominan dingin :D.

Bukanlah sambel ataupun yogurt yang sebenarnya jadi masalah, melainkan kami berdua yang dulu sama-sama belum bisa menurunkan ego dan menganggap bangsa kami yang paling segalanya.

Saya kembali teringat perkataan seorang teman yang mengatakan bahwa di lima tahun pertama pernikahan biasanya banyak menimbulkan pertengkaran yang sebenarnya hanya disebabkan hal-hal kecil. Saya pun merasakannya. Untungnya tidak sampai lima tahun, hanya diawal-awal saja. Sejatinya pernikahan memanglah sekolah seumur hidup yang tidak ada ujian kelulusannya.

0



Schreiben Sie einen Kommentar

Your e-mail will not be published. All required Fields are marked

Scroll Up Scroll Up

Thank you for visiting my blog